Dua minggu kemudian. . . .
Di sore hari, pesta pernikahan
Negara dan Dilara sedang di selenggarakan. Negara dan Dilara sedang duduk di pelaminan,
berpakaian pengantin berwarna putih. Keduanya tampak seperti raja dan ratu,
yang sedang duduk di kursi singgasana megah. Sinar pancaran bahagia begitu
merona dari sang kedua pengantin, melihat ke para tamu yang sudah turut
menghadiri. Kemudian seorang kakak dari Negara, datang menghampiri Dilara
dengan membawakan sebuah buket bunga.
Kakak dari Negara meminta keduanya
untuk melempar buket bunga yang akan di tangkap oleh para tamu yang secara
kebetulan, sedang melajang. Dilara pun menyetujui permintaan dari kakak dari
Negara yang bernama Kusuma New Delhi. Dan Dilara bersama Negara mulai berjalan
bersama ke depan, lalu berhenti dengan membelakangi para tamu. Sementara
beberapa tamu yang secara kebetulan sedang melajang.
Mulai berebut dalam berbaris demi
bisa menangkap buket bunga yang akan di lemparkan oleh kedua sang pengantin.
“Aku harap, yang menangkap buket bunga ini adalah Milara.”, bisik Negara ketika
akan bersiap tuk melemparkan buket bunga itu. Melihat ceria ke Dilara. “Bagiku,
Firlana yang akan menangkap buket bunga ini.”, balas Dilara mengutarakan
pengharapannya. Usainya berbicara, mereka berduapun mulai melemparkan buket
bunga itu.
Lalu menjadi saling berhadapan
bersama melihat ke siapa yang telah berhasil menangkap buket bunga itu.
Ternyata yang berhasil menangkap buket bunga itu adalah Milara, Milara yang
terdiam kaget melihat buket bunga yang sudah terlanjur ada di pegangan
tangannya. Kemudian melihat ke Firlana yang secara kebetulan sedang berada
disampingnya sejak tadi. “Firlana, mahukah kau menikah denganku?”, pinta
langsung Milara padanya melihat tertegun.
Firlana menjadi terdiam kaget
melihat padanya, berpaling sebentar melihat ke Dilara. Dilara menjadi
mengangguk mempersilahkannya tuk menerima Milara. Dan Firlana kembali melihat
ke Milara mengatakan, “Iya, aku mau. Sebab inilah jawaban dari kecurigaan saya,
seketika kita sedang bersama dalam hubungan pekerjaan.”. semua tamu yang sempat
menjadi hening dalam memperhatikan keduanya, tiba-tiba menjadi tertawa bertepuk
tangan memberi selamat pada keduanya.
Begitupula Negara menjadi terharu
melihat pemandangan dari keduanya, sedangkan Dilara mencubit pipi sebelah kanan
dari dirinya sehingga membuat Negara menjadi melihat padanya. “Negara, hari ini
bukan hanya hari bahagia untuk kita. Tetapi juga hari bahagia untuk mereka
berdua.”, ungkap Dilara menatap haru. Negara pun menyambung, “Iya, kita telah
berhasil menyatukan hati dari sahabat kita masing-masing. Sungguh aku semakin
mencintaimu.”.
Usainya Dilara mendengar kata
sambungnya, Dilara berjalan mendekati lalu mencium bibir dari Negara. Sedangkan
Negara menjadi reflek menutupi bibir keduanya yang sudah tersentuh menggunakan
tangan kanannya, baru membalas mencium bibir dari Dilara. Raya bersama Nil Ra,
Firlana masih bersama Milara, menjadi bertepuk tangan sambil tertawa lucu gemas
karna meiihat pemandangan dari kedua sang pengantin.
“Inilah jalan cerita cinta yang berujung
kebahagian di akhir, setelah menunggu dalam penantian”
-Selesai-
S A C Uku
bukan cerita cinta segitiga!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar