Kini
sudah memasuki hari ketiga Yusra tertidur mengalami masa koma, masih pula
berada diruang ICCU. Dan beruntung ia telah dirawat ditempat rumah sakit dimana
Fachri telah mengabdikan dirinya sebagai seorang Dokter. Yusra yang masih
tertidur menjalani masa komanya, didatangi oleh Mirza yang kini sudah memasuki
ruang ICCU sedang berjalan pelan meratapi keadaan Yusra. Dan ini ketiga kalinya
ia menjenguk Yusra masih dalam keadaan yang masih sama.
“Hey! Lo gak mau bangun lagi?”,
tegur Mirza berbisik ketika sudah berdiam disamping Yusra dengan berdiri
meratapinya. “Gue kesini udah tiga kali sama sekarang! Lo masih gak mau bicara
sama gue, buka mata lo dan tatap gue sebentar saja!”, bisik Mirza kembali
membujuknya namun Yusra tidak meresponnya lagi. Kemudian Mirza menyentuh
sembari mengangkat telapak tangan Yusra yang terpasang jarum infus, lalu dirabanya
dengan tetesan airmatanya yang mulai terjatuh.
Sementara tatapannya masih
meratapi wajah Yusra. “Gue pergi dulu yah! Tapi lo gak boleh pergi juga dari
kami semua! Pokoknya lo harus bangun, karna ada seorang sang penerus dari lo
yang akan lahir! Dan akan memanggilmu “Ayah” dikemudian hari nanti!”, bujuk
Mirza lagi sembari berpamitan dengannya. Karna Mirza akan segera melangsungkan
pertunangannya bersama Eisya diluar negeri, tepatnya di London.
Sementara disana. . . .
Yandra
yang sudah tiga hari berada diluar negeri mengikuti ayahnya sedang bertugas,
mulai terpikirkan tentang keadaan teman-temannya yang berada di Indonesia.
Sebab ponselnya telah hilang sesaat sudah tiba dibandara di negeri orang tersebut.
Dan tidak ada media yang bisa menghubungi teman-temannya yang berada di
Indonesia. Sementara itu, kini Yandra telah berada dirumah sakit tempat ayahnya
bertugas selama beberapa minggu saja.
Yandra mencoba memasuki ruang
praktek ayahnya yang sedang beristirahat. Sesampainya didalam ruang praktek
ayahnya, ia diberi sebuah ponsel baru sebagai pengganti ponselnya yang telah
hilang oleh pak Mirzain, ayahnya. Yandra pun merasa terkejut kecil lalu memeluk
pak Mirzain sembari mengucapkan terimakasih.
“Kartunya sudah ayah belikan,
sudah terdaftar pula dan sekarang kamu harus segera menghubungi Mirza! Sebab
ayah takut kakakmu telah mengkhawatirkanmu, karna ketiadaan kabar darimu yang
sudah berada diluar negeri!”, perintah pak Mirzain usainya melepaskan pelukan
darinya. Menatap serius sebab sudah mengetahui sesuatu.
“Makasih ayah, Yandra senang
banget diberi ponsel baru sama ayah! Karna secara kebetulan saja Yandra mulai
terpikirkan sama kakak, juga sama teman-teman Yandra di Indonesia!”, sahutnya
mencurahkan isi pada pemikirannya.
Dan kemudian Yandra berkata pamit
pada pak Mirzain untuk keluar dari ruang prakteknya, berniat akan menghubungi Mirza.
Sesampainya diluar ruang praktek pak Mirzain, Yandra baru saja menduduki
dirinya dikursi didepan ruang praktek pak Mirzain dengan langsung menghubungi
Mirza. Dan kini ia sedang berbicara dengan Mirza, setelah berbasa-basi
tiba-tiba saja Mirza memberikan kabar yang begitu mengejutkan dirinya. Baru
diketahuinya jika kabar Yusra sedang tidak baik-baik saja.
Diceritakannya pula oleh Mirza jika
Yusra mengalami sakit keras karna telah berani menghirup zat beracun, sehingga
Yusra menjalani masa koma dan sampai pada hari ini Yusra belum sama-sekali
menunjukkan tanda-tanda kesadarannya. Dan itu sudah berlangsung selama tiga
hari dengan hari sekarang. Usainya menceritakan itu, Mirza juga memberitahukan
bahwa ia dan teman-temannya berusaha menghubungi Yandra, namun tak ada satupun
yang berhasil.
Kini Mirza baru mengetahui jika
ponsel milik Yandra telah hilang seketika Yandra baru saja memberitahukannya. Dan
Mirza mengakhiri pembicaraannya melalui telepon dengan meminta Yandra untuk
terus berdoa agar Yusra dapat mengakhiri masa komanya. Setelah pembicaraan
keduanya berakhir, Yandra menjadi termenung mengingat hari-hari terakhirnya
bersama Yusra sebelum dirinya pergi tanpa berpamitan secara bertatap muka
kepada Yusra. Dan airmatanya menetes seketika.
Kembali ke Indonesia. . . .
Yusra yang masih menjalani masa
koma, tiba-tiba saja seperti merasakan jika Yandra telah mengetahui keadaan
dirinya kini. Dan itu berpengaruh dengan detak jantungnya yang mulai naik
melewati dua angka dari angka normal pada monitor detak jantungnya. Juga dengan
nafasnya yang mulai naik seperti memberi harapan baru. Seorang suster yang
kebetulan akan memeriksanya, menjadi kaget memperhatikan monitor detak
jantungnya dan nafasnya.
Sebab pada sebelumnya detak
jantung, juga nafasnya mudah naik turun sehingga suster yang bertugas harus
sering memeriksa keadaannya. Kemudian seorang suster tersebut beralih akan
memanggil Dokter yang menanganinya untuk memeriksanya secara langsung. Sesaat
setelah seorang suster itu pergi darinya, Yusra membuka perlahan kedua matanya
melihat kelangit-langit diatasnya. Lalu ia mendengarkan suara monitor yang
menandakan detak jantungnya sudah sangat stabil.
Dan kemudian ia menjadi tersenyum
kecil masih mendengarkan suara monitor yang menandakan detak jantungnya sudah
sangat stabil, lalu kembali menutup kedua matanya kembali. Sementara seorang
suster yang tadi baru saja datang kembali kepadanya bersama Dokter yang
menanganinya, disaat dirinya sudah terpejam kembali. Namun detak jantungnya,
nafasnya masih normal menunjukkan kestabilan.
Mengetahui keadaannya yang
sekarang, Dokter memutuskan akan memindahkan Yusra keruangan ICU. Dan saat
ketika Yusra baru saja dikeluarkan dari ruangan ICCU dengan sudah melewati
pintu ruang ICCU, Fachri tidak sengaja melihatnya lalu beralih mengikuti para
suster yang sedang membawa Yusra. Setelah beberapa saat Fachri mengikutinya,
baru diketahui jika Yusra telah dipindahkan keruangan ICU. Fachri langsung
merasa bersyukur kemudian memberitahukan apa yang baru saja disaksikannya
tersebut kepada mereka bertiga, Mirza, Eisya dan Mora.
Badung Location. . . . Season 2
“Pernikahan Diatas Matrai”
Esok
harinya, Yusra yang sudah dipindahkan keruang ICU kini akan kembali membuka
kedua matanya. Saat ketika sudah membuka kedua matanya, dilihat olehnya jika
omah sudah bediri disampingnya menatap diam. Omah akan mengajaknya berbicara
yang membuat Yusra sedikit terkejut namun bisa sedikit sanggup menerimanya, meski
harus mencoba menguati dirinya sendiri. Dan Omah langsung mengatakan bahwa ia
akan melanjuti perjodohan yang dulu pernah ditolak oleh Yusra.
Yusra
sudah terlanjur mendengarnya, dan Yusra akan mengajak Omah berbicara membahas
tentang Yandra, sedangkan Omah terpaksa meladeninya saat berbicara tentang
Yandra.
“Sebegitukah Omah membenci kami,
terutama pada Yandra? Sehingga Omah berani mengatakan itu lagi pada Yusra, yang
masih terbaring lemah diruangan ICU ini!?”, Yusra berkata mengeluhkan menatapnya
lemas.
“Tidak akan ada yang bisa kamu
dapatkan sesuatu lagi, bila kamu masih tertuju padanya! Dia sudah
meninggalkanmu, cucuku!”, ungkap Omah mencurahkan isi pemikirannya. Menatap
biasa namun bahasanya menegaskan.
“Omah, dengarkan Yusra! Yandra
terkadang seperti mamah, pernah menyuapi Yusra dengan segelas susu seketika
Yusra lupa tuk meminumnya! Yandra juga terkadang seperti kak Yuska, yang
membuat Yusra tidak tenang karna kejahilannya! Dan kadang Yandra seperti anak
kecil, pernah bermanja dengan Yusra disaat yang tak terduga! Dan lagi,
terkadang Yandra seperti Omah, berkata tegas mengenai sesuatu yang sedang kami
bicarakan!”.
Yusra menceritakan tentang Yandra,
menyamakannya dengan keluarganya. “Kamu jangan membela dia! Dia sudah pergi
meninggalkanmu, berpamitan denganmu hanya meninggalkan sepucuk surat didalam
kamarnya! Dan Omah sudah terlanjur mengetahui itu!”, Omah berkata melarangnya
mulai menatap tegas. Dan percakapan, perdebatan kecil keduanya berakhir karna
waktu jam besuk telah habis, begitupun Yusra bersikap mengalah padanya.
Sore
harinya, Yusra berdiam seorang diri diruang ICU, dan kini dirinya sedang diberi
obat suntik oleh suster demi mengeluarkan zat beracun melalui saluran kemih.
Usainya dirinya diberi obat suntik, suster itupun pergi darinya dan kemudian
digantikan oleh Mora yang secara kebetulan telah datang menjenguk dirinya. Dan
kini Mora telah berdiri disampingnya. Mereka memulai saling bertatapan diam,
lalu terhenti karna Yusra mengajaknya bicara.
“Seperti pada waktu lalu, Fachri
menanyakan dirimu karna tidak ikut bersama kami dalam menjemput Qiera untuk
pulang dari rumah sakit! Dan kini, aku yang bertanya dimana Yandra telah
berada?”, Pertanyaan Yusra menatap serius kepadanya. Mora mendadak menjadi
terdiam menatapnya, setelah mendengar perkataannya. “Mora? Jawab aku?”, sambung
lagi Yusra menegaskan.
“Yang pasti, Yandra telah berada
ditempat yang aman! Jadi, jangan khawatirkan dirinya! Oyah, untuk soal tanggung
jawab, Yandra telah mengalihkannya kepada kami! Dan lagi, kami yang akan
bertanggung jawab jika memang ada yang terjadi padanya!”, jawab Mora memberi
penjelasan menatap meyakinkannya. “Yusra, apa kau mulai mencarinya?”, tanya
Mora. Yusra mengangguk menatap serius. “Kau mulai mengasihinya?”, tanya lagi
Mora tuk lebih memastikan. Yusra mengangguk serius lagi.
Namun ketika Mora bertanya, “Kau
sudah mencintainya?”, Yusra memalingkan tatapannya kearah lain. “Aku masih
belum yakin tentang cinta itu yang tlah kau tanyakan!”, balas Yusra dengan
keraguannya. Melihatnya yang seperti itu, Mora menjadi tertawa kecil menatapnya.
Dan ketika Yusra melihat kepadanya lagi, Mora langsung berpura-pura melihat
kearah lain sembari menghentikan tawa kecilnya.
Badung Location. . . . Season 2
“Pernikahan Diatas Matrai”
Sudah
tiga hari berlalu, pertunangan Mirza dan Eisya pun dilaksanakan. Tepatnya
dimalam hari di London, dihadiri pak Mirzain juga Yandra. Acara pertunangan
mereka begitu romantis terlebih lagi saat keduanya saling bertukar memakaikan
cincin. Lalu disambung dengan Mirza yang mengecup kening Eisya, melengkapkan
berjalannya pertunangan keduanya. Dan Eisya yang sudah merasakan kecupannya
menjadi terdiam menatap Mirza begitu tersipu malu, bahagia.
Sementara Di Indonesia, Yusra yang
sudah pulih dari sakitnya dan sudah berada dirumah tepatnya kini sedang berada
dikamarnya. Ia sedang berdiri menatapi langit malalui jendela kamarnya,
merenungkan hari perceraiannya yang sudah tinggal menghitung hari saja.
“Semuanya sudah aku persiapkan! Hanya tinggal melaksanakannya saja! Maaf, jika
kau akan menjadi kecewa pada pelaksanaan perceraiian kita dihari itu!”, Yusra
berbisik sambil tersenyum jahat masih menatapi langit.
Dan disana, Mora kembali mendapat
telepon dari seorang misterius. setelah beberapa lama ia tidak mendapatkan
telepon darinya. Mora yang sedang duduk dimeja belajarnya, hanya mendiamkannya
saja mengamati seorang misterius yang kembali meneleponnya menggunakan nomor
pribadi. “Mungkin dia kangen lagi buat ngerjain aku!”, bisik Mora menatap
ponselnya. Sementara disana pula, Fachri mulai gelisah karna teleponnya tidak
disahuti oleh seseorang.
Seseorang yang dulu pernah
diteleponnya lalu diberikannya sebuah kata puitis. Dan seseorang itupun belum
terungkap, alias masih tetap dirahasiakan olehnya sendiri.
Beberapa hari kemudian. . . .
Hari perceraian Yusra dan Yandra
akan dilaksanakan pada hari ini, dipengadilan sesuai dengan tuntutan dari Omah.
Dan kini keluarga dari Yusra terdiri dari mamah dan Omah sudah duduk menjadi
saksi, dibelakang kursi Yusra yang sebagai penggugat. Sementara Yandra baru
saja datang dengan memakai kacamata hitam menduduki kursi disebelah Yusra
sebagai tergugat, yang akan diceraikan. Dan kini mereka sama-sama duduk dengan
pandangan masing-masing lurus kedepan.
Sebagai saksi Yandra adalah Mora
dan Fachri yang telah duduk berdampingan dibelakang kursi Yandra. Mengetahui
semuanya yang turut hadir sudah siap, pak Hakim akan segera membacakan surat
perceraian yang diajukan oleh Yusra. Pak Hakim membacakan jika Yusra
menjatuhkan talak satu kepada Yandra, dengan alasan jika masih ada sebuah
permasalahan yang belum dibicarakan lebih dulu sebelum melakukan sidang
perceraian pada hari ini. Yandra membuka kacamatanya seketika sudah mengetahui.
Omah, mamah, Mora juga Fachri
menjadi terkejut melihat ke pak Hakim yang sudah membacakannya. Begitupun
Yandra yang baru saja berdiri akan melakukan sebuah penolakan.
“Tidak! Ini tidak bisa
diberlakukan! Bagaimanapun juga, pak Yusra harus memberikan talak tiga! Karna
itulah tujuan kami yang sebenarnya!”, kata penolakan Yandra menegaskan melihat
ke pak Hakim. Pak Hakim melihat kepadanya lalu melihat ke Yusra. Sementara Yusra
baru saja berdiri dari duduknya melihat ke pak Hakim.
“Menurut pandangan hukum, setiap
ada pasangan yang akan bercerai, maka diperlukan untuk melakukan mediasi lebih
dulu! Dengan harapan akan mendapatkan jalan lain, selain jalan perceraian ini!
Maka dari itu, saya menjatuhkan talak satu pada Nyonya Yandra! Agar bisa
dibicarakan dulu secara kekeluargaan, agar kami tidak mendapati keputusan yang
salah!”, Yusra berkata mengungkap isi pemikirannya.
“Tetapi saya mengaku keberatan pak
Hakim! Kalau memang benar begitu, biarkan saya saja yang akan mengajukan talak tiga
terhadapnya! Dan saya akan melakukannya pada delapan bulan yang akan datang!
Cukup hari ini saja Tuan Yusra mempermainkan saya!”, Yandra berkata mengalah
namun mengalihkan pengajuan perceraian kepada dirinya sendiri. Sebab telah
merasa dikecewakan oleh Yusra.
“Kabulkan saja permintaan darinya!
Saya mengizinkannya!”, Yusra menerima peralihan darinya. Sedikit merasa lega
karna telah berhasil mengecewakan Yandra.
Dan kemudian mereka sama-sama
beralih duduk kembali menanti keputusan dari pak Hakim. Mereka berdua tak
sekalipun saling memandang satu sama lain karna dari keangkuhan masing-masing.
Tak perlu lama menunggu, pak Hakim pun memutuskan dengan mengabulkan permintaan
dari Yandra karna Yusra yang sebagai penggugat telah mengizinkannya. Yandra
yang sudah mendengarnya memakai kacamata hitamnya kembali merasa lega.
Sedangkan Yusra biasa saja masih
terduduk lalu dipeluk oleh Omahnya dari belakang. Secara tersembunyi, Yusra
menahan hasratnya tuk melihat wajah Yandra disampingnya. Dan saat ketika Yandra
baru saja berdiri dari duduknya, ia terpandang melihat ke mamah Yusra yang juga
melihat padanya berdiam. Lalu Yandra memalingkannya dengan melihat lurus
kedepan kembali. Dan pak Hakim memutuskan jika sidang perceraian keduanya pada
hari ini sudah berakhir .
Alasan Yandra mengambil keputusan
yang demikian, karna ingin menyembunyikan kehamilannya. Ia takut jika keluarga
Yusra mengetahuinya, termasuk Yusra maka hak asuh anaknya bisa diambil oleh
mereka. Maka dari itu Yandra mengambil keputusan untuk menjatuhkan talak tiga pada
delapan bulan kedepan pada Yusra. Sebab
telah dipikirnya jika pada delapan bulan kedepan ia telah melahirkan putra
kandung dari Yusra, dan kehamilannya pun sudah tidak tertampak lagi.
Badung Location. . . . Season 2
“Pernikahan Diatas Matrai”

Tidak ada komentar:
Posting Komentar