Rabu, 15 Februari 2017

S A C Uku #34

Beralih ke rumah kediaman Firlana, telah kedatangan seorang wanita bernama Raya yang pernah menjadi sosok wanita misterius. Raya berkunjung ke rumah kediaman Firlana, bermaksud ingin mengundang Firlana tuk menghadiri hari bahagianya. Namun ketika pintu rumah sudah dibuka oleh seorang asisten perempuan rumah itu, Raya mendapat kabar kalau orang rumah sedang berada di rumah sakit. Raya pun bertanya, “Memangnya siapa yang sedang sakit?”.
Seorang asisten perempuan rumah itu menjawab, “Firlana”, tanpa memberitahukan sedang sakit apa. “Ya sudah, tolong sampaikan undangan ini padanya ketika sudah pulang dari rumah sakit!”, Raya langsung berkata meminta karna sedang terburu-buru. Tanpa menanyakan Firlana sedang sakit apa, dan apakah melakukan berobat jalan atau melakukan rawat inap. Dan Raya kini pun mulai bergegas pergi usainya menitipkan undangan tersebut pada asisten perempuan dari rumah itu.
Ketika sore hari telah tiba, Raya berlanjut berkunjung ke rumah kediaman dari Dilara. Berniat pula ingin mengundang Dilara dihari bahagianya. Dan begitu dirinya telah sampai di rumah kediaman dari Dilara, dirnya langsung disambut Dilara. Sebab Dilara sendiri yang telah membukakan pintu masuk rumahnya. “Raya”, sapanya ketika mengetahui, lalu mereka saling berpelukan menyambut sebuah pertemuan tak terduga. Dan ketika mereka berdua telah melepaskan pelukannya.
Raya langsung menunjukkan undangan untuk Dilara, meminta Dilara untuk datang dihari bahagia dirinya. “Happy wedding”, ucap selamat Dilara berwajahkan senang setelah mengambil undangan tersebut. “Pokoknya kamu harus bawa partner!”, perintah Raya melihat canda. Jawab langsung Dilara, “Semoga saja Firlana mau jadi partnerku.”, dengan bahasa amat senang. Raya menjadi hening sejenak, akan memberitahu sebuah keadaan sebenarnya dari Firlana.
“Dilara, dia sedang sakit. Aku tidak tahu, dia sudah kembali ke rumah atau belum? Sebab tadi sewaktu aku sedang berkunjung ke rumahnya, asisten perempuan rumahnya memberitahukan itu?”, terbuka Raya memberitahukannya. Dilara menjadi terdiam teringat dengan telah ditemuinya ayah dari Firlana yang sedang mengobrol dengan seorang dokter, sewaktu berada di rumah sakit tadi. sejenak Dilara sudah dapat mengetahui tentang sebuah alasan.
 “Dilara! Aku pamit dulu ya? Sampai jumpa dihari bahagiaku?”, pamit Raya secara tiba-tiba lalu berbalik beranjak pergi. Dan Dilara memberi senyum mempersilahkan, memendam sesuatu yang baru saja diketahui alasannya. Raya pun beranjak pergi akan segera meninggalkan, sedangkan Dilara melihat dirinya termenung mengingat pesan terakhir dari Firlana. “Tuhan, perkenankanlah aku untuk bertemu dengan sosok ayahnya lagi.”, gumamnya berdo’a dihati.

Malam harinya. . . .

Dilara sedang berbaring resah di kasur tempat tidurnya, memikirkan keadaan Firlana yang telah misterius baginya. Beralih sebentar ke sana, Negara sedang mengalami jenuh. Karna tetap tidak bisa tidur setelah memutar beberapa film animasi kegemarannya. Lalu teralihkan dengannya yang mengambil ponselnya, melihat daftar kontak pada ponselnya. Dengan perasaan jenuhnya, secara tiba-tiba ia mencoba menghubungi Dilara melalui video call.
Kembali ke Dilara, Dilara yang baru saja mengetahui kalau Negara sedang menghubunginya. Mulai mengangkatnya dengan salah tingkah sebab wajahnya tampak resah. “Selamat malam pak?”, sapa Dilara berusaha menunjukkan wajah gembira namun resahnya masih tampak di wajahnya. “Selamat malam juga. Ada gerangan apakah sehingga wajahmu tampak resah, dibalik wajih gembira yang sedang kau usahakan itu?”, Negara langsung menanyakannya sebab merasa peka terhadap dirinya.
Dilara menjadi kaget, tidak menduga kalau Negara cepat merasa peka terhadap dirinya. Lalu Dilara memaksakan sebuah senyuman sambil menggeleng tampak seperti wajah yang sedang kebingungan. Negara yang sudah melhat dirinya dilayar ponselnya, menyambung kata “Terimakasih karna telah mengangkat video call dariku. Jumpa lagi esok di kantor ya.”. Usainya menyambung kata tersebut, Negara memutuskan video callnya.
Dan Negara beralih untuk tidur, sebab baru merasa sudah mengantuk tak kuasa menahan hsratnya ingin tidur segera. Sementara Dilara di sana menjadi terdiam, merenungkan Negara yang hanya membicarakan itu ketika menghubungi dirinya melalui video call. Dilara pun bergumam “Sungguh aneh si bapak, mah….”, dan beralih untuk tidur sebab sudah menagntuk. Tanpa mereka berdua cermati serta tersadari, berbicara melalui video call itulah sebagai peghantar tidur untuk keduanya pada malam ini.

S A C Uku
bukan cerita cinta segitiga!!

Esoknya, Dilara merasa kurang bersemangat memasuki ruang kerja dari Negara. Beruntung Negara belum memasuki ruangannya sendiri walaupun telah tiba lebih dulu daripada dirinya. Wajahnya sedikit lesuh, ketika baru saja menghidupkan laptop, demi membuat tugas dari Negara yang terus berkelanjutan. “Tugasnya gak abis-abis. Baru berasa sekarang.”, gumamnya sedikit mengomel sendiri. Lalu baru dilihatnya jika Negara baru saja memasuki ruangan.
Negara terpandang padanya sambil memberi senyum semangat berjalan menuju meja kerjanya, begitupun Dilara yang menyapanya “Selamat pagi”. Sementara Negara yang berdiri di depan meja kerjanya sendiri, sejenak mencoba melihat Dilara. Ingin mengetahui kondisi pada Dilara, di waktu yang masih pagi ini. “Sudah sarapan?”, tanya Negara mulai curiga dengan pergerakan dari Dilara yang sedang mengerjakan tugas. Dilara berhenti dari pengerjaannya melihat ke Negara.
“Seorang bos yang otaknya telah dipenuhi beragam tugas pekerjaannya. Masih sempat mencermati orang lain. Maksud saya, isi dari kepala bapak?”, Dilara telah keceplosan menanyakan frontal lalu membetulkannya sendiri.
“Buang resahmu! Berkonsentrasilah! Saya tidak ingin tugas yang sedang kau kerjakan menjadi tidak terkontrol!”, balas Negara menegaskan perintah sedikit menuntutnya.
Dilara berdiam menerimanya, beralih melihat ke layar laptop kembali mengerjakan tugasnya. Sedangkan Negara mengambil ponselnya akan berbicara dengan sahabatnya, setelah keadaannya benar sedang duduk di kursi kerjanya. Dan kinipun Negara sedang berbicara dengan sahabatnya, Milara membincangkan suatu rencana yang tidak berkaitan dengan pekerjaan. Tepatnya mereka membincangkan tentang waktu untuk bisa bermain bersama, serta mengingat apa saja yang terjadi.
Negara tampak bahagia, membuat Dilara yang tak sengaja melihat padanya menjadi merasa berbeda. Dilara merasa berbeda, saat semalam tadi Negara telah mencoba menghubunginya melalui video call. Dengan Milara, Negara begitu tampak bersahabat dan nyaman. Sedangkan dengan dirinya, Negara seperti hanya berbasa-basi saja. Dilara yang sudah merasa demikian, mengalihkan pandangannya ke laptop kembali pada pengerjaannya.
Tak berapa lama kemudian, Dilara dengan sengaja melihat Negara kembali sebab mengetahui kalau Negara baru saja mengusaikan teleponnya dengan Milara. Namun telah dilihatnya kini Negara sedang menerima telepon dari seorang lagi, Dilara pun berdiam mencoba mencermatinya secara diam-diam. Dan kali ini Negara tampak sedikit cemas bercampur kaget, seperti merasa kurang nyaman bahkan berbicaranya sambil berbisik seperti orang yang kurang percaya diri.
Dilara menjadi bingung seketika menatapnya, sedangkan Negara baru melihat padanya berdiam usai memutuskan teleponnya. Keduanya menjadi saling berpandangan diam sesaat, lalu teralihkan dengan Negara yang mulai berdiri dari duduknya akan beranjak keluar ruangan. Dan kini, Dilara menjadi semakin bingung terhadap perilakunya.

Sementara beralih ke Negara. . . .

Negara sudah sampai ke tujuanya, ia sudah berjumpa dengan karyawan yang telah meneleponnya tadi. Ternyata yang sedang meneleponnya tadi adalah karyawan yang telah memberitahukan jikalau asisten tetapnya akan segera kembali bekerja. Memakai alasan jika ibu dari asisten tetapnya itu sudah sehat. Negara pun dapat memakluminya setelah mendengar karyawannya itu bercerita tentang demikian. Dan pamit beralih akan menuju kembali ke ruangannya sendiri.         

S A C Uku
bukan cerita cinta segitiga!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar