Esoknya,
Mora masih berbaring dikasur tempat tidurnya sambil melihat kejendela kamarnya
yang terbuka. Ia sedang menunggu pukul tujuh pagi demi memastikan keberangaktan
Fachri ke Malaysia. Berkali-kali ia melihat jam menghitung sisa-sisa menit
menuju pukul tujuh pagi. Dan kini waktupun menunjukkan tepat pukul tujuh pagi.
Mora yang sudah mengetahuinya, mencoba tuk menghubungi Fachri.
Namun tanda tidak tersambung karna
nomor ponsel Fachri sedang tidak aktif baru diketahui dirinya juga. Usainya
mengetahui kedua hal itu, Mora pun menyimpulkan jika Fachri telah terbang
dengan pesawat yang ditumpanginya menuju Malaysia. “Kini dirimu sudah dibawa
pergi dengan penerbangan pesawat yang telah kau tumpangi! Semoga kedamaian
menyertaimu hingga sesampainya kau di negeri Jiran itu!”, doa Mora sederhan dipanjatkan
untuk Fachri yang sudah dicintainya.
Sementara pada sore harinya, Mora
memilih berjalan-jalan ditaman biasa seorang diri. Sebab ia membutuhkan waktu
untuk sendiri saja, menjauh dari para temannya yang mungkin bisa menemaninya.
Dan ditempat lain masih ditaman yang sama, Yusra telah duduk dibangku taman
menghadap kedanau didepannya. Ia sedang termenung dalam keheningannya sendiri,
meratapi cara hidupnya yang telah dirasanya semakin membawanya kedalam jurang
penderitaan.
Kemudian disaat yang tak terduga,
Mora melihat Yusra sedang duduk dengan menghisap sesuatu tak jauh diarah samping
depannya. Rasa penasaran mulai ada pada dirinya, lalu berjalan pelan mendekati
Yusra dan kini telah duduk secara tiba-tiba disampingnya. Sementara Yusra baru saja
tersadar, berhenti dari menghisap sesuatu dengan melihat ke Mora. Dan Mora yang
sudah mengetahui apa yang telah dilakukan Yusra saat ini akan mengajaknya
berbicara.
“Kau sedang menghisap minuman
jenis apa?”, tanya Mora melihat lurus kedepan.
“Minuman keras dengan sedikit alkohol,
namun aku telah menambahkan ganja didalamnya!”, sahut Yusra menjelaskannya
secara jujur. Masih melihat ke Mora.
“Pikiranku lagi kacau! Tadinya aku
pikir, jika aku saja yang memilih untuk berjalan-jalan sendiri ditaman ini!
Tapi ketika aku baru saja melewati danau ini, aku telah menemukanmu duduk
sendiri disini!”, ungkap Mora masih melihat lurus kedepan. Memakai tatapan
lesuh sedkit putus asa.
“Saat ini, mataku yang salah
memandang atau memang begitu adanya?”, tanya Yusra sedikit menyindir. Mora
menjadi melihat padanya. “Dimana gelang itu? Gelang yang membuatmu menjadi
kacau pada hari kemarin? Kamu galau….?”, Yusra menyambung tanyanya menatap
menyindirnya. Mora langsung menyahutnya.
“Gelang itu, sudah aku kembalikan
pada orangnya!”, Mora menyahut dengan memotong. Menatap tegas. “Percuma saja
mengajak berteman, tapi diakhirnya mengajak tuk saling menghindari!”, sambung
Mora sedikit mengeluhkan dengan melihat lurus kedepan lagi.
Yusra yang sudah mendengar keluhnya
menjadi tertawa kecil dan sesekai menghisap minumannya, minuman keras sedikit
alcohol namun telah ditambahkan ganja didalamnya. Usainya tertawa kecil Yusra
memberikan minuman itu didepan wajah Mora. Tetapi Mora menolaknya dengan
berkata, “Aku bukan sepertimu! Melampiaskan ketidak tenangan dengan meminum
minuman terlarang!”, masih melihat lurus kedepan.
Dan Yusra menjadi tertawa kecil
kembali akan berkata lagi menyahutnya. “Bagiku, inilah tempat teraman untukku
menikmati minuman terlarang ini! Para pengunjung taman ini tidak akan pergi
menghampiri diriku, kalau mereka tidak mengenalku! Tapi kau Mora, malah
memergoki untuk saat ini saja!”, Yusra berkata mulai setengah menjadi mabuk.
Sedangkan Mora baru melihat padanya berdiam diri.
Sementara Yusra berdiri dari
duduknya, lalu melangkah tiga langkah kedepan mendekati pinggir danau itu.
“Hey! Jangan berpikir bodoh untuk menyebur kedanau itu!”, tegur Mora
melarangnya. Sebab Mora berpikir kalau Yusra mulai berniat untuk menyebur
kedanau itu karna Yusra sudah setengah menjadi mabuk. Dan lagi Yusra menjadi
tetawa sambil meminum minuman terlarangnya sesekali, lalu menepuk kepalanya
tiga kali karna merasa sedikit pusing.
Badung Location. . . . Season 2
“Pernikahan Diatas Matrai”
“Sebenarnya
aku sudah lelah! Selalu memakai cara hidupku yang sangat berbalik, dengan cara
hidupku yang kumau!”, Yusra mengungkap dengan melihat wajahnya keair danau.
“Yandra, dialah yang selalu membuat diriku seperti ini! Aku benar-benar tidak
mengetahui keberadaannya sekarang! Dan yang aku punya hanyalah beberapa foto
kenangan darinya saja! Bahkan sangat tersimpan rapi dikamarnya, dikediamanku!”,
Yusra mencoba mencurahkan isi hatinya juga isi pemikirannya.
“Lalu bagaimana dengan aku?
Mungkin nasibku akan sama seperti nasibmu! Setelah bertemu lalu berpisah dalam sekejap! Namun dibalik itu,
adakah pertemuan yang bisa mengubah status jika seseorang yang sedang
meninggalkan kita itu akan dapat kita miliki? Aku tidak bisa menerima nasibku
itu, jikalau aku harus bernasib sama denganmu Yusra!”, Mora ikut mencurahkannya
terbawa sauasana melihat ke Yusra yang masih membelakanginya.
“Penderitaanku sudah panjang,
bahkan bisa lebih panjang! Selagi Yandra belum menemuiku walaupun hanya untuk
berpisah denganku lagi! Dan setelah itu, aku tidak bisa membayangi hidupku
masih dalam penderitaan atau….?”, belum usai Yusra mencurahkannya lagi. Mora
langsung memotongnya dengan berdiri dari duduknya.
“Itu karna kebodohan darimu Yusra!
Kau tidak bisa mengenal keinginan dari hatimu sendiri, kau jarang mendengarkannya
bukan? Dan kini, kau akan menjalani cara hidupmu mengikuti cara seperti yang
ditunjukkan oleh mereka keluargamu!”, Mora mulai menghakiminya. Yusra menjadi
berbalik menghadapnya menatap terkejut.
“Sebelumnya aku tidak sepenuhnya
menyadari! Tapi sekarang, aku mulai menyadari sepenuhnya kalau cara hidupku
kini memang salah!”, Yusra mengungkapnya lagi lalu melihat kebawah. Tertunduk
seketika.
“Aku akan menyimpan rahasia
tentang perasaanmu kepada Yandra! Tapi kau harus merahasikannya juga, kalau aku
telah merahasiakan perasaanku kepada Fachri!” pinta Mora hingga membuat Yusra
menjadi melihat padanya lagi semakin terkejut.
Kemudian Yusra teringat saat
ketika tidak sengaja menemui Mora sedang berdiri didepan kolam sambil melihat
sebuah gelang yang sempat ditanyainya tadi. Dan disitu mereka berdua berbicara
soal perasaan. “Jadi, gelang itu adalah pemberian dari….?”, Yusra bertanya
tentang gelang itu lagi. Namun dipotong oleh Mora lagi dengan langsung
meluruskannya, “Fachri!”.
“Kalau begitu, berarti kita telah
berada ditengah-tengah mereka!”, keluh Yusra menatap terkejut.
“Tidak Yusra, Yandra tidak
mempunyai perasaan lagi pada Fachri! Dan Fachri, hatinya telah berhasil dicuri
olehku! Dia yang mengatakannya sendiri!”, Mora berkata menolak sembari
menjelaskannya menatap santai. Yusra menggeleng tidak mempercayainya.
“Dengarkan aku Yusra! Yandra, hanya wanita dimasa lalunya! Dan Mora, adalah
wanitanya yang sekarang!”, Mora semakin menjelaskannya.
Dan kemudian Yusra menyambung
meluruskan kata darinya, “Mora, adalah calon wanita dimasa depannya!”. Begitu
mendengarnya Mora langsung menutup mulut Yusra agar tidak berkata lagi. Lalu
menggelengkan kepalanya sembari menurunkan tangannya dari menutup mulut Yusra. Yusra
yang merasa terbebas kembali meminum minuman terlarangnya menatap diam
kepadanya. Sedangkan Mora mengajaknya untuk pergi ke mall demi menyudahi
kegalauan mereka berdua.
Setelah beberapa saat berjalan,
Yusra dan Mora kini telah berada didalam mall. Mereka akan menuju kepusat
permainan, namun ketika baru akan memasuki kepusat permainan tersebut. Mora
memeriksa pakaian Yusra, sedangkan Yusra hanya diam melihatnya. “Eeeeemb, good!
Very good! Ternyata kau tidak membawa minuman itu kemari!”, tegur Mora melihat
ceria usainya memeriksa kemudian pergi memasuki pusat permainan lebih dulu.
Badung Location. . . . Season 2
“Pernikahan Diatas Matrai”
Sementara Yusra masih berdiri ditempat
sambil berbisik, “Mora terlalu berlebihan!”. Usainya berbisik Yusra pun
berjalan akan menyusul Mora untuk ikut bermain bersama. Dan kini mereka berdua
baru memulai permainan pada satu permainan secara bergantian, begitupula saat
ketika mereka beralih pada permainan yang lain. Dan juga tak jarang dari mereka
berdua berebut untuk bermain pada satu permainan, siapa yang lebih dulu
melakukan permainan tersebut.
Pada malam harinya. . . .
Yusra
dan Mora melanjutkan jalan-jalan mereka menuju ke cafe biasa, disana keduanya
akan bertemu dengan Mirza bersama Eisya yang telah menunggu keduanya. Setelah
beberapa saat berjalan Yusra dan Mora telah tiba dicafe tersebut akan
menghampiri Mirza bersama Eisya didepan café tersebut. Dan kini mereka berempat
telah bersama dengan berdiri membentuk sebuah lingkaran.
“Lama amit ah, gue nunggu kalian
disini sudah tigapuluh menit ya!”, Eisya menegur keduanya. Berbahasa sedikit
frontal namun melihat santai ke mereka berdua. Mora teringat saat dirinya
menunggu Fachri sambil menghitung menit pada jam tangannya, melihat diam ke
Mora.
“Kami baru saja pulang dari mall!
Biasalah, kami berdua tiba-tiba aja kangen sama suasana dimall!”, sahut Yusra
melihat biasa ke Eisya. Mora mulai memeriksa dompetnya.
“Astaga, gue udah habisin duaratus
ribu hanya bermain difunstation doang!”, keluh kaget Mora ketika mengetahuinya.
Melihat kemereka bertiga.
“Gue, kalo diinget-inget sih abis
tigaratus ribuan! Dari kantor gue bawa satu juta terus sekarang mungkin,
tinggal tujuhratus ribuan!”, Yusra menyahut melihat ke Mora. Mirza mulai
menatap curiga ke Yusra.
“Pasti lo nyiapin duit sebegitu
banyak, cuma mau beli minuman keras kan?”, Mirza langsung mengungkap yang telah
dicurigainya. Yusra dan Eisya melihat kaget ke Mirza. Sedangkan Mora melihat ke
Yusra mengingat apa yang telah dilihatnya tadi sore.
“Yusra berdiam seorang diri ditepi
danau!”, sahut Mora memberitahu. Yusra dan Mirza beralih melihat ke Mora. “Dia
meminum muniman keras dengan sedikit alkohol!”, sambung Mora menjelaskan masih
melihat ke Yusra. Eisya mulai merasa bingung melihat perdebatan ketiganya.
“Minuman keras dengan sedikit alkohol?
Itu sudah biasa! Bahkan aku sering mengkonsumsinya, sewaktu kami berdua
mengunjungi BAR tempat biasa kami berhura-hura!”, Mirza mengatakan dengan
mengingat yang tlah lalu.
“Hey! Dia juga menambahkan ganja
didalam minuman keras itu!”, Mora memperjelaskannya lagi dengan berbisik
melihat ke Mirza.
Eisya menjadi terkejut kecil
melihat ke Mirza. Kemudian Yusra menyambung, “Kenikmatan akan bertambah, jika
minuman keras ditambahkan dengan ganja!”, dengan tersenyum melihat kebawah.
Eisya mulai merasa cemas menatap Mirza, Mora hanya berdiam mendengarkan Yusra
melihat biasa. Dan lalu Mirza menjadi melangkah maju berdiam didepan Yusra,
menatap seakan ingin meminta sesuatu.
“Aku terpancing ingin merasakan
kenikmatan….?”, belum tuntas Mirza mengatakannya Eisya langsung berlari kecil
kearahnya lalu menutup mulutnya. Yusra dan Mora seketika melihat keduanya.
“Hentikan sekarang Yusra! Jangan
bicarakan lagi tentang ganja itu!”, Eisya membentak Yusra dengan berbisik.
Yusra hanya tersenyum mengangguk.
Sedangkan Eisya baru melepaskan tangannya dari menutup mulut Mirza lalu
membawanya memasuki café. Sementara Yusra dan Mora kini menjadi saling
berpandangan dan lalu beralih menyusul mereka berdua memasuki kedalam café
tersebut. sesampainya didalam café serta sudah duduk bersama, mereka berempat
bersikap biasa saja melupakan perdebatan yang terjadi diluar café tadi. Dan mereka
menciptakan suasana bersahabat kembali.
Badung Location. . . . Season 2
“Pernikahan Diatas Matrai”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar