Secara tidak sengaja ditemuinya
jika Yandra baru saja keluar dari tempat tersebut dengan berjalan membelakanginya.
Yusra yang mulai penasaran dengan Yandra telah menetap dimana, dirumah siapa
pula berniat akan membututinya. Dan kini Yusra telah melakukan niatnya itu demi
memuaskan rasa penasarannya. Sementara Yandra masih berjalan dengan cueknya
tidak menyadari kalau Yusra ada dibalik dirinya sedang mengikuti langkahnya.
Selang beberapa saat berjalan,
kini Yandra telah tiba dirumah tempatnya menetap di Jakarta menumpangi mobil
taxi. Namun ketika sudah turun dari mobil taxi akan membuka pagar rumah,
tiba-tiba Yusra menghentikannya dengan membunyikan alarm mobilnya. Sontak
Yandra menjadi kaget melihat kesisi kanannya, lalu dilihatnya Yusra baru
membuka pintu mobilnya, keluar dari mobilnya lalu menutup kembali pintu
mobilnya dengan berjalan mendekatinya.
Yusra sudah mengetahui jika rumah
yang sedang dituju Yandra kini adalah rumah Mirza, Mirza yang belum pulang dari
London. Dan kini Yusra sudah berada didepan Yandra, berjarak lima langkah saling
berhadapan. Keduanya mulai bertatapan sedikit menahan kaget.
“Kenapa tidak pulang kerumah?
Kenapa berhenti disini?”, tanya Yusra baru mengetahuinya.
“Sudah dari hari kemarin aku
menetap dirumah kediaman Mirza!”, sahut Yandra tidak peduli.
“Jikalau memang begitu, buat apa
kamu meninggalkan barang-barangmu dikamarmu, dirumah kediamanku?”, tanya Yusra
meminta penjelasannya.
Yandra menggeleng melihat kebawah
mulai merasakan nyeri pada perutnya, mendadak bungkam. Yusra yang sudah
mengerti sikap darinya berniat akan mencoba untuk berbalik pergi menuju ke mobilnya.
Namun dengan tiba-tiba Yusra melihat darah yang menetes dari diri Yandra,
sedangkan Yandra belum menyadarinya tetapi mulai merasa lemas. “Yandra?”, tegur
Yusra menanyakan. Dan lagi Yandra masih bungkam mulai meneteskan airmatanya
karna menahan kesakitannya.
Kemudian Yusra dengan cepat
memegang kedua lengan Yandra, berlanjut mengangkatnya dan akan membawanya ke mobil.
Dan kini Yandra telah duduk didalam mobilnya masih menahan rasa nyeri pada
perutnya, sementara Yusra baru memasuki mobilnya akan mengendarainya segera
menuju kerumah sakit terdekat. Didalam perjalanan, Yandra mulai gelisah sehingga
wajahnya mulai terlihat pucat. Dan Yusra dapat merasakan itu dengan mempercepat
pengendaraannya.
Dan
kini Yandra telah ditangani di IGD rumah sakit, sementara Yusra menitipkan
Yandra keseorang suster karna dirinya harus kembali kekantor dan mungkin akan
kembali pada malam nanti. Sedangkan Yandra yang masih diperiksa, diberitahukan oleh
Dokter yang menanganinya kalau dirinya hampir saja mengalami keguguran akibat
dari pendarahan yang terjadi padanya. Namun masih beruntung dirinya cepat
dibawa kerumah sakit sehingga pendarahannya dapat dihentikan.
Pendarahan yang terjadi padanya
diakibatkan kurangnya relaxsasi, juga stress padanya yang mulai meningkat.
Itulah yang menyebabkan pendarahan terjadi padanya secara tiba-tiba. Dan Yandra
pun mulai mengerti sedikit menyesali perbuatannya.
“Dokter, jangan katakan apapun
pada suamiku!”, Yandra bersapa sembari memberi perintah.
“Tapi, bu, ini masih kabar yang
menggembirakan! Janin ibu masih terselamatkan!”, sahut Dokter melihat biasa.
“Kami sedang berada diambang
perceraian! Aku takut, hak asuh anakku akan diambil oleh keluarganya! Aku mohon
buat pernyataan bohong kalau aku telah mengalami keguguran!”, penjelasan juga
permintaan Yandra mengejutkan Dokter itu.
Mendengar ujarannya juga
permintaan darinya itu, Dokter dengan terpaksa mengikutinya. Dan Yandra
langsung mengucapkan terimakasih kepadanya memakai senyuman.
Sementara pada malam harinya. . . .
Yusra kembali kerumah sakit akan
menemui Dokter yang telah menangani Yandra, sebab sebelumnya dirinya sudah
membuat janji dengan Dokter tersebut. Sesampainya diruangan Dokter tersebut,
Yusra mendapatkan berita tentang Yandra yang baru saja mengalami keguguran dari
Dokter tersebut. Yusra yang baru mengetahuinya pun menjadi terdiam, tanpa
menanyakan apa sebabnya Yandra bisa mengalami kegiguran.
Sementara Yandra diruang IGD,
menunggu Yusra untuk mengantarkannya pulang. Sebab keadaannya baik-baik saja
setelah pendarahan yang terjadi padanya sudah berhenti. Kemudian dilihatnya
Yusra baru muncul mendatanginya memakai tatapan diam, Yandra yang mulai
mengerti juga melihat diam masih menunggunya. Dan kini Yusra telah berhenti,
berdiri disampingnya akan menanyakan sesuatu menatap diam.
“Dengan siapa kau telah
mengandung? Apa kau sudah menikah lagi?”, tanya Yusra menegaskan. Mulai menatap
tanya. Yandra menggeleng mulai menatap resah. “Jadi janin itu adalah putraku?”,
Yusra kembali bertanya. Menatap memohon. Yandra menunduk melihat kebawah.
“Putraku, sudah meninggal sebelum dilahirkan? Itulah tanya hatiku ketika sudah
bertemu dengan Dokter yang menanganimu, bahkan saat ini sedang berhadapan
denganmu!”, ungkap Yusra menggambarkan kegelisahannya.
Badung Location. . . . Season 2
“Pernikahan Diatas Matrai”
“Aku mau pulang!”, Yandra
terbangun dari bungkamnya melihat ke Yusra berkaca-kaca.
“Jangan tumpahkan airmatamu! Karna
benih yang tidak sengaja aku titipkan dirahimmu! Kini juga tidak sengaja sudah terbunuh
oleh dirimu!”, Yusra menghakiminya cuma-cuma menatap sedikit amarah.
Kemudian seorang suster datang
kepada mereka berdua membawa kursi roda, sebab Yusra telah memintanya pada
sebelumnya. Dan kini Yusra membantu Yandra untuk duduk dikursi roda tersebut
lalu membawanya keluar dari IGD rumah sakit menuju ketempat parkiran mobilnya.
Yusra akan mengantar Yandra pulang kerumah keduaman Mirza. Sesampainya dirumah
kediaman Mirza, sudah melewati pagar yang terbuka dan memasuki halaman rumah
Mirza.
Yandra meminta Yusra untuk berdiam
diri dulu didalam mobil, sebab Yandra akan mengatakan sesuatu. “Aku memohon
padamu, kau tidak akan menceritakan kejadian ini pada siapapun!”, pinta Yandra
melihat kedepan.
“Iya!”, jawab singkat Yusra
melihat kedepan pula.
“Anggap saja, aku tidak pernah
mengandung putramu!”, sambung pintanya lagi.
“Iya! Anggap saja juga keluhku
sewaktu masih di IGD rumah sakit, hanya sebuah iklan yang numpang lewat saja!”,
Yusra mulai membalas pinta darinya.
Kemudian Yandra melihat ke Yusra
sembari mengucapkan terimakasih karna telah menyelamatkannya, dan Yusra pun
melihat padanya pula menatap diam masih menggambarkan kegelisahannya. Dan lalu
Yandra keluar dari mobilnya perlahan berjalan memasuki rumah kediaman Mirza,
begitupun Yusra yang mulai mengendarai mobilnya pergi meninggalkan rumah kediaman
Mirza tersebut. Kebersamaan merekapun berhenti.
Esoknya disiang hari, Yandra pergi
kekantor perusahaan Yusra untuk menyimpan berkas Mirza yang telah dititipkan
padanya, diloker nomor tigabelas didalam ruangan Mirza. Ketika sudah tiba
disana dan sudah memasuki ruang kerja Mirza, ditemuinya jika Yusra berada
diddalam ruangan Mirza sedang membelakangi dirinya. Yusra terlihat sedang sibuk
menyusun beberapa berkas sementara Yandra mencueki Yusra dengan langsung menuju
kesebuah loker.
Dan kini Yandra telah berada
didepan loker tersebut, loker itu berada diatas dirinya. Yandra pun berusaha
membuka password namun selalu gagal, ia sudah tiga kali mencobanya menggunakan
nama Eisya, Mirza, dan pak Mirzain. Kebingungan mulai terbesit dibenaknya,
hingga membuatnya berbalik kebelakang akan meminta bantuan Yusra. Namun ketika
ia sudah berbalik, Yusra sudah berada dibalik drinya dengan menekan password
dari loker tersebut.
Tatapan Yusra melihat keloker sedangkan
tatapan Yandra melihat kepada dirinya. Dan Yusra yang sudah berhasil membuka
loker tersebut, melihat padanya cuek lalu berbalik akan beranjak kembali
ketempatnya yang semula. Namun Yandra menghentikan dirinya yang sudah melangkah
sebanyak lima langkah membelakangi dengan berkata, “Aku mau balik lagi ke
negeri orang!”. Yusra yang sudah mendengarnya hanya menolehkan kepalanya
kebelakang melihat dirinya, masih membelakangi.
“Bukankah itu memang tujuanmu?!
Datang kemari dan kemudian pergi lagi!”, Yusra menyahut mempersilahkan tegas.
Melihat cuek namun tatapannya sedikit menajamkan.
”Apa, kau masih menyimpan dendam
untukku?”, tanya Yandra menyadari kesalahannya meninggalkan Yusra tanpa
berpamitan dengan bertatap muka dulu. Menatap diam memohon.
“Beberapa minggu lalu, kau pergi berpamitan
melalui sepucuk surat padaku! Dan baru saja kemarin, kau tidak menjaga dirimu
sehingga putraku meninggal sebelum dilahirkan! Dan lagi, dan dikemudian hari
lagi, apa yang akan kau tunjukkan lagi padaku???”, Yusra berkata mengulang yang
telah terjadi. Mulai menatap serius, berbalik menghadap Yandra.
“Semua terjadi dengan sendirinya! Tolong
jangan mengungkit lagi apa yang sudah terjadi! Karna itu gak akan bisa
kembali!”, Yandra berkata jujur. Mulai menatap luluh.
“Tolong juga, hidupkan lagi
putraku! Apa kau bisa???”, Yusra meminta dengan membentak kecil.
Mendengar pintanya itu, Yandra
menghadapkan dirinya kepintu ruangan kerja Mirza mengesampingkan Yusra. “Masih
bersamamu, itu sama saja menambah satu penderitaan untukku!”, sambung Yusra
lagi mulai menghakiminya. Menatap sedikit dendam. Sedangkan Yandra memilih
pergi keluar dari dalam ruangan kerja Mirza menghindari perdebatan demikian.
Dan hari ini adalah hari terakhir mereka bertemu karna pada sore nanti Yandra
akan pulang keluar negeri menyusul pak Mirzain.
Badung Location. . . . Season 2
“Pernikahan Diatas Matrai”
Pada
malam harinya, Yusra sedang makan malam bersama Omah dan mamahnya dirumah.
Disaat makan malam sedang berlangsung, Omah mengatakan bahwa pada seminggu
kemudian akan ada pertemuan dua keluarga. Keluarga dirinya sendiri dengan
keluarga calon istrinya yang telah dijodohkan oleh Omah. Yusra yang sudah mendengarnya
pun menjadi batuk kecil karna merasa kaget, melihat kaget pula ke Omah.
Sedangkan mamahnya yang sudah melihat dirinya, akan berkata menanyakannya.
“Yusra? Mengapa kau begitu
terkejut, seolah-olah kau sangat tidak ingin medengarnya?”, tanya mamah menatap
luluh. Yusra baru melihat kepadanya, bungkam.
“Calon istrimu yang sekarang,
lebih baik dari dia yang akan menjadi mantan istrimu! Karna dia telah membantumu
untuk membohongi kami semua! Dan apakah masih pantas dia menjadi menantu
dikeluarga ini?”, sambung Omah menjelekkan Yandra. Yusra pun beralih melihat
kepadanya kembali, bungkam masih menatap kaget.
“Yusra, dia sudah pergi darimu!
Jangan tunggu dia yang mungkin tidak akan pernah kembali padamu!”, sambung
mamahnya lagi menasehatinya. Semakin menatap luluh.
“Kami belum bercerai, tetapi Omah
membicarakan itu lagi! Dan ini sudah ketiga kalinya Omah membicarakan itu!
Tidak bisakah kalian mencoba untuk merenungkannya dulu, bagaimana dia merawatku
saat kalian berdua masih berada diluar rumah ini! Dia adalah teman yang sudah
pernah merawatku! Dia juga seperti sudah menjadi teman hidupku!”, Yusra mulai
bersuara terbangun dari bungkamnya melihat kemereka berdua.
Kemudian Omah teringat ketika
Yandra menemaninya kekamarnya sendiri, mengobrol sebentar ketika baru saja pulang
dari luar negeri. Lain dengan mamahnya teringat saat persidangan kemarin, saat Yandra
yang sudah memakai kacamata terpandang padanya. “Sudah cukup, Yusra mau tidur
kembali kekamar Yusra! Selamat malam!”, Yusra berkata lagi berpamitan lalu
beranjak dengan berlari kecil menuju kamarnya.
Omah dan mamahnya yang sudah
melihat dirinya mulai merasa sedikit mengerti tentang perasaannya. Namun
keduanya sama-sama gengsi tak mau menunjukkannya.
Beberapa hari kemudian. . . .
Disiang
hari pada hari minggu, Omah sedang duduk seorang diri diruang tamu sambil
membaca tabloid. Dan disisi kanannya terlihat Yusra sedang berjalan
mendekatinya. Omah masih bersikap cuek meski dirasanya langkah Yusra yang
semakin mendekatinya. Dan kinipun Yusra telah berdiri, berdiam disamping
kanannya dengan menghadapnya. Omah yang baru saja melihat padanya menutup
tabloidnya, berhenti dari bacanya.
“Yusra, mau menerima perjodohan
itu!”, Yusra memberi jawaban. Omah mulai menatap kaget. “Karna kan, secara
lambat laun, Yusra akan bisa menerima wanita itu!”, sambung Yusra terbata-bata
dengan kedua matanya mulai berkaca-kaca. Omah mendadak menjadi hening, mulai
berkaca-kaca menyimpan tanya. Dan Yusra memberinya senyuman sambil mengusap
airmatanya yang menetes, kemudian berbalik pergi menuju kamar bekas Yandra
dilantai atas.
Sesampainya memasuki kedalam kamar
Yandra. Ia melihat-lihat semua foto kenangan dari Yandra. Dari foto pre-wedd,
traveling, hingga kesebuah foto dari kedua keponakan kembarnya yang terpajang
diatas tempat tidur bekas Yandra. “Kini yang sedang aku pikirkan, bukan mencoba
tuk menyakiti diriku sendiri! tetapi dengan sikapku yang telah menerima tadi,
aku akan membawamu kembali padaku!”, bisik Yusra masih melihat-lihat semua foto
tersebut.
Kemudian berhenti dengan melihat
foto kedua keponakan kembarnya, lalu dirinya berjalan mengambil foto keponakan
kembarnya tersebut. Lalu ia menuliskan sesuatu didinding itu, dan disembunyikan
dibalik foto keponakan kembarnya yang digantungkannya kembali. “Dibalik foto
Cherish dan Ferish itu, tersimpan satu kalimat rahasia dariku!”, bisiknya lagi
meratapinya usai melakukannya. Dan kini Yusra melihat keboneka pengantin persembahan
dari Eisya untuk Yandra.
Salah-satu barang Yandra yang
mengingatkan tentang resepsi pernikahannya dulu. Dimana pesta resepsinya
berjalan seolah-olah telah terjadi sebuah pernikahan sungguhan, tanpa siasat
sebelumnya.
Badung Location. . . . Season 2
“Pernikahan Diatas Matrai”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar