Kembali pada Negara, kini dirinya
sudah duduk bersantai di sebuah kantin bersama Milara, secara berhadapan
didekat pantry. Mereka berdua sedang meminum minuman cappuccino, saling
membalas pandang satu sama lain. Lalu Negara menanyakannya bagaimana karir
darinya, dan Milara akan menjawabnya sehingga keduanya menjadi berbicara
terbuka. “Karirku semakin berkembang. Tetapi dibalik itu, seorang telah
mematahkan hatiku.”, Milara menjawab bertatap diam kepadanya.
“Sampai sekarang aku hampir tidak
pernah mengenal hati tentang cinta, kecuali tentang persahabatan. Seperti kau dan
aku.”, Negara mengutarakan isi pemikirannya. Melihat biasa padanya menyimak.
“Kamu sengaja mengeraskan hatimu!
Daaaan, jarang sekali ada wanita yang berani menggodamu! Berbeda dengan aku,
yang dengan sikap dirinya membuatku luluh seolah-olah ada rasa sayang dariku
untuk dirinya!?”, Milara menjadi curhat mempertegas keluh tatapannya. Negara
menjadi hening sejenak mulai menatapnya.
“Dari penyampaianmu, seperti
mengajarkanku bagaimana cerita tentang cinta itu. Ya, aku mencintaimu Milara!
Kamu tidak perlu bersedih karna dia.”, Negara mulai mengungkap secara terbuka.
“Lalu, apa kamu berniat tuk
memacari aku? Aku butuh seorang pria yang sedia tuk menjadi kekasihku!”, Milara
mencoba meminta Negara tuk menjadi kekasihnya.
Sebab Milara sudah lama merasakan
gejolak asmara pada tiap kali bersama Negara, berpikir ataupun sedang
membicarakan Negara pada dirinya sendiri. Negara menjadi reflek akan
mengangguk, namun menjadi teralih membuang muka kesamping sebab teringat wajah
dari Dilara. Milara yang melihatnya menjadi bingung, mencoba berpikir sendiri.
“Sahabat, bukankah kita tidak lebih dari sahabat bukan?”, tanya Negara
mempertegas dengan melihat lagi ke Milara.
Milara menjadi menunduk melihat ke
bawah, sedikit merasa sesal atas sebuah tanya dari Negara. Karna merasa dilema
mengartikan hubungan apa yang ingin dicapai sebenarnya dengan Negara, yang
sudah lama menjadi sahabatnya. “Saat ini kau sedang patah hati. Tolong jangan
jadikan sahabatmu ini sebagai pelarian, lalu kau tinggalkan setelah merasa puas
alias move on.”, bisik Negara mencoba menyejukkan hati sahabatnya itu.
Dan ketika Milara hendak akan
bangun dari tunduknya berniat tuk melihat ke Negara lagi, Negara tiba-tiba saja
mencium keningnya beberapa saat. Milara pun bersikap meresapi membiarkan Negara
tetap mencium keningnya. Sementara di pojokkan sana, ayah dari Negara dan ayah
dari Dilara sedang memperhatikan keduanya sedari tadi. Kemudian bersama-sama
beralih berniat akan membincangkan sesuatu perihal perjodohan untuk kedua anak
mereka.
Beberapa saat kemudian. . . .
Negara dan Milara kini sedang
berada di lobby kantor. Negara sedang menemani Milara yang menunggu supirnya
tuk menjemput dirinya. Dan ketika supir dari dirinya sudah datang menjemput,
Milara langsung memasuki mobilnya sembari melambaikan tangannya dibalik kaca
mobilnya yang terbuka dengan senyuman sdikit manja. Negara pun melambaikan
tangannya sembari memberi senyuman selamat tinggal.
S A C Uku
bukan cerita cinta segitiga!!
Malam telah datang, saat menjelang
kesunyian malam. Ada sesuatu yang telah menjadi tanya pada hati tiga orang anak
manusia, yaitu Negara, Dilara juga Firlana. Namun yang telah menjadi tanya pada
hati ketiganya masing-masing, sangat berbeda walaupun sama-sama bertopikkan
tentang hati. Dan berikut bagian ceritanya dari ketiga anak manusia tersebut.
Diawali dengan Negara. . . .
Ia sedang bersandar di tempat
tidurnya sambil menonton film anime. Matanya memang sedang menonton, tetapi
hatinya sedang bertanya-tanya akan sesuatu. Bertanya-tanya akan sesuatu itu
adalah tentang hati. Sebab tak habis pikir olehnya, mengapa bisa ia terbayang
wajah Dilara seketika sedang mengobrol dengan Milara. “Tuhan, mungkinkah sudah
saatnya aku mencari cinta? Tetapi cinta yang mana Tuhan?”, tanyanya dihati
menonton dengan tatapan kosong.
Karna di dalam dirinya cukup
merasakan satu kasih, satu sayang dan mungkin juga satu cinta. Dan itu sudah
lama jatuh pada sosok Milara. Milara yang selalu menjadi temannya dalam keadaan
apapun.
Ditengahkan dengan Dilara. . . .
Ia sedang memeluk boneka bearnya
manja, berbaring di tempat tidurnya sambil melihat langit-langit kamar. Ia
sedang berpikir, bagaimana kalau dirinya pada nantinya telah menemukan cinta
lebih dulu daripada sahabatnya, Firlana. Apakah Firlana akan tetap menjaganya,
atau melepaskan tuk menjaganya dengan memberinya ke orang lain yang sudah
menjadi kekasih dari dirinya? “Aku sayang dia Tuhan. Aku belum bisa lepas dari
sikapnya yang selalu menjagaku.”, bisiknya luluh merasa keharuan.
Karna Firlana adalah satu sahabat
yang selalu memberi penjagaan, perlindungan serta selalu mendengarkan keluh
kesah ataupun keluh bahagia dari dirinya. sebab itulah, Dilara kini berpikir
akan mencari cinta, setelah melihat Firlana sudah menemukan cintanya. Karna
sudah lama Dilara merasa kalau Firlana sedang menyukai dirinya, namun Dilara
tidak pernah mencoba menanggapinya sebab lebih mengutamakan persahabatan dari mereka
berdua.
Disudahi dengan Firlana. . . .
Ia sedang duduk dikursi sofa di dalam
kamarnya sambil memegang gitar, memikirkan sosok wanita misterius yang telah
mengirimkannya surat tadi. “Kejadian ini sudah terulang lama, dimulai dari
sejak aku lulus SMA.”, keluhnya berbisik begitu bertanya-tanya. Karna kejadian
yang telah dimaksud sering didapatinya ketika jelang hari ulang tahunnya. Dan
dihari ulang tahunnya, ia tiba-tiba saja mendapat sebuah kado sederhana dari
sang pengirim surat tersebut.
Pelakunya sama, seorang wanita
misterius. Kemudian Firlana memainkan senar gitarnya sambil berkata berpuitis.
“Di sini kami dilahirkan, di sini kami hidup. Kami, ada yang megenal cinta,
sayang dan kasih pada yang satu. Iya, sahabat yang paling setia dalam menemani hubungan
kami dalam keadaan apapun. Kami berbagi, bercerita serta menikmati waktu
bersama. Namun, bagaimana bila cinta sudah ada sejak lama? Untuk kami, selamat
malam.”.
Firlana berkata berpuitis dengan
irama gitarnya seperti mengambarkan perasaannya sendiri. perasaan Dilara dan
juga perasaan Negara. Dan walaupun mereka bertiga tidak mengungkap, tetapi
seperti sudah terungkap dari apa yang telah dikatakan dalam bentuk puitis oleh
Firlana.
S A C Uku
bukan cerita cinta segitiga!!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar