Waktu cepat berganti, sekarang
sudah memasuki malam hari. Mora yang sudah berada kembali dirumah kediamannya,
tepatnya didalam kamarnya berniat akan membuka bungkus kado yang telah
diterimanya dari Fachri pada sore tadi. Ia telah duduk dikursi belajarnya, dan
akan segera membukanya. “Tuhan, hatiku mulai deg-deg-an ketika akan
membukanya!”, bisiknya dihati menahan rasa sedikit girang. Dan kini Mora telah
sedikit demi sedikit merobek bungkus kado tersebut.
Kemudian terlihatlah sebuah
lukisan dirinya yang telah dicetak oleh Fachri berukuran besar. “Manis
sekali!”, pujinya dengan meraba halus lukisan dirinya tersebut. lalu secara
tiba-tiba ia teringat saat ketika melihat Fachri sedang melihat dirinya sambil
memainkan ponselnya disebuah taman. “Aku baru ingat, aplikasi untuk membuat
lukisan ini ada diponsel android!”, katanya secara reflek sedikit terkejut.
Dan Mora berpikir kalau Fachri
sedang melukis dirinya diponsel milik Fachri sendiri secara diam-diam. Usainya
Mora meraba halus lukisan dirinya itu, ia baru melihat sebuah surat untuknya
yang juga sebagai persembahan dari Fachri. Tanpa berpikir panjang Mora pun
langsung membuka lipatan surat tersebut. Didalam surat itu telah tertulis
sesuatu yang akan membuat Mora menjadi terkagum-kagum.
Dan inilh isi dari surat persembahan Fachri. . . .
Sebelum kau membaca surat ini,
tentu kau mengamati lukisan yang telah aku persembahkan padamu bukan?
Bagaimana, apa kau menyukainya? Bagiku pertanyaanku itu tidak penting untuk kau
menjawabnya! Namun yang pasti, aku mempercayai kamu untuk menerima persembahan
dariku! Sebab aku yakin kau akan bisa merawatnya! Iya, contohnya seperti kau
merawat rasa-rasa kita yang harus dirubah menjadi rasa sayang sebagai teman
baik saja!
Mora, kau adalah wanitaku yang
pernah ada setelah aku menyadari bahwa aku telah terlepas dari Yandra!
Pandangan kedua matamu telah mengajarkanku tuk bisa memandang wanita yang lain,
yaitu dirimu! Hatimu juga telah diam-diam mengetuk hatiku, sehingga membuat
otakku untuk selalu mencaritahu tentangmu! Namun apa daya bila tiang agama kita
masing-masing tidak memiliki sebuah kesamaan.
Contohnya seperti kita berdua yang
kala itu sudah memiliki sebuah kesamaan walaupun hanya sedikit saja! Aku tau,
kini kita berdua telah berhasil mengubah rasa-rasa kita yang dulu sempat bercita-cita
ingin mewujudkannya dalam kasih mendekati romansa pacaran. Tetapi harus
meniadakan cita-cita kita itu, melaluinya dengan berteman saja. Iya, ternyata
kita lebih mencintai Tuhan kita masing-masing. Dan semoga restu-Nya terus
menyertai kita berdua dalam pertemanan kita sampai kapanpun.
Dan sekarang, aku tidak sabar
untuk memberi tulisan nakal dariku ini serta merta dengan lukisan hasil dari
curi-curi pandangku dulu terhadapmu.
Usainya membaca surat dari Fachri. . . .
Mora
pun menjadi terkagum-kagum, haru serta mengulas kembali kenangannya yang telah
lalu. Itu karna ia tidak menyangka kalau Fachri akan menulis senakal ini dalam
surat persembahannya namun sebenarnya begitu indah baginya sendiri. Begitupun
dengan lukisan hasil dari curi-curi pandang Fachri yang terasa jika Fachri
teramat mengaguminya saat dulu. Dan baginya sendiri ini lebih indah dari apapun
yang pernah diterimanya.
Sementara disana, Fachri yang masih
bertugas dirumah sakit sedang mencuci telapak tangannya didalam ruang
prakteknya. Tiba-tiba saja merasa kalau Mora sudah membaca surat darinya.
“Hanya Tuhan yang tau, komentar apa yang telah dikatakan Mora setelah membaca
surat persembahan dariku!”, katanya pesimis lalu membasuh wajahnya agar menjadi
segar kembali. Sebab sekarang sudah menunjukkan pukul sepuluh lewat tigapuluh
menit malam.
Badung Location. . . . Season 2
“Pernikahan Diatas Matrai”
Hari
sudah berganti, pagi pun sudah menyapa namun matahari baru setengah terbit dari
terbenamnya. Disaat ketika Yusra sudah menyelesaikan sarapan paginya bersama
keluarganya, Yusra langsung berkata pamit dengan keluarganya akan pergi
berangkat kekantornya. Namun ketika masih berjalan akan menuju kepintu
rumahnya, tiba-tiba saja langkahnya terhenti sebab baru teringat kalau dirinya
telah lupa untuk meminum segelas susunya.
Disaat yang sama, ia teringat pada
Yandra yang menghampirinya dengan membawakan segelas susu untuknya. Namun
ketika berbalik kebelakang dengan berdiam ditempat, ternyata yang
menghampirinya sembari membawakan segelas susu untuknya kini adalah mamah
kandungnya. Sejenak Yusra melupakan tentang Yandra tadi, dan kini ia telah
meminum segelas susunya perlahan. “Hampir saja kau lupa tuk meminum segelas
susu ini, anakku!”, mamanya berkeluh menatap perhatian.
Yusra memberikan gelas susunya
kepadanya karna sudah menghabiskannya, menatap biasa. “Dulu juga ada seorang
peri, dia mengantarkan segelas susu untukku bila aku telah lupa tuk meminumnya!
Dan kini, aku sangat merindukan dirinya itu!”, Yusra menyahutnya dengan
bercerita. Mamanya menjadi bingung tidak mengetahui siapakah yang sedang
diceritakan olehnya. Sedangkan Yusra menjadi tersenyum lalu pergi meninggalkan.
“Siapakah yang telah diceritakan
Yusra, sepertinya baru kali ini ia bercerita menggunakan bahasa teka-teki
seperti tadi?”, tanya mamahnya dihati sambil berpikir ketika masih melihat
Yusra beranjak menuju pintu rumah. Dan itu menjadi sebuah pemikiran sendiri
untuk mamahnya, sehingga memilih untuk merahasiakannya sendiri. Sebab secara
tidak sengaja mamahnya telah melihat sebuah tatapan seperti mencari dari
tatapan kedua mata Yusra saat menatap kepadanya tadi.
Saat hari sudah menjelang siang. . . .
Dikantornya,
Yusra sedang berjalan menuju pantry untuk membuat minuman kopi dengan tangannya
sendiri. Saat masih dirinya masih berjalan menuju pantry, beberapa karyawan
kantornya menyapanya dan Yusra membalas sapa dari mereka dengan hanya melempar
senyum saja. Dan saat ketika sudah sampai kepantry, tiba-tiba saja asistennya
mengatakan jika hari ini ada seseorang yang akan datang menemuinya.
Asistennya
itupun mengaku bahwa dirinya setengah terlambat untuk memberitahukannya, lalu
meminta Yusra untuk segera kembali keruangannya. Namun Yusra memintanya balik,
meminta asistennya untuk segera pergi keruangannya bermaksud pula memintanya
untuk berjaga disana. Sebab Yusra masih ingin membuat kopi dipantry tersebut.
Dan asistennya itupun mengalah darinya menuruti permintaannya sebagai perintah.
Sementara disana, dijalanan Ibu Kota,
Yandra sedang menumpangi sebuah kendaraan taxi menuju kesuatu tempat. Yandra
baru saja kembali ke Indonesia dengan jadwal penerbangan dari luar negeri yang
berbeda dengan pak Mirzain. Pak Mirzain sudah tiba di Indonesia pada sejam yang
lalu, itu karna mereka memakai pesawat berbeda. Sebab ticket pesawat
penerbangan yang sama dengan pak Mirzain sudah habis, jadi mau tidak mau mereka
berdua mesti memakai dua pesawat penerbangan.
Kembali
pada Yandra, tiba-tiba saja kendaraan taxi yang sedang ditumpanginya menjadi
berhenti mendadak karna ada sebuah kecelakaan didepannya. Entah didasari apa,
Yandra menjadi terpanggil hatinya untuk melihat korban dari kecelakaan
didepannya. Dan kini Yandra telah keluar dari kendaraan taxinya lalu melihat
korban dari kecelakaan tersebut. Ternyata korban dari kecelakaan tersebut
adalah Omah dari Yusra bersama supirnya.
Yandra yang sudah mengetahuinya langsung
menelepon Fachri meminta mobil ambulance rumah sakit tempatnya bekerja untuk
segera dikirim ketempat kejadian perkara. Fachri pun langsung meresponnya
dengan cepat tanpa bertanya dulu siapakah yang telah menjadi korban dari
kecelakaan tersebut.
Badung Location. . . . Season 2
“Pernikahan Diatas Matrai”
Dan
kini Omah sudah berada dirumah sakit tempat Fachri bekerja, tepatnya lagi
berada diruang UGD. Awalnya, Fachri mengaku terkejut sebab korban dari
kecelakaan yang diberitahukan Yandra adalah Omah dari Yusra. Namun Fachri harus
tetap fokus untuk menyadarkan Omah yang belum sadarkan diri. “Dia tidak akan
sadar, sebelum melakukan transfusi darah!”, keluh Fachri memberitahukan kepada
suster yang membantunya.
“Lakukan transfusinya sekarang
juga Fachri!”, Yandra memintanya dengan mendatanginya tiba-tiba.
“Warna darahnya saja tidak
memungkinkan, disini kami kehabisan stok darah golongan B!”, ungkap Fachri
melihat cemas ke Yandra.
“Aku bersedia untuk mendonorkan
darahku!”, pinta Yandra menatap serius ke Fachri.
Dan kemudian tindakan lanjutan pun
dilakukan, Fachri hanya memiliki waktu tigapuluh menit untuk menyelamatkan nyawa
Omah dari Yusra. Karna itu Fachri harus bekerja keras memeriksa Omah lebin
intensif. Sementara disana, keluarga Yusra dirumah baru saja mendapatkan
telepon dari supir yang bersama Omah dengan mengabarkan kalau keduanya telah
mengalami sebuah kecelakaan. Usainya memberithukan keluarga Yusra dirumah,
supir itupun menelepon Yusra memberitahukannya pula.
Dan Yusra yang sudah mengetahuinya
dengan masih berada dipantry, langsung menelepon asistennya untuk membatalkan
pertemuan seseorang yang telah dimaksudkan tadi. Dan akan digantikan pada hari
esok dijam yang sama, sebab kini dirinya harus segera bergegas pergi menuju
kerumah sakit untuk menngetahui keadaan Omahnya yang mengalami kecelakaan.
Beberapa saat kemudian. . . .
Kini
keluarga Yusra telah berkumpul diruang ICU menunggu Omah siuman. Mereka
berbincang-bincang dengan Fachri tentang kondisi kesehatan dari Omah kini. Dan
Fachri menjelaskan kalau kesehatan Omah semakin stabil setelah dilakukannya
transfusi darah, sementara soal siumannya akan terjadi dengan sendirinya. Sebab
Fachri telah memberikan obat tidur agar Omah dapat beristirahat selama enam jam
karna fisik dari Omah terlihat lelah
ketika sudah mengalami kecelakaan.
Usainya
menjelaskan, Fachri pun permisi untuk pergi meninggalkan karna tugasnya sudah
selesai dalam menangani Omah. Kemudian saat ketika baru keluar dari ruang ICU,
Fachri melihat Yusra baru datang dan berhenti didekatnya. Yusra pun langsung
menanyakan sesuatu kepadanya. “Bagaimana Fachri, apa kau sudah berhasil
menangani Omah? sebab telah ku dengar kalau Omah membutuhkan donor darah
golongan B!”, tanya Yusra belum mengetahui keadaan Omah sekarang. Menatap
cemas.
Fachri
menjadi tersenyum menatap ceria padanya, “Semuanya sudah baik-baik saja! Bahkan
lebih baik!”, sahut Fachri menenangkannya. Yusra menarik nafasnya lalu
menghembuskannya merasa lega.
“Lalu, siapakah yang telah
mendonorkan darahnya untuk Omah? Sebab telah ku dengar kalau stok darah
golongan B dirumah sakit ini tidak tersedia!”, tanya Yusra lagi ingin
mengetahui.
“Dia adalah seorang wanita yang
bernama, Mirzara!”, Fachri langsung menyahutnya memberitahukan namun telah
berusaha menyembunyikan sesuatu.
Yusra memberinya senyuman kecil
serta tatapan cerianya, karna Fachri sudah menjawab sebuah pertanyaan darinya.
Kemudian Yusra berkata permisi untuk memasuki ruang ICU, dan Fachri
mempersilahkannya dengan cuma-cuma. Setelah melihat Yusra memasuki ruang ICU,
Fachri tidak sengaja melihat Yandra disudut rumah sakit diarah kanannya sedang
terdiam melihat padanya sesaat ia mencoba beranjak akan meninggalkan.
Dan Fachri pun menjadi terhenti
seketika lalu beranjak lagi mencoba akan menghampiri Yandra. Sementara Yandra
masih berdiam ditempat menunggu Fachri berhenti didekatnya. Secara diam-diam,
Yandra telah melihat percakapan antara Fachri dan Yusra. Walaupun ia tidak bisa
mendengarnya, namun ia telah melihat Yusra tersenyum dengan percakapannya
bersama Fachri didepan ruang ICU tadi.
Badung Location. . . . Season 2
“Pernikahan Diatas Matrai”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar