Usainya makan malam bersama, kini
perkumpulan mereka dicafe sudah berakhir. Dan kini juga Fachri mengantarkan
Mora untuk pulang kerumah kediamannya menggunakan kendaraannya sendiri. saat masih
dalam perjalanan menuju rumah kediaman Mora, mereka berdua sama sekali tidak
saling berbicara justru amat fokus pada pemikiran masing-masing. Mora selalu
berbicara menunjukkan jalan rumah kediamannya, dan Fachri menuruti apa yang
telah ditunjukkannya itu.
Dan alasan yang sama dari
pemikiran keduanya adalah agar tidak salah arah menuju rumah kediaman Mora. Setibanya
disana, dirumah kediaman Mora tepat didepan pintu gerbangnya Fachri pun menghentikan
kendaraannya. Dan ketika Mora akan beranjak membuka pintu mobilnya, Fachri
mengajaknya untuk berbicara singkat dulu.
“Besok ada acara atau tidak?”,
Fachri berkata langsung menanyakan. Melihat santai ke Mora.
“Memangnya kenapa?”, Mora
menanyakan melihat biasa ke Fachri.
“Besok kan hari libur nasional!
Jadi….?”, Fachri akan mengungkap. Mora langsung memotongnya.
“Besok merupakan hari libur karna
apa?”, Mora menanyakan lagi.
“Kenaikan Yesus Kristus!”, jawab
Fachri secara reflek. Melihat biasa belum mengerti.
Mora menjadi tersenyum kecil lalu
berkata kembali, “Besok, aku harus pergi ke Gereja! Kalau kau memang mau,
tunggu saja aku pulang dari Gereja!”. Katanya sedikit mengagetkan Fachri yang
mulai menunjukkan senyum palsu padanya. Kemudian Mora beranjak keluar membuka
pintu mobilnya. Lalu melambaikan tangannya ketika akan berbalik memasuki
rumahnya, dan Fachri yang melihatnya pun kembali memberi senyuman palsu
berpamitan sembari memikirkan kenyataan dari Mora.
Esoknya,
Mora sedang merayakan hari kenaikan Yesus Kristus disebuah Gereja. Ia disana
berdoa meminta harapan baik seperti pada jemaat yang lainnya, didalam Gereja
itu. Setelah beberapa saat kemudian, perayaan itupun berakhir dan kini Mora
telah keluar dari Gereja tersebut berjalan menyusuri halaman depan Gereja.
Kemudian secara tiba-tiba dilihatnya sosok Fachri sedang berdiri didepan
dirinya, tak jauh darinya membelakangi kendaraannya.
Fachri mulai memberikan senyuman
padanya, begitupun Mora memberi senyuman pula padanya dengan berjalan cepat
menghampirinya. Dan kini mora telah berada dihadapan Fachri akan menanyakan
sesuatu. “Darimana kau tau bahwa aku telah berada di Gereja ini?”, Mora
menanyakan menatap ceria. Fachri menjadi tertawa kecil. “Eisya seorang! Tapi
setelah darinya aku baru membaca personal messenger milikmu! Dan dari itu juga
Eisya tidak berbohong padaku!”, Fachri mengujarnya.
Usainya mereka berbicara saling
menyapa, Fachri membukakan pintu depan mobilnya sembari mengisyaratkan Mora
untuk segera masuk. Mora yang mengetahuinya pun langsung memasuki mobilnya.
Kemudian Fachri menutup kembali pintu mobilnya beralih akan memasuki mobilnya
sembari akan mengendarai. Mereka berdua akan menuju kesebuah tempat untuk
berjalan-jalan bersama menikmati hari kosong alias hari bebas kerja.
Badung Location. . . . Season 2
“Pernikahan Diatas Matrai”
Sementara
disana, Yusra didalam ruang kerja dirumahnya sendiri sedang menghitung angka
dikalender. Dirinya menghitung angka dikalender tersebut berhubungan dengan
waktu delapan bulan kedepan, yang telah dijanjikan Yandra kepadanya. “Delapan
bulan kedepan itu gak lama! Karna masih kurang empat bulan lagi untuk mencapai
setahun!”, bisiknya sambil melingkari angka pada kalender yang sudah terlewati.
Namun ketika berbalik sudah membelakangi
kalender tersebut, tiba-tiba dirinya melihat sosok Qiera memasuki ruang
kerjanya dengan baru membuka pintu sembari menutup pintu ruang kerjanya
kembali. Yusra pun menjadi berdiri menetap ditempatnya melihatnya yang kini
masih menghampirinya. Dan kini Qiera telah berdiam berdiri dihadapannya,
memakai tatapan akan menanyakannya.
“Yusra, baru saja tadi aku telah
salah memasuki ruangan dirumahmu! Aku berniat memasuki ruang kerjamu, malah
memasuki sebuah kamar kosong namun berisi banyak foto kenangan!”, Qiera mulai
mengujarnya akan segera menanyakannya. Menatapnya polos.
“Diwaktu kapan kau telah memasuki
ruangan yang kau maksud?”, tanya balik Yusra menatap balik.
“Sebelum akhirnya aku menyadari
dan aku masuk keruangan ini!”, Ujar Qiera memakai tatapan mempertanyakan.
“Laaaluuuu?”, Yusra masih
menanyakan balik sedikit bermain-main.
“Orang yang aku pernah temui pada
festival dulu, adalah istrimu! Mengapa kau tidak pernah membritahuku Yusra? Kau
juga pernah bersamanya bukan sewaktu kita semua sedang berada ditaman, sebelum
aku dilarikan kerumah sakit karna penyakit usus buntu yang aku derita tiba-tiba
menjadi kambuh! Pantas saja pada kedua kalinya kau, dan mereka yang menjengukku
tidak membawa dirinya!”, Qiera langsung berkata menghakiminya karna teringat
tentang yang dulu.
“Pantas saja pada kedua kalinya aku, dan
mereka yang menjengukmu tidak membawa dirinya! Sebentar, maksud dari
perkataanmu yang telah aku ulangi tadi apa?”, dan lagi Yusra menanyakannya
balik.
“Stop! Stop Yusra! Kamu gak perlu
lagi jaga perasaan aku! Okay, hubungan kita sekarang telah menjadi mantan! Tapi
tidak seharusnya kamu sembunyikan dia, dariku Yusra!”, Qiera mengungkap isi
pemikirannya.
“Qiera, aku hanya tidak siap jika
kau mengetahui, orang yang kau temui pada festival itu adalah istriku! Kau melihatnya
sebagai seorang penari, bagaimana mungkin aku memberitahumu disaat yang
bersamaan sementara kau sedang pergi bersamaku….?”, Yusra belum sempat
meluruskan katanya Qera langsung memotongnya.
“Dan dia pergi dengan seorang
diri!”, Qiera membentaknya kecil.
Mendengar kata bentakannya itu,
Yusra menutup kedua telinganya sebab teringat saat Yandra berbicara tentang
Qiera padanya dulu. “Dia sudah pergi dariku! Semuanya sudah tidak berarti!
Sebentar lagi kami akan bercerai!”, Yusra membuka apa yang sudah terjadi
dengannya bersama Yandra. Masih menutup kedua telinganya. Qiera yang sudah
terlanjur mendengar keterbukaannya pun menjadi terdiam seketika memandanginya
terkejut.
“Ditengah keadaan ini! Lo harus
bisa bawa gue ke dia!”, pinta Qiera padanya. Yusra melepaskan tangannya dari
menutup kedua telinganya.
“Kau datangi saja dia dengan
usahamu sendiri! Karna kini aku mau fokus dengan percraianku saja!”, Yusra
berkata menolaknya secara halus.
Dan kemudian Qiera beranjak pergi
keluar darinya untuk segera pergi dari rumah kediamannya, merasa kecewa sebab
Yusra telah menolak pintanya secara halus. Dan Yusra menjadi merenung melihat
kejendela ruang kerjanya.
Badung Location. . . . Season 2
“Pernikahan Diatas Matrai”
Kembali
pada Mora dan Fachri, keduanya kini sedang berjalan-jalan disebuah Mall. Dan
kini pula mereka memasuki sebuah toko yang menjual aneka aksesoris lucu nan
menggemaskan. Didalam toko tersebut, mereka memilih untuk berpencar demi
melihat-lihat barang yang mereka sukai. Keduanya sangat menyukai aksesoris yang
berupa kalung, gelang dan sebagainya. Namun berbeda tempat masih didalam toko
aksesoris itu.
Setelah beberapa saat berlalu,
kini keduanya telah duduk bersama diCFC masih didalam Mall tersebut. Mereka
akan melakukan makan siang bersama sebelum pulang kembali kekediaman
masing-masing. Dan lagi, saat memulai untuk saling menikmati makanan
masing-masing mereka tidak saling bicara seperti pada umumnya dua orang yang
sedang berkencan. Malah sebaliknya mereka bersikap biasa saja, bersikap dengan
kesibukkan masing-masing. Kesibukkan keduanya menikmati makanannya.
Usainya menikmati makanannya,
menikmati makan siang bersama. Kini keduanya pun memutuskan untuk pulang
kekediaman masing-masing. Dan Fachri yang akan mengantarkan Mora untuk pulang
kerumah kediamannya.
Setelah beberapa waktu berjalan. . . .
Kini
mereka telah sampai dikediaman Mora, tepatnya berhenti didepan pintu gerbang
rumah Mora yang masih tertutup. Saat ketika Mora akan membuka pintu mobilnya,
Fachri memintanya untuk berhenti sejenak dan Fachri yang mengeluarkan dirinya sendiri
dari dalam mobilnya. Mora yang sudah mengetahuinya pun hanya diam melihatnya
berjalan dibalik kaca mobil. Kemudian Fachri berdiam diarah duduk Mora sambil
membukakan pintu untuknya.
Mora yang melihat perilakunya
sejenak mulai merasa spesial, hingga membuatnya tersenyum membangunkan dirinya
keluar dari dalam mobil sembari berdiri dihadapan Fachri. Sementara Fachri
menutup pintu mobil yang dibuka Mora tadi dan baru saja melihat padanya.
“Bukan maksudku tidak mau
mengantarkanmu sampai memasuki halaman rumahmu! Aku masih merasa canggung saja
bila bertemu dengan salah-satu orangtuamu!”, Fachri mengungkap pemikirannya.
“Orangtuaku ada di Australia!
Mereka sedang mengembangkan perusahaan keluarga kami disana!”, buka Mora
menjelaskannya.
“Oh, begitu!”, jawab Fachri
sedikit merasa malu.
Mora yang melihatnya pun menjadi
tersenyum seketika. Sedangkan Fachri mulai menatap canggung lalu mengeluarkan
sebuah gelang dari saku celananya sembari menunjukkannya ke Mora. Mora terhenti
dari senyumnya dan Fachri langsung memakaikan gelang tersebut dipergelangan
tangan kanan Mora. Awalnya, Fachri mengambil tangan kanan Mora tanpa meminta
izin padanya dulu. Kemudian memasangkan gelang tersebut dipergelangan tangan
Mora dengan lembut memanjakannya.
“Apa ini Fachri?”, tanya Mora
setelah dilihatnya gelang tersebut terpasang dipergelangan tangannya. Melihat
tanya. Fachri menjatuhkan tangan Mora pelan setelah memasangkan gelang
tersebut.
“Sebuah gelang persahabatan
dariku, untukmu!”, sahut Fachri menjelaskannya. Menatap menyanjungnya kecil.
“Sebelum diriku! Siapa yang sudah
kau berikan gelang persahabatan seperti ini!”, tanya Mora ingin mengetahuinya.
“Aku memberikan gelang
persahabatan itu, bila aku sudah merasa nyaman seperti padamu! Dan kini, aku
hanya memberikannya padamu seorang!”, penjelasan Fachri seperti memberi harapan
pada Mora. Memakai senyuman kecil namun terlihat mesra.
Mora yang mendengar tuturan kata
darinya, menundukkan kepalanya melihat kebawah karna merasa malu juga merasa tersanjungi
kembali. “Mora, kalau begitu aku pulang dulu!”, Fachri berkata berpamitan
dengannya. Mora kembali menegakkan kepalanya melihat padanya, kembali memberi
senyuman pula. Sedangkan Fachri melambaikan kedua tangannya mengucapkan selamat
tinggal lalu beranjak memasuki mobilnya.
Dan kini Fachri pun menggaspol
kendaraannya berkecepatan normal pergi meninggalkan kediaman Mora. Sementara
Mora yang masih melihatnya semakin menjauh, mulai merasakan sesuatu kemudian
beranjak membuka pintu gerbangnya memasuki rumahnya meninggalkan tempatnya
tadi.
Badung Location. . . . Season 2
“Pernikahan Diatas Matrai”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar