Malaysia,
Negara yang kini sedang disinggahi Fachri bersama Dokter Veni dan Dokter Hani
untuk menjalani sebuah rapat perihal hubungan kerjasamanya dengan pak Mirzain.
Fachri melakukan sebuah rapat tersebut pada pukul sepuluh pagi hingga pada
pukul duabelas siang. Kemudian pada sore harinya, Fachri akan terbang
menggunakan sebuah helicopter bersama seorang pilot untuk memantau keadaan
penduduk dipemukiman masih di Negara Malaysia.
Namun ketika sudah terbang
memasuki Negara Indonesia, mendadak sebuah helicopter yang sedang ditumpanginya
mengalami kerusakan pada mesinnya secara tiba-tiba. Helicopter itupun menjadi
oleng kekanan lalu kekiri, hingga membuat Fachri terpelesat dan jatuh disebuah
perairan di Indonesia. Beruntung, Fachri terjatuh diperairan yang mungkin
dirinya bisa selamat dari maut. Sementara helicopternya masih terbang namun kesembangannya
mulai turun drastis.
Dan kabar itupun dengan cepat
diberitakan media masa. Media masa dari Malaysia hingga ke Indonesia. Media
masa telah memberitakan, bahwa sebuah helicopter yang sedang ditumpangi oleh
Dokter Fachri bersama seorang pilot telah hilang dari jangkauan. Mora yang baru
saja memarkirkan mobilnya dihalaman gereja, tiba-tiba saja mendengar berita
tersebut dari radio didalam mobilnya. Kemudian beranjak keluar dari dalam
mobilnya bergegas untuk segera memasuki kedalam gereja.
Sementara disana pula, Yusra
berjalan pelan mengamati berita tersebut saat baru melewati café didalam
kantornya. Ia berjalan mengesampingkan layar tv yang sedang memberitakan itu,
lalu menjadi berhenti seketika akan lebih menyimak berita tersebut dilayar tv
itu. Tak berapa lama Yusra berdiam menyimak berita tersebut, Mirza baru saja
mendatanginya dengan berdiri didepannya melihat kelayar tv itu secara seksama.
Keheninganpun terjadi pada keduanya.
Kembali pada Mora, kini Mora
sedang berdoa dengan memejamkan keduamatanya mencoba khusyuk dalam mendoakan
tentang nasib Fachri. Sementara disana, Yusra dan Mirza akan mulai berbicara
dengan keadaan yang masih sama karna Yusra sudah menyadari jika Mirza ada
bersamanya. Masih juga melihat kelayar tv yang masih memberitakan.
“Dokter Fachri! Fachri Santiago?
Walaupun aku tidak mengetahui nama belakang dirinya, tapi aku sudah pastikan
kalau dirinya itu adalah Fachri teman kita!”, ungkap Yusra tentang
pemikirannya.
“Helicopternya telah hilang, tapi
aku masih tidak percaya jika helicopter yang telah ditumpanginya sudah tidak
dapat dijangkau!”, ungkap Mirza menyambung tentang pemikirannya. Lalu
menyambung lagi, mengungkap tentang pemikirannya lagi. “Aku turut memastikan,
jika helicopter yang telah ditumpangi Fachri dikabarkan hilang seratus persen!
Tapi untuk kabar hilangnya Fachri, aku tidak bisa karna aku percaya dia akan
kembali! Iya, dia akan kembali meski tidak bisa ditemukan sekarang!”.
Mirza mengungkap kata terakhirnya
sedikit bergetar cemas, memakai sedkit emosi tidak bisa menerimanya. Sedangkan
Yusra yang sudah mendengar ungkapan dari Mirza, menundukkan kepalanya melihat
kebawah memalingkan tatapannya dari menatap layar tv itu. Dan Mirza yang masih
melihat layar tv itu, beralih untuk pergi memalingkan berita tersebut yang
masih diperbincangkan. Dan kembali pada Mora, Mora kini telah usai berdoa untuk
nasib Fachri.
Dirinya berharap bahwa berita
tentang Fachri yang telah didengarnya tadi tidak sesuai dengan kenyataan yang
akan mengabarkan nasib Fachri pada hari kemudian. Dan kini ia telah berjalan
pelan menuju kehalaman diluar pintu gereja, melihat lurus kedepan penuh
kebimbangan. Disaatnya masih berjalan menuju kehalaman diluar pintu gereja, ia
seperti melihat semacam fatamorgana yang telah menandakan bahwa Fachri telah
ada bersamanya.
Badung Location. . . . Season 2
“Pernikahan Diatas Matrai”
Sebab dipandangannya kini Fachri
sedang menunggunya dihalaman gereja sedang menatap diam padanya. Mora yang
mulai mempercayai karna terpedaya oleh semacam fatamorgana tersebut, mulai
berlari kecil berusaha akan menghampiri Fachri yang masih ada didalam pandangan
kedua matanya. Namun ketika sudah sampai dihalaman gereja mendadak ia merasa
tidak menemukan apa-apa, padahal jika diingatnya tadi kalau dirinya sedang
berlari kecil berusaha akan menghampiri Fachri.
Mora masih berdiri, pandangannya
masih lurus kedepan lalu memejamkan kedua matanya sambil menarik nafasnya
perlahan, menghembuskannya resah. Disaat masih memejamkan kedua matanya, ia
berbisik sesuatu dihatinya. “Entah? Aku telah terpedaya oleh semacam
fatamorgana? Atau aku hanya bermain dengan halusinasiku saja?”, usainya
berbisik dihatinya ketika baru menyadari perilakunya tadi. Mulai tersedih
hingga meneteskan airmatanya.
Esok harinya. . . .
Diwaktu
luangnya, Mora duduk sendiri dimeja kerjanya sambil mengusap-ngusap pergelangan
tangannya. Ia sedang berandai-andai dipergelangan tangannya masih memakai
sebuah gelang persahabatan dari Fachri. Ia masih bersedih, memikirkan nasib
Fachri yang masih bertanda tanya selama dua hari ini. Kemudian ia berdoa,
“Tuhan, jika nanti ia telah datang menemuiku dengan keadaan dirinya seperti
semula! Maka aku akan melayani-Mu dengan menjadi seorang biarawati!”.
Setelah beberapa saat usainya ia
berdoa, Eisya mendatanginya dengan langsung duduk disampingnya secara pelan
melihat curiga padanya. Eisya mulai berpikir kalau Mora sedang memikirkan
bencana yang sedang menimpa Fachri masih melihat curiga padanya. Dan lalu Mora
yang baru mengetahui kehadiran Eisya disampingnya, akan berkata sekaligus
mengajaknya berbicara. “Gelangku tlah hilang!”, kata kecil Mora melihat
kepergelangan tangannya.
Eisya baru menyadari gelang yang
tidak lagi dikenakan oleh Mora dipergelangan tangan kanannya. Mulai merasa
bingung melihat kepergelangan tangan kanan Mora melihat kewajah Mora kembali. “Jadi
yang telah kau sedihkan, karna telah kehilangan gelang itu?”, Eisya bertanya
segan. Masih merasa bingung. Mora mengangguk. “Aku kira, kau masih
menghawatirkan tentang nasib Fachri?”, sambung Eisya belum mengetahui sesuatu.
Mora menjadi tertawa berbisik dengan melihat ke Eisya.
“Aku telah kehilangan gelang itu!
Kemudian ditambah lagi dengan akankah aku kehilangan orang yang telah
memberikan gelang itu, atau mungkin orang yang telah memberikan gelang itu akan
datang kembali menemuiku?! Sama dengan keadaan dirinya seperti semula kala!”,
Mora mulai mengungkapnya sedikit. Eisya menggeleng kecil menatap seperti sudah sedikit
mengetahuinya.
“Stop! Kamu jangan berbelit lagi
Mora! aku bisa melihat wajah siapa yang sedang ada dikedua bola matamu!”, Eisya
menegaskannya menahan keharuannya.
“Kini aku sudah tidak bisa
berbohong! Karna kamu sudah mengenalku sejak lama Eisya!”, ucap Mora mengalah
dengan kedua matanya berkaca-kaca menatap Eisya.
Kemudian Eisya mengambil tangan
kanan Mora lalu menggenggam pergelangan tangan Mora. “Fachri? Kau telah
termakan dengan kata-kataku pada waktu itu Mora!”, ungkap Eisya
mengingatkannya. Dan Mora hanya tersenyum mengangguk lalu mengulang kata dari
Eisya pada waktu itu. Eisya yang mendengarkan katanya kembali untuk Mora pun mulai
menangis berbisik tak kuasa mendengarnya.
“Jangan cemaskan aku! Tuhan akan
mempertemukan aku dengannya lagi!”, kata Mora mencoba menegarkan dirinya
sendiri. sedangkan Eisya yang masih menggenggam pergelangan tangan dirinya masih
menangis berbisik membisu.
Badung Location. . . . Season 2
“Pernikahan Diatas Matrai”
Sore
harinya, Mora mendatangi rumah sakit tempat Fachri mengabdikan dirinya.
Sesampainya dirumah sakit, ia pergi keruang praktek Fachri yang masih terkunci,
tergembok pula tak ada aktivitas didalamnya. “Mereka sudah menganggap Fachri
tidak ada! Sungguh, mereka begitu pesimis! Menyerah sebelum menemukan yang
lebih akurat!”, bisiknya saat sudah berdiri didepan pintu ruang praktek Fachri.
Kemudian beralih pergi kekantin rumah sakit, dimana Fachri pernah bersantai
disana.
Sesampainya dikantin rumah sakit,
ia melihat Dokter Veni dan Dokter Hani sedang duduk bersama dimeja kantin tak
jauh didepannya. Lalu pikirannya mulai bertanya, “Dimana Fachri mengapa tidak
bersama keduanya?”. Dan ia pun berbisik kembali meratapi kebersamaan keduanya.
“Rasanya, baru kemarin aku melihat Fachri bersama mereka berdua disana?! Dan
akan aku pastikan, aku bisa melihat Fachri bersama mereka berdua lagi seperti
pada hari itu!”.
Usainya berbisik Mora bergegas untuk
pergi meninggalkan. Sementara disana, Yusra kembali menyendiri disebuah danau
didalam taman biasa yang telah dikunjunginya kemarin. ia sedang mencerminkan
wajahnya sendiri diair danau tersebut, mencoba untuk tenang sebab kembali
mengingat tentang cara hidupnya yang salah karna dirinya sendiri. “Entah aku
harus berpihak kepada keluargaku, atau berpihak kepada Yandra?”, bisiknya kecil
bersuasanakan sendu.
Kemudian Yusra menjadi melamun
seketika, lalu berhalusinasi ada sosok Yandra disamping kanannya sedang mencerminkan
wajahnya juga. Yusra menatapi wajah Yandra diair danau itu, sedangkan Yandra
melihat wajahnya sendiri diair danau itu. Yusra mulai merasa yakin jika itu
adalah benar sosok Yandra yang telah datang kepadanya kembali. Namun saat ia akan
memalingkan pandangannya untuk melihat sosok Yandra disampingnya, tiba-tiba
saja Yandra menceburkan dirinya.
Sontak Yusra menjadi terkejut
sehingga dirinya menjadi akan ikut menyebur demi menyelamatkan Yandra,
pikirnya. Namun untung saja ada seseorang yang menarik baju bagian belakangnya
lalu membawanya berjalan mundur lima langkah. Dan kini seseorang itupun
melepaskan tangannya dari memegang baju Yusra, berdiam begitupun dengan Yusra. Yusra
tidak menyadari kalau dirinya telah berhalusinasi. Pemikirannya masih belum normal.
“Kau hampir saja membunuh dirimu
sendiri dengan menoba menyebur diair danau itu!”, seseorang itu baru
menegurnya. Dan seseorang itu adalah seorang wanita. Yusra tidak
mempedulikannya, justru ia melangkah maju tiga langkah kedepan.
“Aku tidak membutuhkanmu, Qiera!”,
Yusra mulai berbicara menyahutnya karna sudah mengenali suara dari seorang
wanita itu. Dan seorang wanita itu adalah Qiera. Sementara Qiera menjadi
terkejut kecil menatap tanya. “Aku juga tidak membutuhkan siapapun saat ini!
Biarlah pada hari ini, aku mengasingkan diriku dari mereka! Dan aku tidak
pernah menginginkanmu, untuk datang menemuiku saat ini!”, sambungnya tegas
dengan melihat lurus kedepan.
“Yusra? Berbaliklah dan pandanglah
aku sejenak!”, Qiera memberi perintah sedikit canggung. Yusra masih berdiri
membelakanginya. “Keangkuhanmu saat ini, bukan karna pekerjaanmu bukan? Apakah,
ini ada hubungannya dengan Yandra?”, Qiera memberanikan diri untuk menanyainya dengan
sedikit segan. Sedangkan Yusra yang mulai merasa ketenangannya terganggu,
memilih beranjak pergi tanpa menyahut Qiera dengan memberi sebuah jawaban.
Qiera masih berdiam ditempatnya
melihat Yusra yang sudah pergi menjauh, lalu melangkah tiga langkah kedepan
dengan pandangannya masih tertuju ke Yusra. “Yandra? Dimana aku harus temukan
dia? Sementara Mirza, Mora dan Eisya begitu merahasiakannya dariku!”, keluhnya
seketika masih memandangi Yusra yang masih terlihat pergi dan kian menjauh.
Qiera berbisik yang demikian, karna dirinya begitu peduli terhadap Yusra.
Dan alasannya hanya satu. Karna
Yusra adalah seorang mantan terindah untuknya sekaligus seorang sahabat
sejatinya hingga kini.
Badung Location. . . . Season 2
“Pernikahan Diatas Matrai”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar