Rabu, 15 Februari 2017

S A C Uku #1


                Di sebuah taman, ada seorang pria sedang duduk lalu berbaring di sebuah kursi berbentuk persegi panjang. Nama dari seorang pria itu adalah Kusuma Negara, ia sangat cinta dengan kegemarannya. Karna dari sejak kecil, sampai di usianya yang sudah berkepala dua kini, ia begitu sulit memisahkan dirinya dari kegemarannya. Kegemaran yang di maksud ialah, kegemaran dari dirinya dalam mencintai dunia anak-anak, sesuatu yang amat erat berhubungan dengan dunia animasi.
                Sejak setahun lalu, setelah menyelesaikan kuliahnya mendapatkan gelar S1. Ia selalu menghabiskan waktunya dengan menonton, membaca komik yang sama-sama bergenre dunia animasi. Negara, ia selalu disibukkan dengan dunianya sendiri. Bahkan, ia sangat jarang memahami orang-orang serta keadaan di sekitarnya. Padahal kalau ia mencoba memahami walaupun hanya sekali saja, maka dari seseorang akan tampak akan memperkenalkannya ke dunia yang baru, dari dunianya sendiri.
                Ia mempunyai sahabat, bernama Milara. Mereka bertemu di waktu pertama kali memasuki sebuah Fakultas. Selama berteman dengannya, Milara kadang terasingkan dengan dirinya yang gemar sekali membawa komik bergenre animasi. Dan di baca oleh dirinya ketika sedang bersama Milara, di kala waktu bebas belajar sudah tiba. Negara mempunyai karakter yang sudah menjadi ciri khas dari dirinya, yaitu cuek serla lugu, kurang memahami, tidak terlalu peduli pada keadaan sekirtarnya.
                Dan itu sudah menjadi sebuah alasan mengapa Milara dapat bertahan berteman dengannya. Meski sering kali, Milara terganggu dengan perasaannya yang kadang telah menjadi baper, karna kebersamaannya dengan dirinya. Dari dulu hingga sampai sekarang, Negara tidak pernah merasa memiliki teman dekat, sedang Milara selalu berada di dekatnya. Milara memang selalu berada didekatnya, namun telah dianggap oleh dirinya hanya kedekatatan biasa saja.
                Dirinya, Kusuma Negara dan akrab dipanggil Negara. Akankah di suatu hari nanti ia dapat memahami orang-orang di sekitarnya, paling tidak ia akan dapat memahami seorang saja. Dimana seorang itu akan memperkenalkannya dunia yang baru, dan dari bibirnya akan terucap tanya “Sudahkah ada cinta untukku???”. Entahlah, semua itu hanya waktu yang bisa menjawabnya, serta akan menunjukkannya.     
               
Kisah dari Negara pun di mulai. . . .

                Hujan sedang turun di sore hari, hanya rintik saja belum sampai pada derasnya. Sepertinya hujan pada hari ini sedang bermain-main, begitupula dengan Negara yang sedang meratapi rintik hujan melalui jendela di dalam kamarnya sendiri. Ekspresi wajahnya yang selalu lugu, ia melangkah mendekati jendela, melihat embun dari air hujan sedang menempel di jendela kamarnya. “Ayah, bunda, tidak mengijinkanku untuk melanjuti kuliah S2 diluar Negeri. Sungguh mengesalkanku!”, keluhnya berbisik.
Setelah setahun berlalu menyelesaikan kuliahnya bergelar S1. Sebab ayah ibunya beralasan tidak ingin melepaskan dirinya keluar Negeri, mereka menghawatirkan keadaan dirinya yang lugu bahkan teramat lugu. Dan mereka meminta dirinya untuk bekerja menjadi manager di perusahaan ayahnya, dengan maksud mereka bisa menjaga dirinya lebih dekat. Kembali pada dirinya, kini Negara sedang membaca komik dengan bersandar ditempat tidurnya.
Ia sedang mencoba menghibur dirinya dengan membaca komik kesukaannya, memalingkan rasa kesalnya. Sementara diruang keluarga masih di rumah kediamannya, ayah ibunya sedang duduk bersama akan segera berbincang-bincang membicarakan tentang dirinya, seorang putra tunggal dari ketiga bersaudara.
“Beginilah kalau sedang di rumah. Negara selalu bercengkrama dengan kegemarannya. Jarang sekali bisa duduk bersama kita disini.”, keluh ayahnya melihat ke ibunya. Ibunya baru melihat padanya memberi senyum.
“Syukuri saja, ayah. Negara anaknya masih positif. Tetapi ibu tidak betah melihatnya yang bercengkrama dengan kegemarannya terus. Negara seperti tidak berkawan.”, sambung ibunya berkeluh.
Ayahnya menjadi tersenyum berkata kembali. “Maka dari itu ayah meminta Negara untuk bekerja saja. Siapa tahu Negara akan menjadi dewasa karna bekerja, lalu kita akan membuat pesta pernikahan untuknya.”, katanya bercampur pengharapan. Ibunya menjadi tertawa kecil berpikir yang sama. Sementara Negara, tidak sengaja melihat perbincangan dari keduanya yang terakhir saat ketika akan mendatangi keduanya. Lalu beranjak pergi meninggalkan sambil berbisik dihatinya.
“Tidak! Tidak! Pesta pernikahan apa? Berteman, iya berteman!”, bisik dihatinya hingga diulangnya beberapa kali dalam masih beranjak pergi kembali menuju ke kamarnya berwajahkan bingung. Negara berbisik seperti itu karna begitu jauh dari pemikirannya, apa yang sudah didengarnya tadi dari perbincangan terakhir dari kedua orangtuanya. Namun daripada itu, ada seorang teman yang selalu berada didekatnya sejak lama, yaitu Milara yang kini masih berada di London.

S A C Uku

bukan cerita cinta segitiga!!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar