Rabu, 15 Februari 2017

S A C Uku #8

Kembali pada Negara, kini dirinya sudah duduk bersantai di sebuah kantin bersama Milara, secara berhadapan didekat pantry. Mereka berdua sedang meminum minuman cappuccino, saling membalas pandang satu sama lain. Lalu Negara menanyakannya bagaimana karir darinya, dan Milara akan menjawabnya sehingga keduanya menjadi berbicara terbuka. “Karirku semakin berkembang. Tetapi dibalik itu, seorang telah mematahkan hatiku.”, Milara menjawab bertatap diam kepadanya.
“Sampai sekarang aku hampir tidak pernah mengenal hati tentang cinta, kecuali tentang persahabatan. Seperti kau dan aku.”, Negara mengutarakan isi pemikirannya. Melihat biasa padanya menyimak.
“Kamu sengaja mengeraskan hatimu! Daaaan, jarang sekali ada wanita yang berani menggodamu! Berbeda dengan aku, yang dengan sikap dirinya membuatku luluh seolah-olah ada rasa sayang dariku untuk dirinya!?”, Milara menjadi curhat mempertegas keluh tatapannya. Negara menjadi hening sejenak mulai menatapnya.
“Dari penyampaianmu, seperti mengajarkanku bagaimana cerita tentang cinta itu. Ya, aku mencintaimu Milara! Kamu tidak perlu bersedih karna dia.”, Negara mulai mengungkap secara terbuka.
“Lalu, apa kamu berniat tuk memacari aku? Aku butuh seorang pria yang sedia tuk menjadi kekasihku!”, Milara mencoba meminta Negara tuk menjadi kekasihnya.
Sebab Milara sudah lama merasakan gejolak asmara pada tiap kali bersama Negara, berpikir ataupun sedang membicarakan Negara pada dirinya sendiri. Negara menjadi reflek akan mengangguk, namun menjadi teralih membuang muka kesamping sebab teringat wajah dari Dilara. Milara yang melihatnya menjadi bingung, mencoba berpikir sendiri. “Sahabat, bukankah kita tidak lebih dari sahabat bukan?”, tanya Negara mempertegas dengan melihat lagi ke Milara.
Milara menjadi menunduk melihat ke bawah, sedikit merasa sesal atas sebuah tanya dari Negara. Karna merasa dilema mengartikan hubungan apa yang ingin dicapai sebenarnya dengan Negara, yang sudah lama menjadi sahabatnya. “Saat ini kau sedang patah hati. Tolong jangan jadikan sahabatmu ini sebagai pelarian, lalu kau tinggalkan setelah merasa puas alias move on.”, bisik Negara mencoba menyejukkan hati sahabatnya itu.
Dan ketika Milara hendak akan bangun dari tunduknya berniat tuk melihat ke Negara lagi, Negara tiba-tiba saja mencium keningnya beberapa saat. Milara pun bersikap meresapi membiarkan Negara tetap mencium keningnya. Sementara di pojokkan sana, ayah dari Negara dan ayah dari Dilara sedang memperhatikan keduanya sedari tadi. Kemudian bersama-sama beralih berniat akan membincangkan sesuatu perihal perjodohan untuk kedua anak mereka.

Beberapa saat kemudian. . . .

Negara dan Milara kini sedang berada di lobby kantor. Negara sedang menemani Milara yang menunggu supirnya tuk menjemput dirinya. Dan ketika supir dari dirinya sudah datang menjemput, Milara langsung memasuki mobilnya sembari melambaikan tangannya dibalik kaca mobilnya yang terbuka dengan senyuman sdikit manja. Negara pun melambaikan tangannya sembari memberi senyuman selamat tinggal.

S A C Uku
bukan cerita cinta segitiga!!

Malam telah datang, saat menjelang kesunyian malam. Ada sesuatu yang telah menjadi tanya pada hati tiga orang anak manusia, yaitu Negara, Dilara juga Firlana. Namun yang telah menjadi tanya pada hati ketiganya masing-masing, sangat berbeda walaupun sama-sama bertopikkan tentang hati. Dan berikut bagian ceritanya dari ketiga anak manusia tersebut.

Diawali dengan Negara. . . .

Ia sedang bersandar di tempat tidurnya sambil menonton film anime. Matanya memang sedang menonton, tetapi hatinya sedang bertanya-tanya akan sesuatu. Bertanya-tanya akan sesuatu itu adalah tentang hati. Sebab tak habis pikir olehnya, mengapa bisa ia terbayang wajah Dilara seketika sedang mengobrol dengan Milara. “Tuhan, mungkinkah sudah saatnya aku mencari cinta? Tetapi cinta yang mana Tuhan?”, tanyanya dihati menonton dengan tatapan kosong.
Karna di dalam dirinya cukup merasakan satu kasih, satu sayang dan mungkin juga satu cinta. Dan itu sudah lama jatuh pada sosok Milara. Milara yang selalu menjadi temannya dalam keadaan apapun.

Ditengahkan dengan Dilara. . . .

Ia sedang memeluk boneka bearnya manja, berbaring di tempat tidurnya sambil melihat langit-langit kamar. Ia sedang berpikir, bagaimana kalau dirinya pada nantinya telah menemukan cinta lebih dulu daripada sahabatnya, Firlana. Apakah Firlana akan tetap menjaganya, atau melepaskan tuk menjaganya dengan memberinya ke orang lain yang sudah menjadi kekasih dari dirinya? “Aku sayang dia Tuhan. Aku belum bisa lepas dari sikapnya yang selalu menjagaku.”, bisiknya luluh merasa keharuan.
Karna Firlana adalah satu sahabat yang selalu memberi penjagaan, perlindungan serta selalu mendengarkan keluh kesah ataupun keluh bahagia dari dirinya. sebab itulah, Dilara kini berpikir akan mencari cinta, setelah melihat Firlana sudah menemukan cintanya. Karna sudah lama Dilara merasa kalau Firlana sedang menyukai dirinya, namun Dilara tidak pernah mencoba menanggapinya sebab lebih mengutamakan persahabatan dari mereka berdua.

Disudahi dengan Firlana. . . .

Ia sedang duduk dikursi sofa di dalam kamarnya sambil memegang gitar, memikirkan sosok wanita misterius yang telah mengirimkannya surat tadi. “Kejadian ini sudah terulang lama, dimulai dari sejak aku lulus SMA.”, keluhnya berbisik begitu bertanya-tanya. Karna kejadian yang telah dimaksud sering didapatinya ketika jelang hari ulang tahunnya. Dan dihari ulang tahunnya, ia tiba-tiba saja mendapat sebuah kado sederhana dari sang pengirim surat tersebut.
Pelakunya sama, seorang wanita misterius. Kemudian Firlana memainkan senar gitarnya sambil berkata berpuitis. “Di sini kami dilahirkan, di sini kami hidup. Kami, ada yang megenal cinta, sayang dan kasih pada yang satu. Iya, sahabat yang paling setia dalam menemani hubungan kami dalam keadaan apapun. Kami berbagi, bercerita serta menikmati waktu bersama. Namun, bagaimana bila cinta sudah ada sejak lama? Untuk kami, selamat malam.”.
Firlana berkata berpuitis dengan irama gitarnya seperti mengambarkan perasaannya sendiri. perasaan Dilara dan juga perasaan Negara. Dan walaupun mereka bertiga tidak mengungkap, tetapi seperti sudah terungkap dari apa yang telah dikatakan dalam bentuk puitis oleh Firlana.

S A C Uku
bukan cerita cinta segitiga!!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar