Malam
harinya, Mirza merayakan kebehasilannya dalam melakukan persentasenya tadi
siang dengan pergi mengunjungi BAR bersama Yusra. Keduanya sedang meminum
minuman anggur nol alkohol, sambil melihat penari BAR ditengah redupnya cahaya.
Keduanya begitu sangat menikmati sambil bercanda dengan wanita-wanita seksi
yang setiap kali datang hanya tuk menggoda mereka berdua saja.
Suasana didalam BAR semakin malam
semakin ramai saja, dan itu membuat keduanya betah berlama-lama bersantai
didalam BAR tersebut. Mirza dan Yusra berada didalam BAR tersebut dari jam
sepuluh malam, dan pada pukul dua dini hari keduanya pergi dari BAR tersebut
beralih untuk pulang kerumah kediaman masing-masing.
Pada pertengahan harinya. . . .
Yusra
kembali bekerja dan sudah berada diruang kerjanya, ia sedang berdiri melihat
pemandangan luar dari jendela ruang kerjanya. Mencoba menyegarkan matanya
dengan melihat beberapa pohon kelapa yang pada dedaunnya sedang melambai-lambai
dikejauhan. Begitupun angin yang mulai terasa amat sejuk meniupi dirinya,
layaknya tiupan angin disore hari ketika sedang bersantai disebuah pantai.
Dan Yusra mulai mencoba meresapinya,
menghirupnya perlahan membawa ketenangan untuk dirinya. Sementara ditempat
lain, Mirza baru saja keluar dari ruang kerjanya sembari menutup kembali pintu
ruangannya. Lalu ia berjalan akan menuju ketempat fotokopi, namun ketika baru
berjalan enam langkah tiba-tiba saja ponselnya berdering. Dan setelah
diperiksa, diterimanya sebuah pesan jika Qiera telah menunggunya dilobby kantor
untuk menanyakan sesuatu padanya.
Mirza yang baru mengetahuinya pun
mencoba berbalik akan beranjak menuju kelobby kantor, namun ada saja yang
menghentikannya. Dan yang menghentikannya itu adalah Yusra. Sebab Yusra telah
memanggil dirinya sesaat akan melangkah, secara terpaksa Mirza berbalik lagi
melihat ke Yusra. “Baru saja aku berniat akan menemuimu didalam ruang kerjamu!
Eh, gak taunya dirimu sudah ada didepan ruang kerjamu sendiri!”, ujar Yusra
melihat biasa.
“Yusra, telah ada seseorang yang
sedang menungguku lebih dulu! Kau, tunggu saja aku didalam ruang kerjaku!”,
Mirza memberitahukan dengan maksud agar Yusra bisa menunggu untuk bicara
dengannya.
“Tapi Mir…?”, saat Yusra akan
menanyakan Mirza langsung menarik Yusra memasuki kedalam ruang kerjanya. Mirza
telah mencoba mengurung Yusra diruang kerjanya sendiri, sementara Mirza dengan
cepat mengambil langkah untuk menemui Qiera sebelum Yusra melihatnya. Dan Yusra
yang sudah berada didalam ruang kerja Mirza, mencoba mengintip suasana luar
dengan membuka sedikit pintu ruang kerja tersebut. Lalu menutup pintunya
kembali menunggu kedatangan Mirza.
Badung Location. . . . Season 2
“Pernikahan Diatas Matrai”
Qiera masih menunggu kedatangan
Mirza dilobby kantor, berdiri disamping tiang dilobby kantor seorang diri. Tak
berapa lama menunggu, Mirza baru muncul dengan baru saja keluar dari dalam
pintu masuk menuju kelobby kantor mencoba mendekati Qiera yang masih belum
mengetahuinya. “Anyeong!”, Mirza menyapa saat sudah berdiri disamping Qiera.
Mirza memakai bahasa Korea karna Qiera sangat menyukai film drama Korea.
Dan Qiera yang sudah mendengarnya
menjadi tersenyum lalu melihat ceria kepadanya. Sedangkan Mirza mulai menunjukkan
ekspresi wajahnya sendiri seperti monyet
memakai canda. “Hei monyet!”, tegur Qiera mengejeknya. Mirza mulai
mengembalikan ekpresi wajahnya yang normal seperti biasa.
“Kedatanganku kesini, hanya untuk
mengetahui keberadaan Yandra! Karna, aku baru mengetahui jika kau adalah kakak
kandungnya! Aku mengetahuinya dari pak Mirzain, ayahmu Mirza! Karna kemarin,
aku sempat ikut menghadiri pertemuan antara papahmu dan papahku! Jadi, bisakah
kau jelaskan padaku! Aku berjanji aku akan merahasiakannya!”, ujar Qiera
menceritakannya berlanjut membuat janji padanya.
“Iya, Yandra memang adikku! Adik
yang baru aku temukan, setelah beberapa tahun lamanya kami terpaksa harus
terpisah!”, Mirza mulai menceritakannya menatap hening.
“Kemarin pak Mirzain menceritakan itu
padaku! Yandra juga adalah seorang istri dari Yusra, dan kini nasibnya berada
dipengadilan! Yang menjadi pertanyaan dariku, dimana Yandra sekarang! Kau pasti
sudah mengetahui keberadaan dirinya bukan?”, Qiera memancingnya untuk bicara
memberitahukan dimana Yandra telah berada.
“Dia sedang bersama pak Mirzain!
Kemanapun pak Mirzain pergi bertugas, maka dia akan selalu ikut bersamanya! Aku
tidak bisa beritahu hari ini dia sedang berada dimana, begitupula dengan hari
esok dan seterusnya! Karna sebelum dia pulang ke Indonesia, maka dia tidak akan
pernah menetap pada satu tempat tinggal!”, Mirza menjelaskannya secara panjang
lebar. Masih menatap hening.
“Tapi, aku hanya ingin bertemu
dengannya sekali saja! Aku ingin berkenalan dengannya! Sebab Yusra telah berhasil
merahasiakan Yandra dariku! Sehingga aku tidak sempat tuk mengenal Yandra,
tidak sempat mengenali wajahnya juga tidak sempat mengenali suaranya!”, keluh
Qiera mengingat yang tlah berlalu.
“Aku sama sekali tidak mengetahui
apa yang sesungguhnya ada didalam pemikiran Yusra tentang Yandra! Yusra sangat
misterius dalam mengenai Yandra, jujur saja kami tidak bisa menebak! Apakah
Yusra membenci, masih mempermainkan atau mencintainya sekalipun!”, Mirza juga
berkeluh. Mulai menatap menyerah.
“Apa yang kau katakan, itulah yang sedang aku
pikirkan Mirza! Aku sudah mengetahui cerita mereka berdua dari pak Mirzain! Dan
aku harus berpura-pura tidak mengetahui cerita dari keduanya!”, Qiera
mengungkapnya mulai menatap sendu.
“Aku yang menceritakannya pada pak
Mirzain, agar beliau tidak merasa kaget ketika mengetahui nasib dari putrinya!
Oyah, rahasiakan pembicaraan kita dari Yusra! Karna kurasa Yusra sudah bahagia
dengan kehidupannya yang sekarang!”, Mirza berkata bijak secara terbuka.
Qiera adalah seorang wanita yang
penuh perasaan, penuh pengertian pula. Kedua matanya mulai berkaca-kaca masih
menatap sendu pada Mirza, sedangkan Mirza mulai menggeleng resah mengisyaratkan
dirinya untuk tidak menangis.
“Semuanya akan baik-baik saja
bukan? Aku melihat ada cinta ditatapan Yusra untuk Yandra, sewaktu aku
berbicara menanyakan Yandra dengannya! Aku gak rela jika mereka harus berpisah,
sementara cinta telah menyertai dari keduanya!”, ungkap Qiera semakin mengungkapnya
memberitahukan.
“Yusra telah bersikap misterius!
sikap misteriusnya tidak sama dengan, saat ketika dirinya telah diam-diam
menyukai dirimu dulu! Oyah, Yusra telah menungguku didalam! Ada baiknya kita
berpisah dulu sebelum dia melihat pertemuan kita dilobby!”, Mirza mengungkap
kebingungannya. Lalu mengajak Qiera untuk mengakhiri pertemuannya.
Qiera pun memberi senyum disambung
tawa kecil mengakhirinya, lalu melambaikan tangannya mengucapkan selamat
tinggal. Mirza pun melambaikan tangannya juga mengucapkan sampai jumpa. Dan
kemudian mereka berdua saling beranjak meninggalkan tempatnya, beralih menuju
pada tujuan masing-masing.
Badung Location. . . . Season 2
“Pernikahan Diatas Matrai”
Kini
Mirza telah memasuki ruangan kerjanya kembali, mendadak ia telah lupa kalau
ruang kerjanya sedang tak berpenghuni. Padahal beberapa saat sebelumnya ia
telah mengurung Yusra didalam ruang kerjanya sendiri. Dan itu baru diingatnya
ketika sudah duduk manis dikursi kerjanya. Seketika mulai mengingatnya, Mirza
langsung berdiri akan beranjak dari ruang kerjanya menuju keruang kerja Yusra.
Sebab dipikirnya jika Yusra telah menunggunya disana.
Sementara
disana diruang kerjanya, Yusra memang sedang menunggu kedatangan Mirza. Yusra
sedang berdiri didepan jendelanya, menikmati pemandangan yang ada. Ia kembali
menyegarkan matanya dengan melihat pohon kelapa juga merasakan tiupan angin
yang mulai terasa berhawa sedikit panas. Kemudian didengarnya jika suara pintu
ruang kerjanya telah terbuka, dan itu menandakan kalau Mirza sudah datang
memasuki ruang kerjanya. Pikirnya seketika lalu berbalik kebelakang.
Ternyata apa yang telah
dipikirkannya tadi memanglah benar adanya. Dan kini Mirza sudah berdiri
didepannya dengan berjarak lima langkah didepannya, melihat biasa. “Sekarang
adalah menit yang ke empat puluh lima aku menunggumu diruang kerjaku sendiri!
Duapuluh lima menitnya sebagian aku telah menunggumu diruang kerjamu tadi,
Mirza!”, Yusra menegurnya tegas kecil. Menatap biasa.
“Aku, baru saja usai bertemu
dengan seseorang yang bercerita tentang sebuah tatapan dari seseorang! katanya
sih, orang yang baru saja aku temui tadi bercerita kalau dirinya telah melihat
sebuah tatapan cinta dari seseorang!”, Mirza mulai menceritakan.
“Ya aku tau! Orang yang baru saja
kau temui adalah seorang wanita, yang bercerita tentang orang yang diyakini
sedang mengasihinya bukan?”, Yusra tepat dalam menebak. Namun salah ketika
melanjuti tebakkannya.
“Tidak, Yusra! Justru seorang
wanita itu, melihat ada tatapan cinta pada seorang mantan kekasihnya!”, Mirza
membantah. Yusra langsung menyahutnya lagi.
“Mungkin saja seorang mantannya
itu kembali menyukai dirinya! Cinta lama belum kelar!”, sahut Yusra belum
mengerti.
“Bukan itu juga! Biar aku
memperjelaskannya lagi! Kau diam dulu karna aku belum sepenuhnya berbicara!”,
bantahnya lagi disambung bentak kecil. Yusra mengalah diam memakai wajah masa
bodoh. “Seorang mantannya itu, telah menunjukkan sebuah tatapan cinta saat
bercerita tentang seorang wanita barunya! Artinya, dia sudah move on dari seorang
wanita yang baru aku temui tadi!”, penjelasan Mirza berbahasa bijak. Hingga
membuat Yusra teringat saat Qiera bertanya tentang Yandra kepadanya.
Yusra menjadi tersenyum ketika
sudah mengingatnya, melihat kearah lain. Kemudian kembali melihat ke Mirza
sambil mengatakan, “Sebuah tatapan cinta itu akan bisa terlihat! Ketika disaat
yang sama kita sedang memikirkan seseorang itu, kemudian ada orang yang
menanyakan tentang seseorang itu yang sedang kita pikirkan!”, ungkap Yusra
menyadarkan Mirza kalau dirinya sedang berkata jujur.
Mirza, wajahnya menjadi berseri
dengan tiba-tiba, Yusra yang melihat wajahnya tiba-tiba menjadi berseri-seri
mulai merasa aneh. Lalu Mirza menyambung kata darinya, “Yusra, ini bukan love
is bestfriend! Tapi, love is your wife!”, Mirza mengatakannya penuh keceriaan.
Kemudian pergi meninggalkannya dengan keluar dari ruang kejanya. Sementara
Yusra baru saja mulai tersadar dari makna perkataan yang disampaikan oleh Mirza
barusan kepadanya.
Dan kini Yusra menjadi merenung
menatapi pintu ruang kerjanya lalu berbisik, “Love is your wife! Your wife,
astaga maksudnya adalah milikku! Jadi makna dari perkataannya ialah, cinta
adalah istriku!”, Yusra mencoba menjabarkannya sendiri meskipun sempat merasa
kaget ketika semakin menyadarinya. Kemudian mengangkat kedua telapak tangannya menutupi
wajahnya sendiri, berharap apa yang telah dikatakan Mirza tadi kepadanya adalah
sebuah halusinasinya saja.
Badung Location. . . . Season 2
“Pernikahan Diatas Matrai”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar