Minggu, 27 Maret 2016

Badung Location. . . . Season 2 #4

Usainya makan malam bersama, kini perkumpulan mereka dicafe sudah berakhir. Dan kini juga Fachri mengantarkan Mora untuk pulang kerumah kediamannya menggunakan kendaraannya sendiri. saat masih dalam perjalanan menuju rumah kediaman Mora, mereka berdua sama sekali tidak saling berbicara justru amat fokus pada pemikiran masing-masing. Mora selalu berbicara menunjukkan jalan rumah kediamannya, dan Fachri menuruti apa yang telah ditunjukkannya itu.
Dan alasan yang sama dari pemikiran keduanya adalah agar tidak salah arah menuju rumah kediaman Mora. Setibanya disana, dirumah kediaman Mora tepat didepan pintu gerbangnya Fachri pun menghentikan kendaraannya. Dan ketika Mora akan beranjak membuka pintu mobilnya, Fachri mengajaknya untuk berbicara singkat dulu.
“Besok ada acara atau tidak?”, Fachri berkata langsung menanyakan. Melihat santai ke Mora.
“Memangnya kenapa?”, Mora menanyakan melihat biasa ke Fachri.
“Besok kan hari libur nasional! Jadi….?”, Fachri akan mengungkap. Mora langsung memotongnya.
“Besok merupakan hari libur karna apa?”, Mora menanyakan lagi.
“Kenaikan Yesus Kristus!”, jawab Fachri secara reflek. Melihat biasa belum mengerti.
Mora menjadi tersenyum kecil lalu berkata kembali, “Besok, aku harus pergi ke Gereja! Kalau kau memang mau, tunggu saja aku pulang dari Gereja!”. Katanya sedikit mengagetkan Fachri yang mulai menunjukkan senyum palsu padanya. Kemudian Mora beranjak keluar membuka pintu mobilnya. Lalu melambaikan tangannya ketika akan berbalik memasuki rumahnya, dan Fachri yang melihatnya pun kembali memberi senyuman palsu berpamitan sembari memikirkan kenyataan dari Mora.
                Esoknya, Mora sedang merayakan hari kenaikan Yesus Kristus disebuah Gereja. Ia disana berdoa meminta harapan baik seperti pada jemaat yang lainnya, didalam Gereja itu. Setelah beberapa saat kemudian, perayaan itupun berakhir dan kini Mora telah keluar dari Gereja tersebut berjalan menyusuri halaman depan Gereja. Kemudian secara tiba-tiba dilihatnya sosok Fachri sedang berdiri didepan dirinya, tak jauh darinya membelakangi kendaraannya.
Fachri mulai memberikan senyuman padanya, begitupun Mora memberi senyuman pula padanya dengan berjalan cepat menghampirinya. Dan kini mora telah berada dihadapan Fachri akan menanyakan sesuatu. “Darimana kau tau bahwa aku telah berada di Gereja ini?”, Mora menanyakan menatap ceria. Fachri menjadi tertawa kecil. “Eisya seorang! Tapi setelah darinya aku baru membaca personal messenger milikmu! Dan dari itu juga Eisya tidak berbohong padaku!”, Fachri mengujarnya.
Usainya mereka berbicara saling menyapa, Fachri membukakan pintu depan mobilnya sembari mengisyaratkan Mora untuk segera masuk. Mora yang mengetahuinya pun langsung memasuki mobilnya. Kemudian Fachri menutup kembali pintu mobilnya beralih akan memasuki mobilnya sembari akan mengendarai. Mereka berdua akan menuju kesebuah tempat untuk berjalan-jalan bersama menikmati hari kosong alias hari bebas kerja.

Badung Location. . . . Season 2
“Pernikahan Diatas Matrai”

                Sementara disana, Yusra didalam ruang kerja dirumahnya sendiri sedang menghitung angka dikalender. Dirinya menghitung angka dikalender tersebut berhubungan dengan waktu delapan bulan kedepan, yang telah dijanjikan Yandra kepadanya. “Delapan bulan kedepan itu gak lama! Karna masih kurang empat bulan lagi untuk mencapai setahun!”, bisiknya sambil melingkari angka pada kalender yang sudah terlewati.
Namun ketika berbalik sudah membelakangi kalender tersebut, tiba-tiba dirinya melihat sosok Qiera memasuki ruang kerjanya dengan baru membuka pintu sembari menutup pintu ruang kerjanya kembali. Yusra pun menjadi berdiri menetap ditempatnya melihatnya yang kini masih menghampirinya. Dan kini Qiera telah berdiam berdiri dihadapannya, memakai tatapan akan menanyakannya.
“Yusra, baru saja tadi aku telah salah memasuki ruangan dirumahmu! Aku berniat memasuki ruang kerjamu, malah memasuki sebuah kamar kosong namun berisi banyak foto kenangan!”, Qiera mulai mengujarnya akan segera menanyakannya. Menatapnya polos.
“Diwaktu kapan kau telah memasuki ruangan yang kau maksud?”, tanya balik Yusra menatap balik.
“Sebelum akhirnya aku menyadari dan aku masuk keruangan ini!”, Ujar Qiera memakai tatapan mempertanyakan.
“Laaaluuuu?”, Yusra masih menanyakan balik sedikit bermain-main.
“Orang yang aku pernah temui pada festival dulu, adalah istrimu! Mengapa kau tidak pernah membritahuku Yusra? Kau juga pernah bersamanya bukan sewaktu kita semua sedang berada ditaman, sebelum aku dilarikan kerumah sakit karna penyakit usus buntu yang aku derita tiba-tiba menjadi kambuh! Pantas saja pada kedua kalinya kau, dan mereka yang menjengukku tidak membawa dirinya!”, Qiera langsung berkata menghakiminya karna teringat tentang yang dulu.
 “Pantas saja pada kedua kalinya aku, dan mereka yang menjengukmu tidak membawa dirinya! Sebentar, maksud dari perkataanmu yang telah aku ulangi tadi apa?”, dan lagi Yusra menanyakannya balik.
“Stop! Stop Yusra! Kamu gak perlu lagi jaga perasaan aku! Okay, hubungan kita sekarang telah menjadi mantan! Tapi tidak seharusnya kamu sembunyikan dia, dariku Yusra!”, Qiera mengungkap isi pemikirannya.
“Qiera, aku hanya tidak siap jika kau mengetahui, orang yang kau temui pada festival itu adalah istriku! Kau melihatnya sebagai seorang penari, bagaimana mungkin aku memberitahumu disaat yang bersamaan sementara kau sedang pergi bersamaku….?”, Yusra belum sempat meluruskan katanya Qera langsung memotongnya.
“Dan dia pergi dengan seorang diri!”, Qiera membentaknya kecil.
Mendengar kata bentakannya itu, Yusra menutup kedua telinganya sebab teringat saat Yandra berbicara tentang Qiera padanya dulu. “Dia sudah pergi dariku! Semuanya sudah tidak berarti! Sebentar lagi kami akan bercerai!”, Yusra membuka apa yang sudah terjadi dengannya bersama Yandra. Masih menutup kedua telinganya. Qiera yang sudah terlanjur mendengar keterbukaannya pun menjadi terdiam seketika memandanginya terkejut.
“Ditengah keadaan ini! Lo harus bisa bawa gue ke dia!”, pinta Qiera padanya. Yusra melepaskan tangannya dari menutup kedua telinganya.
“Kau datangi saja dia dengan usahamu sendiri! Karna kini aku mau fokus dengan percraianku saja!”, Yusra berkata menolaknya secara halus.
Dan kemudian Qiera beranjak pergi keluar darinya untuk segera pergi dari rumah kediamannya, merasa kecewa sebab Yusra telah menolak pintanya secara halus. Dan Yusra menjadi merenung melihat kejendela ruang kerjanya.

Badung Location. . . . Season 2
“Pernikahan Diatas Matrai”

                Kembali pada Mora dan Fachri, keduanya kini sedang berjalan-jalan disebuah Mall. Dan kini pula mereka memasuki sebuah toko yang menjual aneka aksesoris lucu nan menggemaskan. Didalam toko tersebut, mereka memilih untuk berpencar demi melihat-lihat barang yang mereka sukai. Keduanya sangat menyukai aksesoris yang berupa kalung, gelang dan sebagainya. Namun berbeda tempat masih didalam toko aksesoris itu.
Setelah beberapa saat berlalu, kini keduanya telah duduk bersama diCFC masih didalam Mall tersebut. Mereka akan melakukan makan siang bersama sebelum pulang kembali kekediaman masing-masing. Dan lagi, saat memulai untuk saling menikmati makanan masing-masing mereka tidak saling bicara seperti pada umumnya dua orang yang sedang berkencan. Malah sebaliknya mereka bersikap biasa saja, bersikap dengan kesibukkan masing-masing. Kesibukkan keduanya menikmati makanannya.
Usainya menikmati makanannya, menikmati makan siang bersama. Kini keduanya pun memutuskan untuk pulang kekediaman masing-masing. Dan Fachri yang akan mengantarkan Mora untuk pulang kerumah kediamannya.

Setelah beberapa waktu berjalan. . . .

                Kini mereka telah sampai dikediaman Mora, tepatnya berhenti didepan pintu gerbang rumah Mora yang masih tertutup. Saat ketika Mora akan membuka pintu mobilnya, Fachri memintanya untuk berhenti sejenak dan Fachri yang mengeluarkan dirinya sendiri dari dalam mobilnya. Mora yang sudah mengetahuinya pun hanya diam melihatnya berjalan dibalik kaca mobil. Kemudian Fachri berdiam diarah duduk Mora sambil membukakan pintu untuknya.
Mora yang melihat perilakunya sejenak mulai merasa spesial, hingga membuatnya tersenyum membangunkan dirinya keluar dari dalam mobil sembari berdiri dihadapan Fachri. Sementara Fachri menutup pintu mobil yang dibuka Mora tadi  dan baru saja melihat padanya.
“Bukan maksudku tidak mau mengantarkanmu sampai memasuki halaman rumahmu! Aku masih merasa canggung saja bila bertemu dengan salah-satu orangtuamu!”, Fachri mengungkap pemikirannya.
“Orangtuaku ada di Australia! Mereka sedang mengembangkan perusahaan keluarga kami disana!”, buka Mora menjelaskannya.
“Oh, begitu!”, jawab Fachri sedikit merasa malu.
Mora yang melihatnya pun menjadi tersenyum seketika. Sedangkan Fachri mulai menatap canggung lalu mengeluarkan sebuah gelang dari saku celananya sembari menunjukkannya ke Mora. Mora terhenti dari senyumnya dan Fachri langsung memakaikan gelang tersebut dipergelangan tangan kanan Mora. Awalnya, Fachri mengambil tangan kanan Mora tanpa meminta izin padanya dulu. Kemudian memasangkan gelang tersebut dipergelangan tangan Mora dengan lembut memanjakannya.
“Apa ini Fachri?”, tanya Mora setelah dilihatnya gelang tersebut terpasang dipergelangan tangannya. Melihat tanya. Fachri menjatuhkan tangan Mora pelan setelah memasangkan gelang tersebut.
“Sebuah gelang persahabatan dariku, untukmu!”, sahut Fachri menjelaskannya. Menatap menyanjungnya kecil.
“Sebelum diriku! Siapa yang sudah kau berikan gelang persahabatan seperti ini!”, tanya Mora ingin mengetahuinya.
“Aku memberikan gelang persahabatan itu, bila aku sudah merasa nyaman seperti padamu! Dan kini, aku hanya memberikannya padamu seorang!”, penjelasan Fachri seperti memberi harapan pada Mora. Memakai senyuman kecil namun terlihat mesra.
Mora yang mendengar tuturan kata darinya, menundukkan kepalanya melihat kebawah karna merasa malu juga merasa tersanjungi kembali. “Mora, kalau begitu aku pulang dulu!”, Fachri berkata berpamitan dengannya. Mora kembali menegakkan kepalanya melihat padanya, kembali memberi senyuman pula. Sedangkan Fachri melambaikan kedua tangannya mengucapkan selamat tinggal lalu beranjak memasuki mobilnya.
Dan kini Fachri pun menggaspol kendaraannya berkecepatan normal pergi meninggalkan kediaman Mora. Sementara Mora yang masih melihatnya semakin menjauh, mulai merasakan sesuatu kemudian beranjak membuka pintu gerbangnya memasuki rumahnya meninggalkan tempatnya tadi.

Badung Location. . . . Season 2
“Pernikahan Diatas Matrai”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar