Minggu, 27 Maret 2016

Badung Location. . . . Season 2 #25

                 Malam harinya, Fachri melakukan pertemuan dengan Mora disebuah restaurant. Disana mereka sedang duduk bersama secara berhadapan dimeja bundar. Sebelum memulai makan malam bersama, Fachri membantu Mora menyelesaikan tugas pekerjaan dari kantornya. Sebab Mora membutuhkan data beberapa pasien dari Fachri. Karna Mora mendapat tugas untuk menganalisis data beberapa pasien dari seorang Dokter.
Dan secara kebetulan Mora hanya memiliki seorang teman saja yang berprofesi sebagai Dokter, yaitu Fachri seorang. Jadi tidak perlu mencari keras untuk mencari seorang Dokter yang berkenan membantu menyelesaikan tugasnya. Saat ketika Mora masih mengerjakan tugasnya, Fachri hanya melihat hening kesibukannya dan berkata sesekali bila ada yang diperlukan dari Mora juga dari dirinya sendiri. Selagi Mora masih mengerjakan tugasnya keduanya hanya berdiam hening menikmati.
Setelah beberapa menit berjalan, Mora menyatakan pada Fachri kalau dirinya sudah tuntas mengerjakan tugasnya. Fachri yang baru mengetahuinya pun menjadi tersenyum kecil berharap akan terbebas dari keheningan. “Sudah dua kali aku menolak makanannya yang aku pesan untuk kita! Dan kini, aku akan memanggil pelayan tadi untuk mengantarkannya!”, ungkap Fachri membuat Mora terkejut geli.
Sedangkan Fachri mulai menelepon pelayan tadi karna dirinya sempat memberi nomor ponselnya. “Aku tidak tau harus berkata “Ya Tuhan” atau “Puji Tuhan”?!”, bisik hati Mora seketika melihatnya. Menatap diam mengamati. Lalu pelayan yang ditelepon Fachri tadi sudah datang dengan membawa makanan sembari menaruhkannya dimeja bundar keduanya. Dan kini mereka berdua sudah siap akan menyantap hidangan makanan tersebut.
Secara bersamaan, mereka berdua berdoa dengan keyakinan masing-masing. Lalu memakan hidangan makanan secara bersamaan pula. Sungguh unik yang diakukan oleh keduanya, tampak suasana persahabatan begitu kuat pada diri mereka masing-masing. Kemudian disaat masih sama-sama menikmati hidangan makanannya, Mora terpandang pada gelang persahabatan dari Fachri dipergelangan tangan kanannya.
Lalu Mora mengalihkannya dengan fokus kembali ke makan malamnya. Sementara Fachri tiba-tiba saja terdiam karna terpandang pada gelang persahabatan darinya yang masih dikenakan Mora, lalu Fachri memalingkan pandangannya seolah-olah tidak melihat apa-apa. Sesunguhnya, mereka berdua masih memandang indah pada gelang persahabatan itu. Karna gelang persahabatan itu adalah sebuah barang yang menunjukkan perasaan dari Fachri yang sebenarnya pada Mora.
Namun mereka berdua tidak bisa melanjutkan perasaannya, karna keduanya memilih untuk setia kepada keyakinan mereka berdua masing-masing. Keimanan mereka berdua sangat kuat, jadi tidak bisa bila harus berpaling mengikuti keimanan yang lain. Ada satu kesamaan yang belum pernah mereka berdua sadari, yaitu mereka sama-sama terlahir menjadi peribadi yang sangat religius.

Sementara disana. . . .

                Yusra sedang duduk dikursi ruang kerja rumahnya, ia memikirkan tentang saran dari Dokter Frans. Saat ini ia mulai merasa penasaran, dan hasratnya ingin mencoba melakukan tes DNA pun mulai memuncak. Kemudian ia bertekad bahwa pada hari esok, ia akan melakukannya sendiri dan berharap tidak ada yang mengetahuinya. Karna besok merupakan hari libur kerja.

Badung Location. . . . Season 2
“Pernikahan Diatas Matrai”

                  Esoknya pada pukul Sembilan pagi, Yusra sudah berpakaian rapi bergegas untuk pergi kerumah sakit. Kali ini ia memakai baju kemeja serta dengan celana juga sepatu seperti mau pergi kekantor, namun tidak mengenakan jas tetapi dasi masih dikenakannya. Cara berpakaiannya pada kali ini sangat terlihat santai. Dan kini ia telah tiba dirumah sakit dengan segera menghampiri ruang ICU, dimana tempat keponakan kecil dari Mirza telah dirawat.
                Namun ketika baru saja melewati tikungan rumah sakit menuju ruang ICU, tiba-tiba saja ia melihat Mirza keluar dari ruangan ICU bersama dengan beberapa suster membawa bayi Cillo untuk pindah keruangan biasa. Yusra pun terpaksa berhenti lalu megikuti mereka secara diam-diam. Setelah beberapa saat kemudian, ternyata bayi Cillo dipindahkan keruang anak yang bernama Ruang Anak Kelas Satu plus VIP. Dimana didalam ruangan itu ada Tv, pendingin ruangan, kulkas juga tempat bersantai.
Yusra telah dapat memahaminya seketika sudah mengetahuinya, namun harus bersembunyi dahulu dari Mirza sebelum menyusul untuk menjenguk bayi Cillo. Saat ketika sudah melihat Mirza keluar dari ruangan tersebut dan pergi meninggalkan, Yusra merasa lega lalu memantapkan langkahnya perlahan memasuki ruang anak tempat bayi Cillo dipindahkan. Sesampainya dipintu ruangan anak tersebut, Yusra membuka pintunya perlahan sembari memasukinya lalu menutup pintunya kembali.
Tampak pegasuh bayi Cillo sedang memberikan susu, dan menjadi sedikit terkejut ketika melihat Yusra secara tiba-tiba sudah berada disampingnya. “Tuan….?”, sapa pengasuh itu menatap tanya. Yusra pun melihat padanya sambil tersenyum menyapa. “Tuan Mirza, baru saja pergi!”, sambung pengasuh itu memberitahu. Yusra mengangguk masih tersenyum menyapa. “Kalau begitu, saya mau permisi mengambil obat dulu ya!”, sambung lagi pengasuh itu berkata pamit untuk pergi sebentar.
“Silahkan!”, Yusra baru menyahutnya. Dan pengasuh itupun pergi meninggalkannya. Setelah melihat pengasuh itu pergi, Yusra mengeluarkan sebuah gunting kecil. Kemudian ia meraba rambut bayi Cillo yang lebat berwarna hitam pula, lalu memulai menggunting sehelai rambut dari bayi Cillo dengan sedikit gemetar. “Bismillah!”, doanya ketika akan memulai menggunting rambut bayi Cillo. Yusra begitu berkonsentrasi tak sedikitpun menatap wajah bayi Cillo yang sedang tidak tertidur.
Dan setelahnya berhasil menggunting rambut bayi Cillo, Yusra langsung menyimpannya dikantong plasti berukuran kecil. “Get well soon baby!”, Yusra baru berkata mendoakannya dan baru menatap bayi Cillo. Lalu dilihat olehnya bayi Cillo menatapnya seperti menyukai dirinya, tatapan matanya berbinar-binar ketika masih menatapi Yusra. Dan Yusra pun menjadi tersenyum kembali berkata, “Kamu ganteng ya!”, dengan memujinya bangga.
Kemudian Yusra mendapat telepon dari Dokter Frans menanyakan kabarnya apakah sudah mengambil sehelai rambut bayi Cillo atau belum. Yusra pun langsung mengatakan kalau ia sudah mengambilnya, dan Dokter Frans memintanya untuk segera menyerahkannya kepadanya sekarang. Karna bila semakin cepat Yusra menyerahkannya, maka hasilnya akan cepat pula tuk diketahui. Dan disaat yang bersamaan, pengasuh bayi Cillo sudah datang memasuki ruangan.
Yusra yang sudah mengetahui kedatangannya, langsung berkata pada Dokter Frans akan menemuinya sekarang juga. Lalu menutup teleponnya, dilanjutkannya dengan berkata pamit untuk pergi dari ruangan kepada pengasuh itu dan kemudian beranjak keluar dari ruangan akan menuju keruangan Dokter Frans. Sesampainya diruangan Dokter Frans, Yusra langsung menyerahkan sebuah plastik berukuran kecil berisi sehelai rambut dirinya sendiri serta sehelai rambut dari bayi Cillo.
Yusra sudah menyerahkannya, Dokter Frans juga sudah menerimanya. Mereka berdua berjabat tangan saling mengucapkan terimakasih. Dan Dokter Frans berjanji hasilnya akan dapat diketahui pada esok hari atau lusa, tergantung pada Dokter Frans yang akan menghubunginya bila sudah siap. Dan Yusra mempercayainya, ia akan menunggunya dengan mennyiapkan mentalnya untuk menerima sebuah kenyataan terbaru dari hidupnya.

Badung Location. . . . Season 2
“Pernikahan Diatas Matrai”

                Ditempat lain masih dirumah sakit, Fachri sedang berjalan-jalan dari sudut kesudut rumah sakit. Ia sedang melawan rasa bosan menunggu jam prakteknya sampai berstatus open. Kemudian ia berhenti di cafe yang letaknya didalam rumah sakit dengan sudah duduk sendiri sambil melihat tanyangan ditelevisi serta dengan secangkir minuman capuccino. Hari ini memang hari libur kerja, tetapi tidak untuk yang berprofesi sebagai Dokter. Dokter hanya libur apabila liburan nasional telah tiba.
Disaat dirinya masih bersantai, tiba-tiba saja ada yang mendatanginya dengan berdiri disampingnya sembari memanggil namanya sekali. Fachri pun mengalihkan perhatiannya kepada siapa yang telah memanggil namanya sembari melihat santai padanya. Ternyata itu adalah Qiera yang melihat lurus kedepan. “Aku mau bicara, boleh aku duduk sekarang!?”, Qiera berkata permisi sedikit jutek. Fachri mempersilahkannya dengan mengetuk sisi meja kanannya yang masih tersedia kursi kosong.
Qiera yang sudah mengetahuinya pun langsung beralih duduk mengikuti arahan dari Fachri sembari menatap Fachri diam seperti akan mengungkap sesuatu. Sedangkan Fachri melihat ketelevisi didepannya berbalas cuek padanya. Sekilas, Fachri seperti mencueki Mora dulu. Qiera masih menatapnya diam, ikut bungkam seperti Fachri lalu terpaksa melihat ketelevisi juga sepertinya. Dan Fachri baru memalingkan pandangannya ke Qiera, mengingat tentang permasalahan hatinya.
Fachri melihat padanya mulai merenungkan, keduanya membuat suasana menjadi hening meskipun telah berdiam dikeramaian. “Apakah Mora masih menjadi wanita terindahmu? Sehingga kau tak bisa memandang wanita lain kecuali dirinya!”, Qiera mulai berbicara kembali tegas. Fachri menjadi kaget mendengarnya, menatap bingung. Sedangkan Qiera baru memalingkan pandangannya kepadanya, memakai tatapan sedikit tidak suka.
“Lalu apa yang kau mau dariku? Sementara yang aku tau, bahkan kau pun juga sudah tau kalau kita jarang bertemu! Jadi wajar saja kalau aku bersikap seperti ini!”, Fachri memberi penjelasan menatap penuh pengertian padanya. Sementara Qiera masih menatap diam.
“Aku mau, menjadi teman terdekatmu selain Mora! Aku juga berandai-andai, bahwa aku akan bisa menjadi wanita terindahmu menggantikan Mora!”, ungkap Qiera membuat Fachri menjadi bertanya-tanya. Lalu Fachri menyandarkan tubuhnya kesandaran kursi dengan melipatkan kedua tangannya diperutnya, melihat Qiera sedikit tajam.
“Kau sudah menjadi milik orang lain, jangan palingkan orang lain itu darimu hanya kau tiba-tiba saja menginginkan aku!”, Fachri menyahut menolak sembari memberi nasehat.
“Pertunanganku sudah dibatalkan oleh dirinya disana! Aku tidak tau harus merasa merdeka atau tidak! Dan yang pasti, aku terbebas dari kedua sifatnya yang sering membuatku terbebani!”, Qiera menceritakannya memakai tatapan meyakinkannya.
“Rasa-rasanya, baru saja kemarin aku melihat kau sedang bermanja dan sangat dekat sama Yusra ditepi danau! Dan sekarang, kau memintaku seperti apa yang telah kau pinta tadi!”, Fachri mengungkapnya memberi sindiran.
Qiera menjadi terkejut lalu berdiri menatapnya terkejut. Disambung dengan Fachri berdiri juga sambil menjatuhkan kedua tangannya keras. Mereka berduapun saling bertatapan dingin sejenak, kemudian secara tiba-tiba Qiera berkata lagi yang membuat Fachri terkejut tak menduganya.
“Rasa-rasanya, aku ingin mencicipi bibirmu sekarang juga!”, Qiera berkata permisi menggodanya menatap sedikit centil. Fachri yang sudah mendengarnya, mencoba melirikkan kedua matanya melihat disekitarnya.
Ia merasa khawatir, serta takut ada yang mendengarnya selain dirinya sendiri. Dan kemudian Fachri menarik keras tangan Qiera akan membawanya kesuatu tempat. Ternyata Fachri membawa Qiera ke lobby rumah sakit menyuruhnya untuk pergi, memakai alasan kalau jam kerjanya sedang berlangsung.
Usainya berkata demikian, Fachri langsung berpaling meninggalkan Qiera sendirian diLobby. Sementara Qiera yang masih berada dilobby rumah sakit, menyadari kebodohan yang telah dilakukannya tadi. Ia kembali mengingat perkataan terakhirnya, “Rasa-rasanya, aku ingin mencicipi bibirmu sekarang juga!”. Setelah menyadarinya, Qiera beranjak pergi menuju keparkiran mobilnya untuk pergi dengan tujuan pulang kerumahnya.
Disadarinya pula jika apa yang telah dikatakannya tadi hanyalah sebuah reflek dari menahan gejolaknya terhadap Fachri.

Badung Location. . . . Season 2
“Pernikahan Diatas Matrai”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar