Minggu, 27 Maret 2016

Badung Location. . . . Season 2 #26

                Esok harinya, disaat jam kerja masih berlangsung. Mirza menyempatkan dirinya untuk menemui Yusra yang dipikirnya kini masih ada diruangan kerjanya. Namun ketika baru saja membuka pintu ruang kerja Yusra, ia mendapati ruang kerja Yusra sepi tak bertuan. Kemanakah Yusra? Yang telah beranjak pergi dari ruangannya? Pikir Mirza seketika. Lalu menutup pintu ruang kerja Yusra kembali, beranjak pergi menuju keruang kerjanya sendiri tanpa mencari tau dengan meneleponnya.
Dan ternyata Yusra kini sedang berada dirumah sakit tempat Fachri bekerja, juga tempat bayi Cillo masih dirawat. Ia disana bukan menjumpai keduanya, tetapi menjumpai Dokter Frans dan ia berniat akan mengambil hasil tes DNA yang telah dijanjikan Dokter Frans padanya. Begitu telah sampai dan akan mengetuk pintu ruang praktek Dokter Frans, tiba-tiba saja ada seorang suster yang memanggilnya sembari memberikan sebuah dokumen yang sangat rahasia padanya.
“Beliau telah menitipkan dokumen ini pada saya! Apakah anda yang bernama Tuan Yusra?”, suster itu berkata menyampaikan amanah dari Dokter Frans lalu menanyakan namanya. Yusra pun tersenyum mengiyakan sembari mengambil dokumen dari suster itu, dan kemudian suster itu berkata permisi meninggalkannya karna akan menjalani tugasnya kembali. Sementara Yusra beralih dari tempat tersebut menuju ke lobby rumah sakit untuk pulang dimana kendaraan mobilnya telah terparkir.
Satu pemikiran darinya yang tertinggal, ia tidak berpikir kalau keponakan dari Mirza masih dirawat dirumah sakit tersebut. Itu disebabkan karna ia berniat tidak ingin berlama-lama meninggalkan pekerjaan dikantornya. Dan kini Yusra telah duduk didalam mobilnya sudah siap mengendarai, namun sebelum mengendarai ia menyempatkan untuk membuka dokumen rahasia yang telah diterimanya dari seorang suster tadi.
Langkah pertama, ia merobek penutup dokumen tersebut. langkah kedua, ia mengambil kertas yang telah tersimpan sebuah kebenaran. Langkah ketiga, ia mulai membuka lipatan pada kertas itu. Dan langkah keempat, ia mulai membaca apa yang telah tertulis secara rinci. Kini baru diketahuinya, jika bayi Cillo, keponakan dari Mirza adalah seorang putra kandungnya. Hasilnya menunjukkan sembilanpuluh sembilan persen akurat, bahwa seorang bayi yang bernama Cillo Y adalah putra kandungnya.
Sontak Yusra menjadi terkejut, terdiam serta hening seketika. Ia mencoba mengulas lagi masa lalunya, masa dimana Yandra dan seorang Dokter mengatakan kalau putranya sudah meninggal sebelum dilahirkan. “Cillo Y? Y, kepanjangan dari apa?”, tanyanya berbisik masih dalam keadaan yang sama dengan sudah melupakan sesuatu. Kemudian ia bertekad untuk mencaritahu apa nama kepanjangan dari Y kepada Mirza.
Namun ia harus tetap merahasikannya dari Mirza jikalau dirinya sudah mengetahui orangtua biologia dari bayi Cillo Y.

Beberapa saat kemudian. . . .

Dan kini Yusra sudah berada diruangannya sendiri, ia sedang terduduk lesuh memikirkan kenyataan yang baru saja diketahuinya. Ia mulai merasa bingung, kecewa berhasrat ingin menanyakannya langsung pada Mirza. Sebab ia merasa benar-benar bingung, mengapa Yandra dan sahabatnya itu tega menghianati kepercayaannya. “Papah….?”, bisik seruannya dengan wajah memerah menahan rasa kecewanya.
Kemudian diluar ruangannya, Mirza tak sengaja melewati ruangannya lalu menjadi terhenti dengan langsung membuka pintu ruangannya. Dan lagi, Mirza tidak menemukan siapapun didalam ruangan itu. Sebenarnya, Mirza ingin mengajak Yusra untuk makan siang bersamanya dikantin. Namun itu hanya sekedar pengharapannya saja yang tak bisa diwujudkan. “Astaga, dimana Yusra?”, keluhnya dihati sambil menutup pintu ruang kerja Yusra akan beranjak pergi menuju kantin tak berkawan.
Sementara Yusra bersembunyi dengan duduk bersimpuh dibalik meja kerjanya. Ia sedang menyendiri memikirkan permasalahannya sendiri. Dan dirinya melakukan yang demikian agar tidak bertengkar dengan Mirza yang ikut terlibat dalam sebuah kenyataan yang baru diketahuinya kini.

Badung Location. . . . Season 2
“Pernikahan Diatas Matrai”

                Pada sore harinya, Qiera dengan sengaja mendatangi kediaman Fachri yang teramat sepi. Rumah kediaman Fachri hanya dihuni oleh satpam serta dua orang asisten rumah. Qiera yang sudah memahami suasana dikediamannya tersebut, memberi sebuah amplop kecil bergambar hati kepada satpam penjaga keamanan kediaman Fachri dengan berpesan untuk disampaikan ke Fachri. Usainya memberikan sebuah amplop bergambar hati itu, Qiera pun langsung permisi untuk pergi.
                Qiera sangat menyimpan sebuah harapan besar dan juga begitu berharap bisa mewujudkannya pada hari esok. Sementara disana, Yusra baru saja akan menunjukkan dirinya dengan akan mendatangi Mirza dirumah sakit. Sebab sebelumnya Mirza memintanya untuk pergi kerumah sakit menemaninya menjaga keponakan kecilnya, walaupun dalam waktu yang singkat. Dan kini Yusra sudah berada didalam ruangan bayi Cillo tepat dibalik Mirza.
Disitu Ia melihat Mirza sedang mengajak canda bayi Cillo, bayi Cillo yang semakin membaik dapat merespon canda dari Mirza. “Kalau boleh tau, bayi Cillo keponakanmu dari siapa?”, tanya Yusra mengagetkan Mirza yang langsung terdiam melihat padanya. Sedangkan Yusra baru melihat balik padanya. “Keponakanku dari Mirzara!”, Mirza menjawab jujur namun Yusra telah mengetahui orangtua biologis dari bayi Cillo. Dalam percakapan pemikiran keduanya bertabrakan.
Yusra pun tersenyum seolah-olah mempercayainya lalu memalingkannya melihat ke bayi Cillo. Begitupula Mirza yang baru melihat ke bayi Cillo, sedikit hening berdiam menatapinya. Kemudian Yusra meminta izin untuk keluar ruangan sebentar, dan Mirza mengizinkannya tanpa bertanya dulu. Sesampainya diluar ruangan, Yusra berdiri didepan dinding membelakangi ruangan bayi Cillo. Lalu dirinya melipatkan kedua tangannya kedinding itu sembari menyandarkan keningnya.
Kemudian berbisik, “Bagaimana bisa Mirza mengatakan bayi Cillo adalah keponakannys dari Mirzara! Bayi Cillo adalah putra kandungku, dan ibunya adalah Yandra! Yandra dan Mirzara sungguh dua orang yang berbeda!”, keluhnya sedikit kesal terhadap tutur dari Mirza tadi. Usainya berkeluh dengan berbisik, Yusra beralih berjalan pelan lalu berdiam didepan kaca jendela ruangan bayi Cillo. Disitu ia kembali melihat Mirza mengajak canda bayi Cillo. Dan rasa cemburu mulai merasut didirinya.

Esok harinya. . . .

Pada pukul sepuluh pagi menjelang siang, Fachri menyempatkan untuk pulang kerumahnya sekaligus akan beristirahat dirumahnya selama beberapa jam sebelum kembali bertugas. Dan kini ia sudah memakirkan mobilnya digarasi rumahnya, namun ketika baru akan menginjaki teras rumah tiba-tiba saja satpam rumahnya menghentikannya dengan memberi surat bergambarkan hati. Satpam itupun memberitahukan kalau surat tersebut adalah surat titipan dari seorang gadis.
Fachri pun mengucapkan terimakasih akan segera membuka surat tersebut masih ditempat. Sementara satpam yang telah memberinya surat tersebut sudah pergi kembali ketempatnya bertugas. Ternyata surat tersebut dari Qiera, yang hanya menunjukkan sebuah fotokopi dari tiket pesawat. Lalu dibacanya keterangan jika keberangkatan akan dimulai pada pukul sepuluh lewat tiga puluh menit. Memang tidak ada pesan lain yang Qiera tinggalkan.
Namun itu telah membuat Fachri tergerak untuk menyusul Qiera kebandara sebelum jadwal keberangkatannya dimulai. Dibalik kesadarannya, ia telah mengerti namun belum terpikirkan olehnya. Dan kini Fachri kembali memasuki mobilnya bergegas akan menyusul Qiera dibandara. Sementara disana, Qiera terus saja melihat jam ditangannya, melihat kesudut-sudut bandara berharap Fachri akan datang menemuinya tuk yang terakhir. Qiera tampak gelisah selagi masih menunggu Fachri.

Badung Location. . . . Season 2
“Pernikahan Diatas Matrai”

Dan kini Fachri pun tiba dibandara. Namun ketika baru keluar dari mobilnya sembari menutup pintu mobilnya. Ia mendengar suara pesawat yang sudah terbang, sontak Fachri langsung merasa kacau didirinya sembari melihat kepesawat yang sudah terbang itu. Dan ternyata pesawat yang sedang dilihatnya itu adalah pesawat yang sama pada fotocopi tiket pesawat dari Qiera untuknya. Diratapinya, pesawat itu semakin jauh dilihatnya.
Kemudian ia memasuki mobilnya kembali, dan seketika menjadi menangis kecil. “Aku baru mengerti! Seorang gadis telah menunjukkan perasaannya ketika seorang gadis yang bersikap demikian telah pergi!”, bisiknya dalam masih menangis kecil. Lalu mengusap airmatanya berusaha untuk berhenti menangis dengan menggaspol mobilnya kembali pergi meninggalkan bandara tersebut.

Sementara disore harinya. . . .

Fachri sedang berada disebuah toko mainan, ia disana sedang menunggu karyawan dari toko mainan tersebut sedang membungkuskan sebuah kado untuknya. Setelah beberapa menit menunggu, Fachri kini bisa mengambil sebuah kado miliknya dan bergegas keluar dari toko mainan tersebut akan menuju kesuatu tempat. Ia berniat akan memberikan sebuah kado yang masih bersamanya kepada seorang sahabatnya. Seorang sahabat yang beruntung akan dipersembahkan olehnya sebuah kado.
Ternyata tempat yang telah dituju Fachri adalah sebuah gereja, dan kini ia telah berjalan menuju kepintu masuk gereja tersebut dengan membawa sebuah kado. Kemudian berhenti didepan pintu masuk gereja sebab baru saja ia melihat Mora sedang berjalan menujunya. Setelah beberapa saat menunggu, Mora pun kini telah berhenti didepannya. Mereka berdua saling berpandangan sama-sama merasa bingung harus memulai kata darimana.
Dan kemudian Fachri yang akan memulai percakapannya. “Coba tebak, hari ini adalah hari apa?”, Fachri memulai dengan senyuman menunjukkan sebuah kado padanya. Mora semakin merasa bingung ketika melihat kesebuah kado yang telah ditunjukkan Fachri. “Hari ini hari Rabu sore!”, sahut Mora menjawab nama hari menatap tanya. Fachri menggeleng. “Hari ini bukan hari ulang tahunku, Fachri!”, Mora menegaskan masih menatap tanya.
Fachri menjadi tersenyum sambil berkata, “Bukan itu yang aku maksudkan!”. “Merry Christmast masih jauh!”, Mora menegaskannya lagi mulai menatap geram. Dan Fachri tiba-tiba memakai wajah kaku, berlagak menjadi terdiam. Mora pun menyerah memilih berdiam menatap biasa. “Yang benar pada hari ini, adalah hari dimana aku akan mempersembahkan sebuah kado yang masih bersamaku hanya untukmu, Mora!”, Fachri langsung mengungkapnya menatap serius.
Mora menjadi tertawa kecil bahagia menatapnya. Kemudian Fachri mempersembahkan sebuah kado itu kepada Mora, dan Mora langsung menerimanya sambil berkata, “Manis sekali Fachri!”, dengan wajah yang sumringah. Sedangkan Fachri berpamitan untuk pergi kerumah sakit menjalani tugasnya kembali. Dan Mora mempersilahkannya, pertemuan mereka berakhir dengan perasaan senang pada diri mereka masing-masing.

Badung Location. . . . Season 2

“Pernikahan Diatas Matrai”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar