Minggu, 27 Maret 2016

Badung Location. . . . Season 2 #15

                Malaysia, Negara yang kini sedang disinggahi Fachri bersama Dokter Veni dan Dokter Hani untuk menjalani sebuah rapat perihal hubungan kerjasamanya dengan pak Mirzain. Fachri melakukan sebuah rapat tersebut pada pukul sepuluh pagi hingga pada pukul duabelas siang. Kemudian pada sore harinya, Fachri akan terbang menggunakan sebuah helicopter bersama seorang pilot untuk memantau keadaan penduduk dipemukiman masih di Negara Malaysia.
Namun ketika sudah terbang memasuki Negara Indonesia, mendadak sebuah helicopter yang sedang ditumpanginya mengalami kerusakan pada mesinnya secara tiba-tiba. Helicopter itupun menjadi oleng kekanan lalu kekiri, hingga membuat Fachri terpelesat dan jatuh disebuah perairan di Indonesia. Beruntung, Fachri terjatuh diperairan yang mungkin dirinya bisa selamat dari maut. Sementara helicopternya masih terbang namun kesembangannya mulai turun drastis.
Dan kabar itupun dengan cepat diberitakan media masa. Media masa dari Malaysia hingga ke Indonesia. Media masa telah memberitakan, bahwa sebuah helicopter yang sedang ditumpangi oleh Dokter Fachri bersama seorang pilot telah hilang dari jangkauan. Mora yang baru saja memarkirkan mobilnya dihalaman gereja, tiba-tiba saja mendengar berita tersebut dari radio didalam mobilnya. Kemudian beranjak keluar dari dalam mobilnya bergegas untuk segera memasuki kedalam gereja.
Sementara disana pula, Yusra berjalan pelan mengamati berita tersebut saat baru melewati café didalam kantornya. Ia berjalan mengesampingkan layar tv yang sedang memberitakan itu, lalu menjadi berhenti seketika akan lebih menyimak berita tersebut dilayar tv itu. Tak berapa lama Yusra berdiam menyimak berita tersebut, Mirza baru saja mendatanginya dengan berdiri didepannya melihat kelayar tv itu secara seksama. Keheninganpun terjadi pada keduanya.
Kembali pada Mora, kini Mora sedang berdoa dengan memejamkan keduamatanya mencoba khusyuk dalam mendoakan tentang nasib Fachri. Sementara disana, Yusra dan Mirza akan mulai berbicara dengan keadaan yang masih sama karna Yusra sudah menyadari jika Mirza ada bersamanya. Masih juga melihat kelayar tv yang masih memberitakan.
“Dokter Fachri! Fachri Santiago? Walaupun aku tidak mengetahui nama belakang dirinya, tapi aku sudah pastikan kalau dirinya itu adalah Fachri teman kita!”, ungkap Yusra tentang pemikirannya.
“Helicopternya telah hilang, tapi aku masih tidak percaya jika helicopter yang telah ditumpanginya sudah tidak dapat dijangkau!”, ungkap Mirza menyambung tentang pemikirannya. Lalu menyambung lagi, mengungkap tentang pemikirannya lagi. “Aku turut memastikan, jika helicopter yang telah ditumpangi Fachri dikabarkan hilang seratus persen! Tapi untuk kabar hilangnya Fachri, aku tidak bisa karna aku percaya dia akan kembali! Iya, dia akan kembali meski tidak bisa ditemukan sekarang!”.
Mirza mengungkap kata terakhirnya sedikit bergetar cemas, memakai sedkit emosi tidak bisa menerimanya. Sedangkan Yusra yang sudah mendengar ungkapan dari Mirza, menundukkan kepalanya melihat kebawah memalingkan tatapannya dari menatap layar tv itu. Dan Mirza yang masih melihat layar tv itu, beralih untuk pergi memalingkan berita tersebut yang masih diperbincangkan. Dan kembali pada Mora, Mora kini telah usai berdoa untuk nasib Fachri.
Dirinya berharap bahwa berita tentang Fachri yang telah didengarnya tadi tidak sesuai dengan kenyataan yang akan mengabarkan nasib Fachri pada hari kemudian. Dan kini ia telah berjalan pelan menuju kehalaman diluar pintu gereja, melihat lurus kedepan penuh kebimbangan. Disaatnya masih berjalan menuju kehalaman diluar pintu gereja, ia seperti melihat semacam fatamorgana yang telah menandakan bahwa Fachri telah ada bersamanya.

Badung Location. . . . Season 2
“Pernikahan Diatas Matrai”

Sebab dipandangannya kini Fachri sedang menunggunya dihalaman gereja sedang menatap diam padanya. Mora yang mulai mempercayai karna terpedaya oleh semacam fatamorgana tersebut, mulai berlari kecil berusaha akan menghampiri Fachri yang masih ada didalam pandangan kedua matanya. Namun ketika sudah sampai dihalaman gereja mendadak ia merasa tidak menemukan apa-apa, padahal jika diingatnya tadi kalau dirinya sedang berlari kecil berusaha akan menghampiri Fachri.
Mora masih berdiri, pandangannya masih lurus kedepan lalu memejamkan kedua matanya sambil menarik nafasnya perlahan, menghembuskannya resah. Disaat masih memejamkan kedua matanya, ia berbisik sesuatu dihatinya. “Entah? Aku telah terpedaya oleh semacam fatamorgana? Atau aku hanya bermain dengan halusinasiku saja?”, usainya berbisik dihatinya ketika baru menyadari perilakunya tadi. Mulai tersedih hingga meneteskan airmatanya.

Esok harinya. . . .

                Diwaktu luangnya, Mora duduk sendiri dimeja kerjanya sambil mengusap-ngusap pergelangan tangannya. Ia sedang berandai-andai dipergelangan tangannya masih memakai sebuah gelang persahabatan dari Fachri. Ia masih bersedih, memikirkan nasib Fachri yang masih bertanda tanya selama dua hari ini. Kemudian ia berdoa, “Tuhan, jika nanti ia telah datang menemuiku dengan keadaan dirinya seperti semula! Maka aku akan melayani-Mu dengan menjadi seorang biarawati!”.
Setelah beberapa saat usainya ia berdoa, Eisya mendatanginya dengan langsung duduk disampingnya secara pelan melihat curiga padanya. Eisya mulai berpikir kalau Mora sedang memikirkan bencana yang sedang menimpa Fachri masih melihat curiga padanya. Dan lalu Mora yang baru mengetahui kehadiran Eisya disampingnya, akan berkata sekaligus mengajaknya berbicara. “Gelangku tlah hilang!”, kata kecil Mora melihat kepergelangan tangannya.
Eisya baru menyadari gelang yang tidak lagi dikenakan oleh Mora dipergelangan tangan kanannya. Mulai merasa bingung melihat kepergelangan tangan kanan Mora melihat kewajah Mora kembali. “Jadi yang telah kau sedihkan, karna telah kehilangan gelang itu?”, Eisya bertanya segan. Masih merasa bingung. Mora mengangguk. “Aku kira, kau masih menghawatirkan tentang nasib Fachri?”, sambung Eisya belum mengetahui sesuatu. Mora menjadi tertawa berbisik dengan melihat ke Eisya.
“Aku telah kehilangan gelang itu! Kemudian ditambah lagi dengan akankah aku kehilangan orang yang telah memberikan gelang itu, atau mungkin orang yang telah memberikan gelang itu akan datang kembali menemuiku?! Sama dengan keadaan dirinya seperti semula kala!”, Mora mulai mengungkapnya sedikit. Eisya menggeleng kecil menatap seperti sudah sedikit mengetahuinya.
“Stop! Kamu jangan berbelit lagi Mora! aku bisa melihat wajah siapa yang sedang ada dikedua bola matamu!”, Eisya menegaskannya menahan keharuannya.
“Kini aku sudah tidak bisa berbohong! Karna kamu sudah mengenalku sejak lama Eisya!”, ucap Mora mengalah dengan kedua matanya berkaca-kaca menatap Eisya.
Kemudian Eisya mengambil tangan kanan Mora lalu menggenggam pergelangan tangan Mora. “Fachri? Kau telah termakan dengan kata-kataku pada waktu itu Mora!”, ungkap Eisya mengingatkannya. Dan Mora hanya tersenyum mengangguk lalu mengulang kata dari Eisya pada waktu itu. Eisya yang mendengarkan katanya kembali untuk Mora pun mulai menangis berbisik tak kuasa mendengarnya.
“Jangan cemaskan aku! Tuhan akan mempertemukan aku dengannya lagi!”, kata Mora mencoba menegarkan dirinya sendiri. sedangkan Eisya yang masih menggenggam pergelangan tangan dirinya masih menangis berbisik membisu.

Badung Location. . . . Season 2
“Pernikahan Diatas Matrai”

                Sore harinya, Mora mendatangi rumah sakit tempat Fachri mengabdikan dirinya. Sesampainya dirumah sakit, ia pergi keruang praktek Fachri yang masih terkunci, tergembok pula tak ada aktivitas didalamnya. “Mereka sudah menganggap Fachri tidak ada! Sungguh, mereka begitu pesimis! Menyerah sebelum menemukan yang lebih akurat!”, bisiknya saat sudah berdiri didepan pintu ruang praktek Fachri. Kemudian beralih pergi kekantin rumah sakit, dimana Fachri pernah bersantai disana.
Sesampainya dikantin rumah sakit, ia melihat Dokter Veni dan Dokter Hani sedang duduk bersama dimeja kantin tak jauh didepannya. Lalu pikirannya mulai bertanya, “Dimana Fachri mengapa tidak bersama keduanya?”. Dan ia pun berbisik kembali meratapi kebersamaan keduanya. “Rasanya, baru kemarin aku melihat Fachri bersama mereka berdua disana?! Dan akan aku pastikan, aku bisa melihat Fachri bersama mereka berdua lagi seperti pada hari itu!”.
Usainya berbisik Mora bergegas untuk pergi meninggalkan. Sementara disana, Yusra kembali menyendiri disebuah danau didalam taman biasa yang telah dikunjunginya kemarin. ia sedang mencerminkan wajahnya sendiri diair danau tersebut, mencoba untuk tenang sebab kembali mengingat tentang cara hidupnya yang salah karna dirinya sendiri. “Entah aku harus berpihak kepada keluargaku, atau berpihak kepada Yandra?”, bisiknya kecil bersuasanakan sendu.
Kemudian Yusra menjadi melamun seketika, lalu berhalusinasi ada sosok Yandra disamping kanannya sedang mencerminkan wajahnya juga. Yusra menatapi wajah Yandra diair danau itu, sedangkan Yandra melihat wajahnya sendiri diair danau itu. Yusra mulai merasa yakin jika itu adalah benar sosok Yandra yang telah datang kepadanya kembali. Namun saat ia akan memalingkan pandangannya untuk melihat sosok Yandra disampingnya, tiba-tiba saja Yandra menceburkan dirinya.
Sontak Yusra menjadi terkejut sehingga dirinya menjadi akan ikut menyebur demi menyelamatkan Yandra, pikirnya. Namun untung saja ada seseorang yang menarik baju bagian belakangnya lalu membawanya berjalan mundur lima langkah. Dan kini seseorang itupun melepaskan tangannya dari memegang baju Yusra, berdiam begitupun dengan Yusra. Yusra tidak menyadari kalau dirinya telah berhalusinasi. Pemikirannya masih belum normal.
“Kau hampir saja membunuh dirimu sendiri dengan menoba menyebur diair danau itu!”, seseorang itu baru menegurnya. Dan seseorang itu adalah seorang wanita. Yusra tidak mempedulikannya, justru ia melangkah maju tiga langkah kedepan.
“Aku tidak membutuhkanmu, Qiera!”, Yusra mulai berbicara menyahutnya karna sudah mengenali suara dari seorang wanita itu. Dan seorang wanita itu adalah Qiera. Sementara Qiera menjadi terkejut kecil menatap tanya. “Aku juga tidak membutuhkan siapapun saat ini! Biarlah pada hari ini, aku mengasingkan diriku dari mereka! Dan aku tidak pernah menginginkanmu, untuk datang menemuiku saat ini!”, sambungnya tegas dengan melihat lurus kedepan.
“Yusra? Berbaliklah dan pandanglah aku sejenak!”, Qiera memberi perintah sedikit canggung. Yusra masih berdiri membelakanginya. “Keangkuhanmu saat ini, bukan karna pekerjaanmu bukan? Apakah, ini ada hubungannya dengan Yandra?”, Qiera memberanikan diri untuk menanyainya dengan sedikit segan. Sedangkan Yusra yang mulai merasa ketenangannya terganggu, memilih beranjak pergi tanpa menyahut Qiera dengan memberi sebuah jawaban.
Qiera masih berdiam ditempatnya melihat Yusra yang sudah pergi menjauh, lalu melangkah tiga langkah kedepan dengan pandangannya masih tertuju ke Yusra. “Yandra? Dimana aku harus temukan dia? Sementara Mirza, Mora dan Eisya begitu merahasiakannya dariku!”, keluhnya seketika masih memandangi Yusra yang masih terlihat pergi dan kian menjauh. Qiera berbisik yang demikian, karna dirinya begitu peduli terhadap Yusra.
Dan alasannya hanya satu. Karna Yusra adalah seorang mantan terindah untuknya sekaligus seorang sahabat sejatinya hingga kini.

Badung Location. . . . Season 2
“Pernikahan Diatas Matrai”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar