Minggu, 27 Maret 2016

Badung Location. . . . Season 2 #17

                Setibanya dirumah kediaman Fachri, Fachri memarkirkan mobil Mora didepan pintu gerbang rumahnya. Kemudian Fachri keluar dari mobil tersebut, berjalan lalu berdiri membelakangi pintu gerbang rumahnya, sedangkan Mora baru saja keluar dari dalam mobilnya berdiri membelakangi mobilnya. Mereka akan menyambung pembicaraan.
“Tak terasa, aku sudah tiba dirumahku kembali! Setelah hampir sebulan aku menelantarkannya!”, Fachri berkata lega sedikit senyuman dibibirnya melihat ke Mora.
“Apa, kau tidak tinggal bersama ayah angkatmu?”, Mora menanyakannya lagi menatap serius. Fachri menjadi tertawa kecil.
“Aku tinggal bersama ayah, dari pertama aku dilahirkan hingga berumur lima tahun! Semasa aku masih tinggal bersama ayah, aku sering sekali memainkan patung salib milik ayah! Jadi setiap kali ayah berdoa sering sekali mencari patung salibnya dulu, dan itu karna aku yang memainkannya lalu lupa mengembalikan ketempatnya!”, Fachri menceritakannya lagi mengingat kenangannya semasa kecilnya.
“Lalu setelah kau berumur lima tahun hingga selanjutnya, kau tinggal dimana?”, Mora menanyakan ketetapan tinggalnya setelah berumur lebih dari lima tahun.
“Aku tinggal dipesantren selama enam tahun, menghabiskan masa sekolah dasarku disana! Setelah aku lulus dari sekolah dasar, ayah menerbangkanku ke Amerika! Alasannya sih karna kecerdasan yang aku miliki! Dan disana, ayah hanya menemaniku enam bulan saja! Setelah enam bulan berlalu, pada bulan-bulan selanjutnya aku hanya sendiri! Ayah menemaniku hanya untuk mengajarkanku untuk beradaptasi dengan orang-orang di Amerika!”, Fachri menceritakannya.
“Apakah, kau memiliki seorang ibu lagi dari ayah angkatmu?”, Mora bertanya lagi hingga membuat Fachri mulai menceritakan yang sebenarnya.
“Sewaktu aku masih tinggal di Amerika delapan bulan! Ayah mengabarkan kalau ia akan menjalani pernikahan! Dan aku sebagai anak yang sangat menggunakan banyak jasanya, harus mengijinkannya walaupun saat itu aku merasa takut diasingkan! Tapi yang aku takutkan itu tidak prnah terjadi! Meskipun aku dan ayah tidak pernah tinggal bersama lagi, tapi kami selalu bertemu pada hari raya menurut kepercayaan kami masing-masing!”, Fachri menceritakan yang sebenarnya.
“Jadi, itu semua adalah yang menjadikan kamu menjadi mandiri seperti ini! Kau sendiri yang mencari hartamu! Kau sendiri yang mencari jati dirimu!”, Mora mengungkap haru.
“Iya, tapi aku tetap saja tidak bisa membalas jasa dari ayah angkatku! Oyah, aku tidak memiliki seorang ibu lagi! Karna aku, tidak rela menduakan ibuku yang sudah menunggu disana! Disurga yang tidak bisa lagi ditandingi keindahannya!”, Fachri mengatakan pengharapannya yang sangat tulus.
Mora pun menjadi tertawa kemudian terbesit ingin memeluknya, namun Mora bersikap sabar mengalihkannya dengan berpamitan untuk pulang dengan berjalan akan memasuki mobilnya. Ia akan Mengendari mobilnya sendiri. Dan kini Mora telah duduk sebagai pengendara didalam mobilnya sendiri, lalu melihat Fachri yang melambaikan tangannya mengucap selamat jalan kepadanya. Saat Fachri masih melambaikan tangannya.
Mora melihat jika Fachri memakai gelang persahabatan yang telah dikembalikan olehnya. Sejenak Mora menjadi tersentuh lalu bergegas pergi meninggalkan dengan memberi senyuman ceria. Sedangkan Fachri mulai terpikirkan bahwa pada hari ini ia dan Mora telah berbicara dengan berdurasi sedikit panjang, meskipun ada penjedahan beberapa kali. Kemudian beralih memasuki rumahnya kembali dengan membuka pintu gerbang rumahnya.

Badung Location. . . . Season 2
“Pernikahan Diatas Matrai”

                Esoknya disiang hari, Yusra dan Mirza melakukan makan siang dicafe didalam kantor mereka. Mereka berdua duduk bersebelahan dengan menghadap ke televisi. Saat keduanya masih menikmati makan siang, sebuah tayangan televisi yang mengagendakan tentang jumpa pers Dokter Fachri Santiago. Yang telah dikabarkan telah kembali dengan selamat dari kecelakaan maut jatuhnya helicopter yang sedang ditumpanginya beberapa waktu lalu.
Ditayangan televisi itu, Dokter Fachri Santiago menyampaikan sebuah permintaan maaf karna telah menyembunyikan dirinya dulu disebuah pedesaan hingga menimbulkan sebuah berita yang kurang akurat mengenai nasib dirinya. Ia memilih menyembunyikan dirinya dulu hanya untuk memulihkan rasa trauma pada dirinya karna mengalami kecelakaan maut dengan jatuhnya helicopter yang sedang ditumpanginya tersebut.
Tidak hanya itu saja yang disampaikannya, namun beberapa hal lainnya juga berhubungan dengan kecelakaan maut yang dialaminya. Tayangan jumpa pers itu ditayangkan secara live, Yusra dan Mirza yang masih mendengarkan, menyimaknya menjadi saling berpandangan.
“Kalau aku menjadi psikologi, mungkin aku bisa mengerti!”, Mirza memberi komentar menatap serius.
“Kalau begitu aku juga mau jadi psikiater untuknya!”, Yusra menyahut memakai canda.
Mirza yang mulai merasa iseng padanya, langsung menarik telinga Yusra sambil menatap mendesah. Dan Yusra pun membalasnya dengan meminum minuman milik Mirza. “Hem, sepertinya kita perlu buat ngerjain Fachri!”, ajak Mirza sedikit sinish masih melihat ke Yusra. Sedangkan Yusra tertawa kecil mengangguk menyetujuinya. Entah sebuah rencana apa yang mereka maksudkan untuk mengerjai Fachri, yang mungkin secara cuma-cuma.

Malam harinya. . . .

                 Memasuki dijalanan yang sepi. Fachri sedang dalam perjalanan pulang menuju rumah kediamannya, disaat masih dalam perjalanan tiba-tiba saja ada sebuah mobil yang sengaja menyalib didepan mobilnya. Kemudian mobil yang menyalib mobilnya itu berhenti didepan mobilnya sendiri secara menaddak. Sontak Fachri menjadi terkejut sehingga hampir menabrak mobil yang telah menyalib mobilnya itu.
Bersikap sabar, itulah yang diambil Fachri meski sempat mendesah keras karna ulah mobil yang telah menyalibnya itu.Setelah tigapuluh menit berdiam ditempat tak ada pergerakan, muncul dipikiran Fachri untuk menemui pengendara mobil didepannya. Apakah keadaan pengendara mobil itu baik-baik saja atau malah sebaliknya. Fachri pun kini beralih turun keluar dari mobilnya penuh percaya diri untuk mengetahui bagaimana keadaan pengendara mobil itu yang masih berdiam ditempat didepan mobilnya.
Dan kini pula Fachri mulai mencoba mengetuk kaca depan dimana pengendara mobil itu masih terlihat sedang duduk ditempat. Namun ketika pengendara mobil itu mulai membuka kaca mobilnya, Fachri menjadi terkejut karna seorang pengendara mobil itu memakai topeng tengkorak diwajahnya. “Tunjukkan, siapa dirimu?”, Fachri memerintahkan sambil mengeluhkannya. Dan seorang pengendara itupun membuka topeng tengkoraknya sambil menujukkan senyuman manjanya.
Kemudian Fachri menjadi terkejut kembali karna baru diketahuinya seorang pengendara itu adalah Mirza. “Shiiiiit! Gue udah mulai scared dan elo malah cengengesan seperti itu!”, keluh Fachri sedikit mengesalkan. Lalu tiba-tiba ada yang menodongkan pistol mainan diwajah kirinya. Dan lagi, Fachri dibuat menjadi terkejut tuk ketiga kalinya. Dan Mirza menjadi hening keluar dari mobilnya dengan berdiri didepan Fachri, menatap diam berlagak tegang.
“Hey Dokter Fachri Santiago yang terhormat! Kau telah melupakan kami berdua sebagai temanmu! Oh tidak, maksud kami sebagai sahabatmu!”, orang yang menodongkan pistol mainannya itu adalah Yusra. Sementara Fachri yang baru mengetahui bahwa dirinya telah dikerjai oleh keduanya, langsung merangkul keduanya secara bersamaan sambil tertawa jahat. Begitupun Yusra dan Mirza ikut tertawa namun bermaksud menertawai Fachri yang telah berhasil masuk kejebakkan mereka berdua.

Badung Location. . . . Season 2
“Pernikahan Diatas Matrai”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar