Minggu, 27 Maret 2016

Badung Location. . . . Season 2 #2

         Pada sore harinya, Yandra sedang berjalan-jalan disebuah Mall. Didalam Mall tersebut ia sedang melihat-lihat perlengkapan bayi disuatu tempat penjualan khusus balita. Sementara ditempat lain didalam Mall tersebut, Yusra baru saja selesai bertemu dengan clientnya dan kini sedang menaiki lift kelantai tiga untuk berjalan-jalan. Namun ketika akan melewati tempat yang menjual perlengkapan bayi yang terletak dilantai tiga tersebut.
Secara tidak sengaja ditemuinya jika Yandra baru saja keluar dari tempat tersebut dengan berjalan membelakanginya. Yusra yang mulai penasaran dengan Yandra telah menetap dimana, dirumah siapa pula berniat akan membututinya. Dan kini Yusra telah melakukan niatnya itu demi memuaskan rasa penasarannya. Sementara Yandra masih berjalan dengan cueknya tidak menyadari kalau Yusra ada dibalik dirinya sedang mengikuti langkahnya.
Selang beberapa saat berjalan, kini Yandra telah tiba dirumah tempatnya menetap di Jakarta menumpangi mobil taxi. Namun ketika sudah turun dari mobil taxi akan membuka pagar rumah, tiba-tiba Yusra menghentikannya dengan membunyikan alarm mobilnya. Sontak Yandra menjadi kaget melihat kesisi kanannya, lalu dilihatnya Yusra baru membuka pintu mobilnya, keluar dari mobilnya lalu menutup kembali pintu mobilnya dengan berjalan mendekatinya.
Yusra sudah mengetahui jika rumah yang sedang dituju Yandra kini adalah rumah Mirza, Mirza yang belum pulang dari London. Dan kini Yusra sudah berada didepan Yandra, berjarak lima langkah saling berhadapan. Keduanya mulai bertatapan sedikit menahan kaget.
“Kenapa tidak pulang kerumah? Kenapa berhenti disini?”, tanya Yusra baru mengetahuinya.
“Sudah dari hari kemarin aku menetap dirumah kediaman Mirza!”, sahut Yandra tidak peduli.
“Jikalau memang begitu, buat apa kamu meninggalkan barang-barangmu dikamarmu, dirumah kediamanku?”, tanya Yusra meminta penjelasannya.
Yandra menggeleng melihat kebawah mulai merasakan nyeri pada perutnya, mendadak bungkam. Yusra yang sudah mengerti sikap darinya berniat akan mencoba untuk berbalik pergi menuju ke mobilnya. Namun dengan tiba-tiba Yusra melihat darah yang menetes dari diri Yandra, sedangkan Yandra belum menyadarinya tetapi mulai merasa lemas. “Yandra?”, tegur Yusra menanyakan. Dan lagi Yandra masih bungkam mulai meneteskan airmatanya karna menahan kesakitannya.
Kemudian Yusra dengan cepat memegang kedua lengan Yandra, berlanjut mengangkatnya dan akan membawanya ke mobil. Dan kini Yandra telah duduk didalam mobilnya masih menahan rasa nyeri pada perutnya, sementara Yusra baru memasuki mobilnya akan mengendarainya segera menuju kerumah sakit terdekat. Didalam perjalanan, Yandra mulai gelisah sehingga wajahnya mulai terlihat pucat. Dan Yusra dapat merasakan itu dengan mempercepat pengendaraannya.
                Dan kini Yandra telah ditangani di IGD rumah sakit, sementara Yusra menitipkan Yandra keseorang suster karna dirinya harus kembali kekantor dan mungkin akan kembali pada malam nanti. Sedangkan Yandra yang masih diperiksa, diberitahukan oleh Dokter yang menanganinya kalau dirinya hampir saja mengalami keguguran akibat dari pendarahan yang terjadi padanya. Namun masih beruntung dirinya cepat dibawa kerumah sakit sehingga pendarahannya dapat dihentikan.       
Pendarahan yang terjadi padanya diakibatkan kurangnya relaxsasi, juga stress padanya yang mulai meningkat. Itulah yang menyebabkan pendarahan terjadi padanya secara tiba-tiba. Dan Yandra pun mulai mengerti sedikit menyesali perbuatannya.
“Dokter, jangan katakan apapun pada suamiku!”, Yandra bersapa sembari memberi perintah.
“Tapi, bu, ini masih kabar yang menggembirakan! Janin ibu masih terselamatkan!”, sahut Dokter melihat biasa.
“Kami sedang berada diambang perceraian! Aku takut, hak asuh anakku akan diambil oleh keluarganya! Aku mohon buat pernyataan bohong kalau aku telah mengalami keguguran!”, penjelasan juga permintaan Yandra mengejutkan Dokter itu.
Mendengar ujarannya juga permintaan darinya itu, Dokter dengan terpaksa mengikutinya. Dan Yandra langsung mengucapkan terimakasih kepadanya memakai senyuman.

Sementara pada malam harinya. . . .

Yusra kembali kerumah sakit akan menemui Dokter yang telah menangani Yandra, sebab sebelumnya dirinya sudah membuat janji dengan Dokter tersebut. Sesampainya diruangan Dokter tersebut, Yusra mendapatkan berita tentang Yandra yang baru saja mengalami keguguran dari Dokter tersebut. Yusra yang baru mengetahuinya pun menjadi terdiam, tanpa menanyakan apa sebabnya Yandra bisa mengalami kegiguran.
Sementara Yandra diruang IGD, menunggu Yusra untuk mengantarkannya pulang. Sebab keadaannya baik-baik saja setelah pendarahan yang terjadi padanya sudah berhenti. Kemudian dilihatnya Yusra baru muncul mendatanginya memakai tatapan diam, Yandra yang mulai mengerti juga melihat diam masih menunggunya. Dan kini Yusra telah berhenti, berdiri disampingnya akan menanyakan sesuatu menatap diam.
“Dengan siapa kau telah mengandung? Apa kau sudah menikah lagi?”, tanya Yusra menegaskan. Mulai menatap tanya. Yandra menggeleng mulai menatap resah. “Jadi janin itu adalah putraku?”, Yusra kembali bertanya. Menatap memohon. Yandra menunduk melihat kebawah. “Putraku, sudah meninggal sebelum dilahirkan? Itulah tanya hatiku ketika sudah bertemu dengan Dokter yang menanganimu, bahkan saat ini sedang berhadapan denganmu!”, ungkap Yusra menggambarkan kegelisahannya.

Badung Location. . . . Season 2
“Pernikahan Diatas Matrai”

“Aku mau pulang!”, Yandra terbangun dari bungkamnya melihat ke Yusra berkaca-kaca.
“Jangan tumpahkan airmatamu! Karna benih yang tidak sengaja aku titipkan dirahimmu! Kini juga tidak sengaja sudah terbunuh oleh dirimu!”, Yusra menghakiminya cuma-cuma menatap sedikit amarah.
Kemudian seorang suster datang kepada mereka berdua membawa kursi roda, sebab Yusra telah memintanya pada sebelumnya. Dan kini Yusra membantu Yandra untuk duduk dikursi roda tersebut lalu membawanya keluar dari IGD rumah sakit menuju ketempat parkiran mobilnya. Yusra akan mengantar Yandra pulang kerumah keduaman Mirza. Sesampainya dirumah kediaman Mirza, sudah melewati pagar yang terbuka dan memasuki halaman rumah Mirza.
Yandra meminta Yusra untuk berdiam diri dulu didalam mobil, sebab Yandra akan mengatakan sesuatu. “Aku memohon padamu, kau tidak akan menceritakan kejadian ini pada siapapun!”, pinta Yandra melihat kedepan.
“Iya!”, jawab singkat Yusra melihat kedepan pula.
“Anggap saja, aku tidak pernah mengandung putramu!”, sambung pintanya lagi.
“Iya! Anggap saja juga keluhku sewaktu masih di IGD rumah sakit, hanya sebuah iklan yang numpang lewat saja!”, Yusra mulai membalas pinta darinya.
Kemudian Yandra melihat ke Yusra sembari mengucapkan terimakasih karna telah menyelamatkannya, dan Yusra pun melihat padanya pula menatap diam masih menggambarkan kegelisahannya. Dan lalu Yandra keluar dari mobilnya perlahan berjalan memasuki rumah kediaman Mirza, begitupun Yusra yang mulai mengendarai mobilnya pergi meninggalkan rumah kediaman Mirza tersebut. Kebersamaan merekapun berhenti.
Esoknya disiang hari, Yandra pergi kekantor perusahaan Yusra untuk menyimpan berkas Mirza yang telah dititipkan padanya, diloker nomor tigabelas didalam ruangan Mirza. Ketika sudah tiba disana dan sudah memasuki ruang kerja Mirza, ditemuinya jika Yusra berada diddalam ruangan Mirza sedang membelakangi dirinya. Yusra terlihat sedang sibuk menyusun beberapa berkas sementara Yandra mencueki Yusra dengan langsung menuju kesebuah loker.
Dan kini Yandra telah berada didepan loker tersebut, loker itu berada diatas dirinya. Yandra pun berusaha membuka password namun selalu gagal, ia sudah tiga kali mencobanya menggunakan nama Eisya, Mirza, dan pak Mirzain. Kebingungan mulai terbesit dibenaknya, hingga membuatnya berbalik kebelakang akan meminta bantuan Yusra. Namun ketika ia sudah berbalik, Yusra sudah berada dibalik drinya dengan menekan password dari loker tersebut.
Tatapan Yusra melihat keloker sedangkan tatapan Yandra melihat kepada dirinya. Dan Yusra yang sudah berhasil membuka loker tersebut, melihat padanya cuek lalu berbalik akan beranjak kembali ketempatnya yang semula. Namun Yandra menghentikan dirinya yang sudah melangkah sebanyak lima langkah membelakangi dengan berkata, “Aku mau balik lagi ke negeri orang!”. Yusra yang sudah mendengarnya hanya menolehkan kepalanya kebelakang melihat dirinya, masih membelakangi.
“Bukankah itu memang tujuanmu?! Datang kemari dan kemudian pergi lagi!”, Yusra menyahut mempersilahkan tegas. Melihat cuek namun tatapannya sedikit menajamkan.
”Apa, kau masih menyimpan dendam untukku?”, tanya Yandra menyadari kesalahannya meninggalkan Yusra tanpa berpamitan dengan bertatap muka dulu. Menatap diam memohon.
“Beberapa minggu lalu, kau pergi berpamitan melalui sepucuk surat padaku! Dan baru saja kemarin, kau tidak menjaga dirimu sehingga putraku meninggal sebelum dilahirkan! Dan lagi, dan dikemudian hari lagi, apa yang akan kau tunjukkan lagi padaku???”, Yusra berkata mengulang yang telah terjadi. Mulai menatap serius, berbalik menghadap Yandra.
“Semua terjadi dengan sendirinya! Tolong jangan mengungkit lagi apa yang sudah terjadi! Karna itu gak akan bisa kembali!”, Yandra berkata jujur. Mulai menatap luluh.
“Tolong juga, hidupkan lagi putraku! Apa kau bisa???”, Yusra meminta dengan membentak kecil.
Mendengar pintanya itu, Yandra menghadapkan dirinya kepintu ruangan kerja Mirza mengesampingkan Yusra. “Masih bersamamu, itu sama saja menambah satu penderitaan untukku!”, sambung Yusra lagi mulai menghakiminya. Menatap sedikit dendam. Sedangkan Yandra memilih pergi keluar dari dalam ruangan kerja Mirza menghindari perdebatan demikian. Dan hari ini adalah hari terakhir mereka bertemu karna pada sore nanti Yandra akan pulang keluar negeri menyusul pak Mirzain.

Badung Location. . . . Season 2
“Pernikahan Diatas Matrai”

                Pada malam harinya, Yusra sedang makan malam bersama Omah dan mamahnya dirumah. Disaat makan malam sedang berlangsung, Omah mengatakan bahwa pada seminggu kemudian akan ada pertemuan dua keluarga. Keluarga dirinya sendiri dengan keluarga calon istrinya yang telah dijodohkan oleh Omah. Yusra yang sudah mendengarnya pun menjadi batuk kecil karna merasa kaget, melihat kaget pula ke Omah. Sedangkan mamahnya yang sudah melihat dirinya, akan berkata menanyakannya.
“Yusra? Mengapa kau begitu terkejut, seolah-olah kau sangat tidak ingin medengarnya?”, tanya mamah menatap luluh. Yusra baru melihat kepadanya, bungkam.
“Calon istrimu yang sekarang, lebih baik dari dia yang akan menjadi mantan istrimu! Karna dia telah membantumu untuk membohongi kami semua! Dan apakah masih pantas dia menjadi menantu dikeluarga ini?”, sambung Omah menjelekkan Yandra. Yusra pun beralih melihat kepadanya kembali, bungkam masih menatap kaget.
“Yusra, dia sudah pergi darimu! Jangan tunggu dia yang mungkin tidak akan pernah kembali padamu!”, sambung mamahnya lagi menasehatinya. Semakin menatap luluh.
“Kami belum bercerai, tetapi Omah membicarakan itu lagi! Dan ini sudah ketiga kalinya Omah membicarakan itu! Tidak bisakah kalian mencoba untuk merenungkannya dulu, bagaimana dia merawatku saat kalian berdua masih berada diluar rumah ini! Dia adalah teman yang sudah pernah merawatku! Dia juga seperti sudah menjadi teman hidupku!”, Yusra mulai bersuara terbangun dari bungkamnya melihat kemereka berdua.
Kemudian Omah teringat ketika Yandra menemaninya kekamarnya sendiri, mengobrol sebentar ketika baru saja pulang dari luar negeri. Lain dengan mamahnya teringat saat persidangan kemarin, saat Yandra yang sudah memakai kacamata terpandang padanya. “Sudah cukup, Yusra mau tidur kembali kekamar Yusra! Selamat malam!”, Yusra berkata lagi berpamitan lalu beranjak dengan berlari kecil menuju kamarnya.
Omah dan mamahnya yang sudah melihat dirinya mulai merasa sedikit mengerti tentang perasaannya. Namun keduanya sama-sama gengsi tak mau menunjukkannya.  

Beberapa hari kemudian. . . .

                Disiang hari pada hari minggu, Omah sedang duduk seorang diri diruang tamu sambil membaca tabloid. Dan disisi kanannya terlihat Yusra sedang berjalan mendekatinya. Omah masih bersikap cuek meski dirasanya langkah Yusra yang semakin mendekatinya. Dan kinipun Yusra telah berdiri, berdiam disamping kanannya dengan menghadapnya. Omah yang baru saja melihat padanya menutup tabloidnya, berhenti dari bacanya.
“Yusra, mau menerima perjodohan itu!”, Yusra memberi jawaban. Omah mulai menatap kaget. “Karna kan, secara lambat laun, Yusra akan bisa menerima wanita itu!”, sambung Yusra terbata-bata dengan kedua matanya mulai berkaca-kaca. Omah mendadak menjadi hening, mulai berkaca-kaca menyimpan tanya. Dan Yusra memberinya senyuman sambil mengusap airmatanya yang menetes, kemudian berbalik pergi menuju kamar bekas Yandra dilantai atas.
Sesampainya memasuki kedalam kamar Yandra. Ia melihat-lihat semua foto kenangan dari Yandra. Dari foto pre-wedd, traveling, hingga kesebuah foto dari kedua keponakan kembarnya yang terpajang diatas tempat tidur bekas Yandra. “Kini yang sedang aku pikirkan, bukan mencoba tuk menyakiti diriku sendiri! tetapi dengan sikapku yang telah menerima tadi, aku akan membawamu kembali padaku!”, bisik Yusra masih melihat-lihat semua foto tersebut.
Kemudian berhenti dengan melihat foto kedua keponakan kembarnya, lalu dirinya berjalan mengambil foto keponakan kembarnya tersebut. Lalu ia menuliskan sesuatu didinding itu, dan disembunyikan dibalik foto keponakan kembarnya yang digantungkannya kembali. “Dibalik foto Cherish dan Ferish itu, tersimpan satu kalimat rahasia dariku!”, bisiknya lagi meratapinya usai melakukannya. Dan kini Yusra melihat keboneka pengantin persembahan dari Eisya untuk Yandra.
Salah-satu barang Yandra yang mengingatkan tentang resepsi pernikahannya dulu. Dimana pesta resepsinya berjalan seolah-olah telah terjadi sebuah pernikahan sungguhan, tanpa siasat sebelumnya.

Badung Location. . . . Season 2
“Pernikahan Diatas Matrai”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar