Di
sebuah taman, ada seorang pria sedang duduk lalu berbaring di sebuah kursi
berbentuk persegi panjang. Nama dari seorang pria itu adalah Kusuma Negara, ia
sangat cinta dengan kegemarannya. Karna dari sejak kecil, sampai di usianya
yang sudah berkepala dua kini, ia begitu sulit memisahkan dirinya dari
kegemarannya. Kegemaran yang di maksud ialah, kegemaran dari dirinya dalam
mencintai dunia anak-anak, sesuatu yang amat erat berhubungan dengan dunia animasi.
Sejak
setahun lalu, setelah menyelesaikan kuliahnya mendapatkan gelar S1. Ia selalu
menghabiskan waktunya dengan menonton, membaca komik yang sama-sama bergenre
dunia animasi. Negara, ia selalu disibukkan dengan dunianya sendiri. Bahkan, ia
sangat jarang memahami orang-orang serta keadaan di sekitarnya. Padahal kalau
ia mencoba memahami walaupun hanya sekali saja, maka dari seseorang akan tampak
akan memperkenalkannya ke dunia yang baru, dari dunianya sendiri.
Ia
mempunyai sahabat, bernama Milara. Mereka bertemu di waktu pertama kali
memasuki sebuah Fakultas. Selama berteman dengannya, Milara kadang terasingkan
dengan dirinya yang gemar sekali membawa komik bergenre animasi. Dan di baca
oleh dirinya ketika sedang bersama Milara, di kala waktu bebas belajar sudah
tiba. Negara mempunyai karakter yang sudah menjadi ciri khas dari dirinya,
yaitu cuek serla lugu, kurang memahami, tidak terlalu peduli pada keadaan
sekirtarnya.
Dan
itu sudah menjadi sebuah alasan mengapa Milara dapat bertahan berteman dengannya.
Meski sering kali, Milara terganggu dengan perasaannya yang kadang telah
menjadi baper, karna kebersamaannya dengan dirinya. Dari dulu hingga sampai
sekarang, Negara tidak pernah merasa memiliki teman dekat, sedang Milara selalu
berada di dekatnya. Milara memang selalu berada didekatnya, namun telah
dianggap oleh dirinya hanya kedekatatan biasa saja.
Dirinya,
Kusuma Negara dan akrab dipanggil Negara. Akankah di suatu hari nanti ia dapat
memahami orang-orang di sekitarnya, paling tidak ia akan dapat memahami seorang
saja. Dimana seorang itu akan memperkenalkannya dunia yang baru, dan dari
bibirnya akan terucap tanya “Sudahkah ada cinta untukku???”. Entahlah, semua
itu hanya waktu yang bisa menjawabnya, serta akan menunjukkannya.
Kisah dari Negara pun di mulai. . . .
Hujan
sedang turun di sore hari, hanya rintik saja belum sampai pada derasnya.
Sepertinya hujan pada hari ini sedang bermain-main, begitupula dengan Negara
yang sedang meratapi rintik hujan melalui jendela di dalam kamarnya sendiri.
Ekspresi wajahnya yang selalu lugu, ia melangkah mendekati jendela, melihat
embun dari air hujan sedang menempel di jendela kamarnya. “Ayah, bunda, tidak
mengijinkanku untuk melanjuti kuliah S2 diluar Negeri. Sungguh mengesalkanku!”,
keluhnya berbisik.
Setelah setahun berlalu
menyelesaikan kuliahnya bergelar S1. Sebab ayah ibunya beralasan tidak ingin
melepaskan dirinya keluar Negeri, mereka menghawatirkan keadaan dirinya yang
lugu bahkan teramat lugu. Dan mereka meminta dirinya untuk bekerja menjadi manager
di perusahaan ayahnya, dengan maksud mereka bisa menjaga dirinya lebih dekat.
Kembali pada dirinya, kini Negara sedang membaca komik dengan bersandar
ditempat tidurnya.
Ia sedang mencoba menghibur
dirinya dengan membaca komik kesukaannya, memalingkan rasa kesalnya. Sementara
diruang keluarga masih di rumah kediamannya, ayah ibunya sedang duduk bersama
akan segera berbincang-bincang membicarakan tentang dirinya, seorang putra
tunggal dari ketiga bersaudara.
“Beginilah kalau sedang di rumah.
Negara selalu bercengkrama dengan kegemarannya. Jarang sekali bisa duduk
bersama kita disini.”, keluh ayahnya melihat ke ibunya. Ibunya baru melihat
padanya memberi senyum.
“Syukuri saja, ayah. Negara
anaknya masih positif. Tetapi ibu tidak betah melihatnya yang bercengkrama
dengan kegemarannya terus. Negara seperti tidak berkawan.”, sambung ibunya
berkeluh.
Ayahnya menjadi tersenyum berkata
kembali. “Maka dari itu ayah meminta Negara untuk bekerja saja. Siapa tahu
Negara akan menjadi dewasa karna bekerja, lalu kita akan membuat pesta
pernikahan untuknya.”, katanya bercampur pengharapan. Ibunya menjadi tertawa
kecil berpikir yang sama. Sementara Negara, tidak sengaja melihat perbincangan
dari keduanya yang terakhir saat ketika akan mendatangi keduanya. Lalu beranjak
pergi meninggalkan sambil berbisik dihatinya.
“Tidak! Tidak! Pesta pernikahan
apa? Berteman, iya berteman!”, bisik dihatinya hingga diulangnya beberapa kali
dalam masih beranjak pergi kembali menuju ke kamarnya berwajahkan bingung. Negara
berbisik seperti itu karna begitu jauh dari pemikirannya, apa yang sudah
didengarnya tadi dari perbincangan terakhir dari kedua orangtuanya. Namun
daripada itu, ada seorang teman yang selalu berada didekatnya sejak lama, yaitu
Milara yang kini masih berada di London.
S A C Uku
bukan cerita cinta segitiga!!!

Tidak ada komentar:
Posting Komentar