Kini
Yusra telah duduk dikursi kerjanya, ia masih mengamati proposal yang telah
diserahkan pak Mirzain padanya. Tujuan pak Mirzain menginginkan Yusra untuk
ikut serta dalam memajukan rumah sakit yang telah didirikannya diluar negeri
sana, atau bahasa sederhananya dikenal dengan ikut serta dalam bekerjasama.
Yusra masih mengamati isi dari proposal tersebut, yang berupa visi dan misi
dalam akan memajukan rumah sakit tersebut.
Selang beberapa waktu berjalan,
Yandra kembali memasuki ruangan Yusra berniat untuk meminta proposal yang telah
diserahkan oleh pak Mirzain tadi kepada Yusra. Sementara Yusra baru saja
menutup proposal itu lalu terpandang ke Yandra yang juga baru saja berhenti
didepan meja kerjanya dengan memandanginya sangat biasa. Sejenak keduanya
kembali berpandangan diam. Kemudian Yandra memberanikan diri untuk memulai
pembicaraan.
“Jikalau sudah mengamati secara
keseluruhan isi dari proposal itu, maka berikanlah padaku dan aku akan
memberikannya kepada pak Mirzain!”, Yandra memulai segan begitupun tatapannya.
Yusra berdiri dari duduknya akan menanyakan sesuatu.
“Siapa dirimu yang sebenarnya?
Sebab kamu yang ku kenal dulu sangat berbeda dengan yang baru ku kenal sekarang!?”,
Yusra langsung mengungkap tanyanya menatap serius menegaskan. Yandra menjadi
terdiam menatap sedikit tegang sesaat.
“Berikan proposal itu segera
padaku! Karna pak Mirzain disana tidak bisa lama menunggu!”, Yandra berbicara mengalihkannya
menatap begitu tegang.
“Aku tidak akan memberikannya
sebelum kamu menjawab pertanyaanku tadi!”, Yusra semakin menatap serius
menegaskan. Yandra mendesah perlahan dengan melirikkan kedua matanya kebawah.
“Aku, adalah Yandra! Tapi namaku
yang sebenarnya, adalah Mirzara! Alamrhumah, ibuku mengganti namaku dengan nama
Yandra! Aku, adalah putri kandung dari pak Mirzain yang telah hilang dulu! Dan
Mirza, adalah seorang kakak kandungku!”, Yandra menjelaskannya membuka rahasia
jati dirinya sendiri. Sontak Yusra menjadi terkejut menatap Yandra, sebab
merasa telah dibohongi oleh Mirza mengenai rahasia tentang Yandra. Kemudian
Yandra melirikkan kedua matanya kembali ke Yusra.
“Bukankah sudah pernah aku katakan
padamu, kalau aku tidak menyukai wanita pembohong! Itu dulu yah?”, Yusra
mengingatkan Yandra menatap jahat disertai senyuman kecil. “Dan sekarang lagi
aku katakan padamu, bahwa aku tidak suka dengan wanita yang mengalihkan
pembicaraan sebelumnya!”, katanya lagi dengan memberi proposal itu ke Yandra.
Menyindir halus. Dan Yandra pun mengambil proposal itu dengan menahan suasana
hatinya yang kini terguncang.
Sedangkan Yusra masih tetap dengan
pendiriannya tadi. “Aku harap, kau tidak akan mencampuri kemarahanmu padaku
dengan pak Mirzain!”, Yandra kembali berkata memohon melihat segan ke Yusra.
Yusra menggeleng resah meskipun kedua tatapan matanya mengisyaratkan kecewa
besar padanya. Yandra semakin menatap segan disertai dengan ketegangan, menahan
hasratnya ingin menunjukkan sebuah senyuman.
“Yusra, sekiranya kau sudah tenang
nanti! Ma-ka kabari aku, agar a-ku bi-sa meminta maaf tanpa, ada rasa kesegenan
didalam diriku!”, Yandra berusaha berbicara teramat gugup menahan guncangan kecil
didirinya. Yusra mengangguk lalu berbalik membelakanginya, karna tidak sanggup
melihat Yandra terpaku tegang seperti itu. “Pergilah, sebelum aku berkata lagi
yang mungkin akan lebih menyakitimu!”, kata pengusiran halus dari Yusra namun
menyembunyikan rasa pedulinya.
Dan kemudian Yandra mejadi
tersenyum diam-diam dibalik Yusra, lalu berbalik pergi menahan rasa lega yang
baru dirasanya. Sementara Yusra masih dalam keadaan yang sama, “Kerinduanku
sudah sedikit terobati!”, bisiknya dihati menatapi jendela didepannya. Tanpa
dipahami keduanya, mereka berdua telah merasa lega setelah perdebatan yang
terjadi diantara keduanya tadi.
Badung Location. . . . Season 2
“Pernikahan Diatas Matrai”
Disana,
dirumah sakit Fachri sedang memeriksa kesehatan Omah dari Yusra. Setelah
melakukan beberapa pemeriksaan, Omah dari Yusra dinyatakan pulih dan esok sudah
bisa pulang kerumah. Namun Fachri tetap menasehati Omah untuk beristirahat yang
cukup dirumah, tidak boleh stress dan juga melakukan tugas yang terbilang
berat. Omah dari Yusra yang telah mendengar nasehat darinya pun menjadi
tersenyum mengiyakannya. Kemudian Omah dari Yusra akan berbicara memujinya.
“Beruntung Omah ditangani sama
seorang Dokter seperti kamu! Kamu masih muda, baik dan juga teman baik Yusra
bukan?”, puji Omah sembari menanyakan. Menatap ceria. Fachri menjadi tertawa
menatap ceria padanya pula. “Kau sudah berhasil dalam mencari duniamu sendiri!
sama seperti cucuku, Yusra! Oyah, apakah kamu sudah berhasil juga dalam mencari
pasangan hidup?”, sambung Omah lagi membuat Fachri sedikit bingung tuk
menjawabnya.
“Semua akan ada waktunya, Omah!
kalau begitu, Fachri pamit dulu ya Omah! Sebab pasien Fachri yang lain sedang
menunggu!”, Fachri menjawabnya dengan yakin lalu mengalihkannya berkata pamit.
Omah dari Yusra pun mengizinkan sebab telah mengerti dengan tugas Fachri
sebagai seorang Dokter.
Pada sore harinya. . . .
Dikediaman Mirza, Eisya dan Mora
sedang bermain bersama bayi Cillo dihalaman depan rumah. Mereka duduk dalam
satu buah ayunan dengan Mora yang menimang bayi Cillo. Keduanya sedang
berayun-ayun bersama melantunkan sebuah lagu indah untuk bayi Cillo. Mereka
berdua begitu terkagum-kagum gemas, karna bayi Cillo yang semakin hari semakin
tumbuh besar, juga wajahnya yang semakin rupawan. Mereka berdua menganggap bayi
Cillo adalah bayi impor dari Negara India.
Alis matanya lebat nan hitam
seperti Yusra, begitupun hidungnya mancung seperti Yusra. Bulu matanya panjang
nan lentik seperti Yandra, begitupun bentuk bibirnya seperti gunung sama dengan
Yandra. Sementara bentuk wajahnya, rambutnya juga raut wajahnya mirip sekali
dengan gambaran Yusra diwaktu kecil. Jadi siapapun yang melihatnya pasti akan
memuji bayi Cillo yang semakin hari kerupawannya terlihat jelas bahkan
bertambah. Dan kini keduanya akan berbicara singkat.
“Jikalau Yusra dapat melihat bayi
Cillo sekali lagi! Mungkin dia akan dapat memahami kesamaan dari bayi Cillo
dengan dirinya!”, Eisya mengungkap sedikit haru menatap bayi Cillo.
“Tidak usah tanyakan itu lagi!
Bukankah dari awalnya bayi Cillo adalah darah dagingnya? Dan tentu saja masih
kita ingat bukan, saat Yusra mendonorkan darahnya hanya tuk menolong bayi Cillo
dari mautnya?’’, sahut Mora mengungkap juga menatap bayi Cillo memakai
perasaannya.
“Jadi maksudnya, dari itu semua
maka hubungan bathin Yusra ke bayi Cillo akan kuat! Dan bisa saja menguak
rahasia yang sudah sejak lama kita sembunyikan?”, Eisya menungkap isi pemikirannya
melihat diam ke Mora.
Mora menjadi tertawa kecil melihat
ke Eisya, “Semuanya akan baik-baik saja!”, lalu kembali menatapi bayi Cillo
masih dengan tertawa kecilnya. Dan Eisya pun ikut menjadi tertawa kecil
kemudian mereka berdua kembali melatunkan lagu indah untuk bayi Cillo yang
mulai mengantuk.
Badung Location. . . . Season 2
“Pernikahan Diatas Matrai”
Esoknya
disiang hari, Omah dari Yusra sudah pulang kerumah bersama keluarganya. Dan
kinipula Omah telah duduk bersama keluarganya diruang keluarga. Mereka sedang
berbincang-bincang disertai canda. Ditengah kebersamaan mereka, tiba-tiba saja
mereka serentak melihat ke Yusra yang baru saja datang dengan wajah sumringah.
Diam-diam Yusra akan memberitahukan sebuah berita gembira untuk mereka semua,
keluarganya.
Dan kini Yusra telah berhenti
didepan mereka semua yang masih duduk bersama. Yusra memandangi mereka satu
persatu menahan rasa bahagianya karna Omah kesayangannya sudah sembuh, terlebih
lagi ia sudah menemukan Yandra kembali dikehidupannya setelah lama mencari
serta menunggu. “Yusra, membawa kabar bahagia untuk kalian semua!”, Yusra mulai
mengungkapnya menatapi mereka satu persatu sembari menjaga sikapnya. Mereka
semua menatap tanya padanya.
“Katakan pada mamah! Kabar bahagia
apakah itu?”, mamahnya langsung menanyakan masih menatap tanya.
“Kabar bahagia itu, adalah Yandra
telah kembali!”, Yusra mengatakannya begitu bahagia melihat mereka semua. Omah
menjadi hening sedikit mencurigai, begitupula mamahnya.
“Om, tante yang dibandara sudah
datang ya?”, Cherish dan Ferish menanyakannya serentak dengan tertawa kecil
melihat ke Yusra. Yusra baru tersadar atas apa yang sudah terlanjur
dikatakannya tadi, melihat hening ke Cherish dan Ferish.
“Begini, eeemb, maksudnya! Kabar
bahagianya Yandra akan bisa membantu proses perceraian kami! Bahkan bisa lebih,
cepat! Iya bisa lebih cepat!”, Yusra mencoba mengalihkannya dengan berkata
bohong kepada mereka keluarganya. Keluarganya pun menjadi lega namun merasa
bingung. Sedangkan Cherish dan Ferish mendesah resah mengira kalau tante yang
dibandara tidak bisa pulang kerumah bermain bersama mereka berdua.
“Omah, Yusra bahagia melihat Omah
sudah sehat kembali! Dan kini, sudah saatnya Yusra untuk kembali kekantor!”,
Yusra berkata lagi untuk pamit kembali ke kantor karna tidak mau mendengar
pertanyaan dari Omah mengenai perceraiannya. Keluarganya pun memberi senyuman
mempersilahkannya sebab sudah mengerti tentang jam kerja Yusra yang masih
berjalan dikantornya. Dan kini Yusra bisa merasa bebas dari keluarganya dengan
beralasan untuk pergi kembali ke kantornya.
Setelah mengetahui Yusra sudah
pergi keluar dari rumah karna harus bergegas kembali ke kantor, Omah akan
mengungkap sesuatu apa yang baru saja terfikirkan olehnya. “Cermati anakmu
tadi! Dia lebih dulu memberitahukan kabar bahagia mengenai Yandra, dan Omahnya
dinomer dua kan!”, keluh Omah kepada mama Yusra. Melihat resah. Mamah Yusra
hanya tersenyum menggeleng. Lalu Yuska sebagai kakak kandung Yusra akan
menyahutnya dengan melihat ceria ke Omah.
“Yuska rasa Omah sedikit cemburu
ya dengan Yandra? Hayo….?”, Yuska sedikit mengejek sembari mengajak Omah untuk
bercanda. Omah dan mamahnya serentak melihat ke Yuska.
“Bukan begitu maksud Omah! Omah
mempunyai sebuah pemikiran, kalau Yusra telah bertolak belakang dengan
penyampaiannya tadi! Omah mulai curiga, kalau Yusra memang ada sesuatu dengan
Yandra!”, Omah mulai mengungkap isi pemikirannya menatap resah ke Yuska.
Mamahnya mulai sepeti telah mengingat sesuatu masih melihat ke Yuska sedikit
resah.
“Omah, tidak baik mencurigai
sesuatu sebelum menemukan kebenarannya! Yuska yakin, Yusra tadi sedang berkata
jujur! Dan Yuska juga yakin, apa yang ada dipikiran Omah itu hanyalah sebuah
hasutan dari kecemburuan Omah saja! Percayalah!”, Yuska mencoba menenangkannya.
Omah menerimanya berwajahkan jutek dengan mengambil tabloid sembari akan
membacanya. Meskipun begitu, Yuska tetap merasa lega karna Omah sudah bisa
bersikap tenang.
Sedangkan mamahnya baru saja
teringat dengan perkataan Yusra, “Dulu juga ada seorang peri, dia mengantarkan
segelas susu untukku bila aku telah lupa tuk meminumnya! Dan kini, aku sangat
merindukan dirinya itu!”, beberapa waktu lalu. Mamahnya pun kini mulai
mengerti, jikalau Yusra yang sebagai anaknya sudah menganggap kehadiran Yandra
begitu berarti disisinya. Seketika mamahnya menjadi resah, was-was seorang diri
menatapi mereka semua yang masih duduk besama.
Badung Location. . . . Season 2
“Pernikahan Diatas Matrai”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar