Minggu, 27 Maret 2016

Badung Location. . . . Season 2 #27

Waktu cepat berganti, sekarang sudah memasuki malam hari. Mora yang sudah berada kembali dirumah kediamannya, tepatnya didalam kamarnya berniat akan membuka bungkus kado yang telah diterimanya dari Fachri pada sore tadi. Ia telah duduk dikursi belajarnya, dan akan segera membukanya. “Tuhan, hatiku mulai deg-deg-an ketika akan membukanya!”, bisiknya dihati menahan rasa sedikit girang. Dan kini Mora telah sedikit demi sedikit merobek bungkus kado tersebut.
Kemudian terlihatlah sebuah lukisan dirinya yang telah dicetak oleh Fachri berukuran besar. “Manis sekali!”, pujinya dengan meraba halus lukisan dirinya tersebut. lalu secara tiba-tiba ia teringat saat ketika melihat Fachri sedang melihat dirinya sambil memainkan ponselnya disebuah taman. “Aku baru ingat, aplikasi untuk membuat lukisan ini ada diponsel android!”, katanya secara reflek sedikit terkejut.
Dan Mora berpikir kalau Fachri sedang melukis dirinya diponsel milik Fachri sendiri secara diam-diam. Usainya Mora meraba halus lukisan dirinya itu, ia baru melihat sebuah surat untuknya yang juga sebagai persembahan dari Fachri. Tanpa berpikir panjang Mora pun langsung membuka lipatan surat tersebut. Didalam surat itu telah tertulis sesuatu yang akan membuat Mora menjadi terkagum-kagum.

Dan inilh isi dari surat persembahan Fachri. . . .

Sebelum kau membaca surat ini, tentu kau mengamati lukisan yang telah aku persembahkan padamu bukan? Bagaimana, apa kau menyukainya? Bagiku pertanyaanku itu tidak penting untuk kau menjawabnya! Namun yang pasti, aku mempercayai kamu untuk menerima persembahan dariku! Sebab aku yakin kau akan bisa merawatnya! Iya, contohnya seperti kau merawat rasa-rasa kita yang harus dirubah menjadi rasa sayang sebagai teman baik saja!
Mora, kau adalah wanitaku yang pernah ada setelah aku menyadari bahwa aku telah terlepas dari Yandra! Pandangan kedua matamu telah mengajarkanku tuk bisa memandang wanita yang lain, yaitu dirimu! Hatimu juga telah diam-diam mengetuk hatiku, sehingga membuat otakku untuk selalu mencaritahu tentangmu! Namun apa daya bila tiang agama kita masing-masing tidak memiliki sebuah kesamaan.
Contohnya seperti kita berdua yang kala itu sudah memiliki sebuah kesamaan walaupun hanya sedikit saja! Aku tau, kini kita berdua telah berhasil mengubah rasa-rasa kita yang dulu sempat bercita-cita ingin mewujudkannya dalam kasih mendekati romansa pacaran. Tetapi harus meniadakan cita-cita kita itu, melaluinya dengan berteman saja. Iya, ternyata kita lebih mencintai Tuhan kita masing-masing. Dan semoga restu-Nya terus menyertai kita berdua dalam pertemanan kita sampai kapanpun.
Dan sekarang, aku tidak sabar untuk memberi tulisan nakal dariku ini serta merta dengan lukisan hasil dari curi-curi pandangku dulu terhadapmu.
Usainya membaca surat dari Fachri. . . .

                Mora pun menjadi terkagum-kagum, haru serta mengulas kembali kenangannya yang telah lalu. Itu karna ia tidak menyangka kalau Fachri akan menulis senakal ini dalam surat persembahannya namun sebenarnya begitu indah baginya sendiri. Begitupun dengan lukisan hasil dari curi-curi pandang Fachri yang terasa jika Fachri teramat mengaguminya saat dulu. Dan baginya sendiri ini lebih indah dari apapun yang pernah diterimanya.     
Sementara disana, Fachri yang masih bertugas dirumah sakit sedang mencuci telapak tangannya didalam ruang prakteknya. Tiba-tiba saja merasa kalau Mora sudah membaca surat darinya. “Hanya Tuhan yang tau, komentar apa yang telah dikatakan Mora setelah membaca surat persembahan dariku!”, katanya pesimis lalu membasuh wajahnya agar menjadi segar kembali. Sebab sekarang sudah menunjukkan pukul sepuluh lewat tigapuluh menit malam.

Badung Location. . . . Season 2
“Pernikahan Diatas Matrai”

                Hari sudah berganti, pagi pun sudah menyapa namun matahari baru setengah terbit dari terbenamnya. Disaat ketika Yusra sudah menyelesaikan sarapan paginya bersama keluarganya, Yusra langsung berkata pamit dengan keluarganya akan pergi berangkat kekantornya. Namun ketika masih berjalan akan menuju kepintu rumahnya, tiba-tiba saja langkahnya terhenti sebab baru teringat kalau dirinya telah lupa untuk meminum segelas susunya.
Disaat yang sama, ia teringat pada Yandra yang menghampirinya dengan membawakan segelas susu untuknya. Namun ketika berbalik kebelakang dengan berdiam ditempat, ternyata yang menghampirinya sembari membawakan segelas susu untuknya kini adalah mamah kandungnya. Sejenak Yusra melupakan tentang Yandra tadi, dan kini ia telah meminum segelas susunya perlahan. “Hampir saja kau lupa tuk meminum segelas susu ini, anakku!”, mamanya berkeluh menatap perhatian.
Yusra memberikan gelas susunya kepadanya karna sudah menghabiskannya, menatap biasa. “Dulu juga ada seorang peri, dia mengantarkan segelas susu untukku bila aku telah lupa tuk meminumnya! Dan kini, aku sangat merindukan dirinya itu!”, Yusra menyahutnya dengan bercerita. Mamanya menjadi bingung tidak mengetahui siapakah yang sedang diceritakan olehnya. Sedangkan Yusra menjadi tersenyum lalu pergi meninggalkan.
“Siapakah yang telah diceritakan Yusra, sepertinya baru kali ini ia bercerita menggunakan bahasa teka-teki seperti tadi?”, tanya mamahnya dihati sambil berpikir ketika masih melihat Yusra beranjak menuju pintu rumah. Dan itu menjadi sebuah pemikiran sendiri untuk mamahnya, sehingga memilih untuk merahasiakannya sendiri. Sebab secara tidak sengaja mamahnya telah melihat sebuah tatapan seperti mencari dari tatapan kedua mata Yusra saat menatap kepadanya tadi.

Saat hari sudah menjelang siang. . . .

                Dikantornya, Yusra sedang berjalan menuju pantry untuk membuat minuman kopi dengan tangannya sendiri. Saat masih dirinya masih berjalan menuju pantry, beberapa karyawan kantornya menyapanya dan Yusra membalas sapa dari mereka dengan hanya melempar senyum saja. Dan saat ketika sudah sampai kepantry, tiba-tiba saja asistennya mengatakan jika hari ini ada seseorang yang akan datang menemuinya.
                Asistennya itupun mengaku bahwa dirinya setengah terlambat untuk memberitahukannya, lalu meminta Yusra untuk segera kembali keruangannya. Namun Yusra memintanya balik, meminta asistennya untuk segera pergi keruangannya bermaksud pula memintanya untuk berjaga disana. Sebab Yusra masih ingin membuat kopi dipantry tersebut. Dan asistennya itupun mengalah darinya menuruti permintaannya sebagai perintah.
Sementara disana, dijalanan Ibu Kota, Yandra sedang menumpangi sebuah kendaraan taxi menuju kesuatu tempat. Yandra baru saja kembali ke Indonesia dengan jadwal penerbangan dari luar negeri yang berbeda dengan pak Mirzain. Pak Mirzain sudah tiba di Indonesia pada sejam yang lalu, itu karna mereka memakai pesawat berbeda. Sebab ticket pesawat penerbangan yang sama dengan pak Mirzain sudah habis, jadi mau tidak mau mereka berdua mesti memakai dua pesawat penerbangan.
                Kembali pada Yandra, tiba-tiba saja kendaraan taxi yang sedang ditumpanginya menjadi berhenti mendadak karna ada sebuah kecelakaan didepannya. Entah didasari apa, Yandra menjadi terpanggil hatinya untuk melihat korban dari kecelakaan didepannya. Dan kini Yandra telah keluar dari kendaraan taxinya lalu melihat korban dari kecelakaan tersebut. Ternyata korban dari kecelakaan tersebut adalah Omah dari Yusra bersama supirnya.
Yandra yang sudah mengetahuinya langsung menelepon Fachri meminta mobil ambulance rumah sakit tempatnya bekerja untuk segera dikirim ketempat kejadian perkara. Fachri pun langsung meresponnya dengan cepat tanpa bertanya dulu siapakah yang telah menjadi korban dari kecelakaan tersebut.

Badung Location. . . . Season 2
“Pernikahan Diatas Matrai”

                Dan kini Omah sudah berada dirumah sakit tempat Fachri bekerja, tepatnya lagi berada diruang UGD. Awalnya, Fachri mengaku terkejut sebab korban dari kecelakaan yang diberitahukan Yandra adalah Omah dari Yusra. Namun Fachri harus tetap fokus untuk menyadarkan Omah yang belum sadarkan diri. “Dia tidak akan sadar, sebelum melakukan transfusi darah!”, keluh Fachri memberitahukan kepada suster yang membantunya.
“Lakukan transfusinya sekarang juga Fachri!”, Yandra memintanya dengan mendatanginya tiba-tiba.
“Warna darahnya saja tidak memungkinkan, disini kami kehabisan stok darah golongan B!”, ungkap Fachri melihat cemas ke Yandra.
“Aku bersedia untuk mendonorkan darahku!”, pinta Yandra menatap serius ke Fachri.
Dan kemudian tindakan lanjutan pun dilakukan, Fachri hanya memiliki waktu tigapuluh menit untuk menyelamatkan nyawa Omah dari Yusra. Karna itu Fachri harus bekerja keras memeriksa Omah lebin intensif. Sementara disana, keluarga Yusra dirumah baru saja mendapatkan telepon dari supir yang bersama Omah dengan mengabarkan kalau keduanya telah mengalami sebuah kecelakaan. Usainya memberithukan keluarga Yusra dirumah, supir itupun menelepon Yusra memberitahukannya pula.
Dan Yusra yang sudah mengetahuinya dengan masih berada dipantry, langsung menelepon asistennya untuk membatalkan pertemuan seseorang yang telah dimaksudkan tadi. Dan akan digantikan pada hari esok dijam yang sama, sebab kini dirinya harus segera bergegas pergi menuju kerumah sakit untuk menngetahui keadaan Omahnya yang mengalami kecelakaan.

Beberapa saat kemudian. . . .

                Kini keluarga Yusra telah berkumpul diruang ICU menunggu Omah siuman. Mereka berbincang-bincang dengan Fachri tentang kondisi kesehatan dari Omah kini. Dan Fachri menjelaskan kalau kesehatan Omah semakin stabil setelah dilakukannya transfusi darah, sementara soal siumannya akan terjadi dengan sendirinya. Sebab Fachri telah memberikan obat tidur agar Omah dapat beristirahat selama enam jam karna fisik dari  Omah terlihat lelah ketika sudah mengalami kecelakaan.
                Usainya menjelaskan, Fachri pun permisi untuk pergi meninggalkan karna tugasnya sudah selesai dalam menangani Omah. Kemudian saat ketika baru keluar dari ruang ICU, Fachri melihat Yusra baru datang dan berhenti didekatnya. Yusra pun langsung menanyakan sesuatu kepadanya. “Bagaimana Fachri, apa kau sudah berhasil menangani Omah? sebab telah ku dengar kalau Omah membutuhkan donor darah golongan B!”, tanya Yusra belum mengetahui keadaan Omah sekarang. Menatap cemas.
                Fachri menjadi tersenyum menatap ceria padanya, “Semuanya sudah baik-baik saja! Bahkan lebih baik!”, sahut Fachri menenangkannya. Yusra menarik nafasnya lalu menghembuskannya merasa lega.
“Lalu, siapakah yang telah mendonorkan darahnya untuk Omah? Sebab telah ku dengar kalau stok darah golongan B dirumah sakit ini tidak tersedia!”, tanya Yusra lagi ingin mengetahui.
“Dia adalah seorang wanita yang bernama, Mirzara!”, Fachri langsung menyahutnya memberitahukan namun telah berusaha menyembunyikan sesuatu.
Yusra memberinya senyuman kecil serta tatapan cerianya, karna Fachri sudah menjawab sebuah pertanyaan darinya. Kemudian Yusra berkata permisi untuk memasuki ruang ICU, dan Fachri mempersilahkannya dengan cuma-cuma. Setelah melihat Yusra memasuki ruang ICU, Fachri tidak sengaja melihat Yandra disudut rumah sakit diarah kanannya sedang terdiam melihat padanya sesaat ia mencoba beranjak akan meninggalkan.
Dan Fachri pun menjadi terhenti seketika lalu beranjak lagi mencoba akan menghampiri Yandra. Sementara Yandra masih berdiam ditempat menunggu Fachri berhenti didekatnya. Secara diam-diam, Yandra telah melihat percakapan antara Fachri dan Yusra. Walaupun ia tidak bisa mendengarnya, namun ia telah melihat Yusra tersenyum dengan percakapannya bersama Fachri didepan ruang ICU tadi.

Badung Location. . . . Season 2
“Pernikahan Diatas Matrai”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar