Rabu, 15 Februari 2017

S A C Uku #24

Hari telah berganti, di siang hari ayah dari Firlana kembali bertemu dengan ibu kandungnya tepat di rumah kediamannya. Bahkan kini ayah dari Firlana sedang berdiri menyambut kedatangan dari ibu kandungnya bersikap begitu berwibawa. Singkat saja, kini mereka telah duduk berhadapan di kursi yang terletak di teras rumah. Mereka berdua akan memulai perbincangan didahulukan dengan saling memandang hening satu sama lain.
“Aku hanya ingin mengutarakan, tidak sebaiknya kamu bersikap seperti hari kemarin terhadap putra kita. Aku sebgai ayahnya, sangat menyayangkan sekali dengan sikap yang sudah kau lakukan terhadapnya di hari kemarin.”, ayah dari Firlana mengitarakannya penuh pengertian melihat padanya.
“Setelah aku  mencoba tuk memulai hidup yang baru. Aku dibawa kembali ke Indonesia, yang kemudian aku terbesit untuk bertemu putraku walaupun hanya sekali saja. Dan yang sudah terjadi kemarin, aku sangat merasa kaget disertai rasa gengsi terhadapmu juga terhadap dia, putra kita.”, Hesty mengutarakan yang terpendam dihatinya. Melihat biasa namun disertai tatapan haru kepada mantan suaminya itu.
“Lalu apa niat darimu setelah bertemu dengan putraku? Apakah kau berniat untuk mengambil hak asuhnya dari diriku, ayahnya!”, ayah Firlana berkata menegaskan disertai tatapannya.
“Aku hanya ingin mencoba berkomunikasi, kalaupun tidak bisa di rumah ini? Maka kami akan bertemu di suatu tempat yang sama sekali tidak pernah kami menduganya!”, Hesty membalas menegaskannya dengan rasa yakin. Mantan suaminya itupun mendesahkan nafasnya melirik-lirikkan matanya kearah lain. “Sepertinya saya sudah cukup dalam berbicara! Dan begitupula anda yang sudah cukup mendengarnya!”, Hesty menyambung katanya lagi masih berbalas menegaskan.
Mantan suaminya itu melihat padanya lagi dengan mimik wajah yang kurang menyukai gaya bicaranya. Hesty menjadi berdiri melihat sedikit dingin. Mantan suaminya akan membalas kata darinya mengakhiri. “Cukup! Saya merasa kecewa karna telah membagi waktu saya hanya tuk berbicara dengan anda!”, balas mantan suaminya singkat berbalas menegaskan menatap begitu tidak menyukainya. Mendengar mantan suaminya itu yang sudah berbicara mengakhiri.
Hesty pun mulai beranjak acuh pergi meninggalkan. Sedangkan mantan suaminya, ayah dari putra mereka berdua masih duduk berdiam meratapi kepergian dirinya. Kecewa, sakit yang dirasakannya kini. Lalu teringat pada lukanya di masa lalu, luka penyebab bercerainya mereka berdua. Sosok Hesti adalah seorang yang terkadang suka berkeras hati, sebab itu pula yang menyebabkan mereka berdua bercerai.

Sementara disana. . . .

Di rumah kediaman Dilara, tepatnya di dalam kamarnya sendiri. Dilara sedang duduk terpaku, matanya berkaca-kaca melihat ke layar televisi. Ia sedang menikmati jalan cerita pada film bergenre cinta, serta menikmati Susana di dalam kamarnya yang hening. Dan seketika airmatanya jatuh karna terpaut dalam jalan cerita yang mulai sedih, pada film bergenre cinta yang sedang ditontonnya. Lalu ia pun mengusap airmata yang jatuh sambil sedikit histeris di dalam hatinya.
Beralih ke Negara, ia sedang menikmati waktu luangnya kini dengan memutar film bergenre animasi yang baru saja diputar dalam laptop kerjanya. Spontan dirinya menjadi tersenyum, lalu menjadi tertawa terbahak-bahak karna jalan cerita yang mulai ada kehumorisan pada film bergenre animasinya itu. Didalam ruang kantornya sendiri yang hening, sepi hanya dirinya saja seorang. Membuatnya percaya diri tuk tertawa sepuasnya dari kehumorisan pada fim bergenre animasi yang sedang ditontonnya itu.
Perlu diulas kembali pada malam tadi, film yang sedang mereka tonton adalah film yang telah mereka beli pada sebuah toko pusat penjualan cd yang sama. Tepatnya di dalam sebuah mall, yang berbeda hanyalah genre menurut kegemaran dari keduanya masing-masing.

S A C Uku
bukan cerita cinta segitiga!!

Hari telah berganti menjadi sore. Firlana yang sudah pulang kerja dari rumah galeri “MILARATIONIC”, menyempatkan diri untuk berkunjung ke sebuah kafe. Dan kini ia sedang duduk di suatu meja sambil mempelajari berkas yang telah diperintahkan Milara pada dirinya. Sebuah kafe yang sedang disinggahinya berlantai dua, dan ia sedang berada di lantai dua tersebut tepat di balkon depan kafe tersebut.
Kemudian ia bergegas untuk pergi ke lantai dasar menuju ke sebuah toilet sejenak meninggalkan tempatnya. Usainya pergi dari toilet, ia pun bergegas akan menaiki tangga untuk kembali pada tempatnya di lantai dua kafe tersebut. Namun secara tiba-tiba langkahnya menjadi berhenti saat hendak mencoba menaiki anak tangga, sebab telah didengarnya jika ada suara yang telah memanggil dirinya. Firlana pun menjadi membalikkan tubuhnya ke belakang.
“Am….? Iya, ada apa?”, sapa Firlana dengan kegugupan ketika baru mengetahui. Suara yang telah memanggil namanya tadi adalah Hesty yang sudah diketahui secara pasti sebagai ibu kandung dirinya. “Bersyukur, saya telah bertemu dengan putra saya yang sudah saya tinggalkan sekitar duapuluh tahun yang lalu.”, Hesty berbicara melihat haru karna telah bertemu bertatap muka dengan putranya. Dan mereka akan berbicara singkat masih dengan keadaannya.
Dengan bersama berdiri di depan tangga kafe tersebut. “Apakah, anda telah mencoba tuk mengikuti saya?”, Firlana bertanya canggung pengaruh dari terkaannya. Hesty menggeleng disertai senyuman haru. “Tidak, nak. Ibu di sini sedang bersantai dengan teman ibu, yang merupakan seorang ibu dari saudara sesusuan kamu.”, Hesty menjelaskan kedatangannya dikafe tersebut. berbahasa keibuan, juga sikapnya.
Lalu Hesty menunjukkan siapakah teman yang telah dimaksudnya itu, dan Firlana mengikutinya. Dan begitu Firlana mengetahui siapa teman yang telah dimaksudkan oleh ibu kandungnya, ia langsung berpaling melihat ke wajah ibu kandungnya. Sedangkan ibu kandungnya baru berpaling melihat pada dirinya kembali setelah melihat temannya itu. Beruntung, teman dari ibu kandungnya tidak melihat kepada mereka berdua, sejenak Firlana mulai mensyukurinya.
“Sepertinya, sudah cukup untuk berbicara. Firlana pamit, karna ada berkas yang harus dipelajari. Selamat sore.”, Firalna berkata pamit tampak seperti terburu-buru. Ibu kandungnya pun mengangguk disertai senyuman mempersilahkan sambil berkata, “Miss you, sun.”. Dan Firlana yang sudah mendengarnya, menatap padanya diam lalu memberi senyuman canggung berakhir dengan dirinya yang mulai melangkah pergi menaiki anak tangga.
Pertemuan antara ibu dan anak pun berakhir serta berlalu begitu saja. Keakuran masih tampak pada keduanya saat masih bersama tadi, ketika pertemuan secara tidak sengaja terjadi pada mereka berdua. Dan kini Firalna sudah duduk kembali pada tempatnya, ia sedang melamunkan sesuatu menatapi meja yang sedang didiamkannya. Ia sedang melamunkan tentang rasa yang baru diketahuinya, jika seorang teman dari ibu kandungnya merupakan seorang ibu dari Dilara.
Dan bisa saja Dilara merupakan seorang saudara sesusuannya, pikirnya sejenak masih melamunkan dirinya sendiri. Dimulai saat ini ia baru mengetahui sebuah kenyataan tentang siapa dari teman ibunya serta Dilara, rasa cintanya terhadap Dilara seketika berubah menjadi rasa kasih terhadap saudara sesusuannya. Firlana pun berbisik didalam hatinya, “Tuhan, baru aku mengetahui hikmahnya mengapa cintaku pada Dilara tak kunjung berbuah manis. Ternyata, dia seorang saudara sesusuanku.”.
Sementara Ibu kandungnya yang berada di lantai dasar bersama temannya yang merupakan seorang ibu dari Dilara. Mulai bercerita kalau baru saja ia telah bertemu dengan seorang putranya yang telah ditinggalkannya sekitar duapuluh tahun lalu. Ibu kandungnya begitu semangat bercerita tentang seorang putranya itu, dan temannya yang mendengarkan menjadi tersenyum ikut bahagia. Tanpa menanyakan lebih lanjut siapa nama dari seorang putra yang masih diceritakannya itu.

S A C Uku
bukan cerita cinta segitiga!!

Malam telah datang, di rumah kediaman Firlana. Firlana sedang duduk bersandar di kasur tempat tidurnya sambil memainkan gitar, dan ia akan berlanjut berpuitis mengekspresikan perasaannya kini. “Sore tadi, merupakan sore yang paling mengejutkan diriku. Ini tentang diriku dan dia. Dia, sahabat lamaku yang sudah aku cintai sejak lama pula. Baru saja terbuka tentang sebuah kenyataan dari dirinya, yang merupakan saudara sesusuan ku.”, Firlana berpuitis mencurahkannya sambil memainkan gitar.
Lalu menjadi berhenti ketika teringat dengan rasa cintanya terhadap Dilara, yang telah berubah menjadi rasa kasih terhadap saudara sesusuan saja ke Dilara. Dan Firlana pun seketika menjadi hening meatapi gitarnya yang masih berada dipegangannya.

Esok harinya. . . .

Di suasana pagi menjelang siang hari. Negara pergi ke rumah galeri “MILARATIONIC”, sebab telah membuat janji untuk bertemu Milara di rumah galeri tersebut di pagi menjelang siang. Mereka berdua berjanji untuk bertemu di sana, hanya ingin menikmati waktu bersama karna secara kebetulan sedang memiliki waktu luang alias waktu kosong pada jam kerjanya secara bersamaan. Dan kini mereka berdua sudah duduk secara berhadapan di ruang khusus menerima tamu, di dalam ruang kerja Milara.
Keduanya sedang bersantai sambil memainkan ponselnya masing-masing dulu. Negara membuka yputube mencari film anime yang diinginkan, sedangkan Milara mencoba browsing gambar Barbie yang akan dijadikan inspirasi dalam mengembangkan rumah galeri miliknya. Mereka berdua akan berada dalam keadaan seperti itu untuk beberapa saat kemudian.

Beralih dulu ke Firlana. . . .

Masih di rumah galeri “MILARATIONIC”, Firlana yang sedang berada di dalam ruang percetakan berniat akan keluar dari ruang percetakan itu. Dan saat ketika ia telah berhasil keluar melewati pintu ruang percetakan itu, mendadak langkahnya menjadi canggung sehingga membuat dirinya menjadi tuk berdiri sejenak melihat ke arah kanannya, berhenti dari langkahnya. Sebab sudah dilihatnya jika Dilara sedang berjalan menghampiri, memberi senyum menebarkan sedikit pesona padanya.
“Eheeem, cantik banget!”, Firlana menyapa canggung seketika Dilara telah berhenti berdiam disampingnya. Tiba-tiba ia sekilas teringat pada diri dari Dilara yang merupakan seorang saudara sesusuannya. “Aku telah tidak sengaja membaca personal messagge darimu. Jika pada pukul sepuluh lewat duapuluh lima menit, waktu luang sudah kamu dapatkan.”, Dilara mengujarkan maksud kedatangannya ke rumah galeri tersebut pada Firlana. Menatap ceria merasa senang.
Firlana yang sudah mengerti dari tatapan dirinya pun, mulai memberi senyum menyambutnya bahagia. Karna tepatnya pada jam sekaranglah merupakan jam kosong untuknya. Kemudian Firlana mengajak Dilara untuk pergi ke suatu tempat yang lain masih di rumah galeri tersebut. dan Dilara pun mengikutinya dengan melihat-lihat pemandangan disekelilingnya.

S A C Uku
bukan cerita cinta segitiga!!

Kembali pada Negara dan Dilara, keduanya masih berada ditempatnya tadi. Namun kini keduanya sedang meminum minumannya masing-masing, berhenti dari memainkan ponselnya masing-masing. Dan ketika usainya meminum minumannya masing-masing, mereka berdua akan mulai berbicara serta akan saling berbicara yang tidak ada hubungannya dengan pekerjaan dari keduanya.
“Fix! Kamu pasti tadi abis buka youtube, coba nyari film anime yang sudah terbesit dibenakmu! Eaaaaak!”, Milara menegur heboh sok bergaya anak alay melihat ke Negara disertai senyuman mengejek. Negara menjadi tersenyum cool melihat padanya yang sedikit heboh.
“Apa bedanya dengan kamu. Bukannya Barbie tercipta dari dunia animasi juga? Ciyeeee yang tiba-tiba menjadi heboh.”, Negara membalas bijak diakhiri mengejek disertai senyuman mengejek pula.
“Suka atau tidak, menikmati waktu luang bersama di rumah galeri milik aku?”, Milara mulai menyinggung Negara disertai tatapan mencoba menentang.
“Suka lah, kan bagaimanapun juga bersamanya sama kamu. Bukan sama yang lain.”, Negara menjawab santai nan cuek melihat ke Milara.
Milara pun menjadi tertawa seketika begitu merasa senang melihatnya, usai mendengar jawaban darinya. Negara menjadi sedikit tersipu malu mencoba melihat ke arah lain. Milara yang peka melihat dirinya yang telah menjadi sedikit tersipu malu, mencoba mengajak dirinya untuk beralih ke suatu tempat. Dan Negara pun langsung melihat padanya kembali, menerima ajakan darinya. Mereka berduapun mulai beranjak dari tempat duduknya.
Mereka berdua akan jalan bersama menuju ke suatu tempat dengan sebagai pemandunya adalah Milara. Sepertinya ada sesuatu yang telah terjadi di antara keduanya, entah sesuatu itu terjadi pada Negara atau pada Milara. Dan itu akan terjawab saat mereka berdua sudah tiba di suatu tempat yang lain masih di rumah galeri tersebut.

Sementara di suatu tempat lain. . . .

Di dalam ruang kerja dari Firlana, Firlana sedang sibuk mencari berkas pada laptopnya. Sementara Dilara, ia sedang asik menikmati gambar yang sudah terpajang di dalam ruangan tersebut merupakan  hasil karya dari Firlana. Dilara begitu menikmati serta begitu mengamati satu persatu dari beberapa buah gambar yang sudah terpajang.
“Firlana, waw! Ini hasil gambarnya seperti hidup banget! Aku sukaaaak!”, Dilara mulai berkata mengomentari sedikit girang tertuju pada sebuah gambar bertemakan alam liar membelakangi Firlana.
“Iya, itu cara ngambil gambarnya penuh tantangan. Hampir gak pake editan itu.”, Firlana menyahut berdiam ditempatnya melihat ke Dilara.
Dilara pun menjadi menoleh kepadanya memberi seyum, Firlana memberi seyum balik melihatnya bahagia. Lalu Dilara kembali melihat ke gambar lainnya masih begitu menikmati serta mengamatinya. Gambar yang telah dimaksud oleh mereka berdua tadi, merupakan sebuah gambar hasil pemotretan dari alam liar. Maksud dari kata “Tantangan” yang sudah dikatakan Firlana, sebab Firlana harus mengambil gambar pada sarang tawon.
Sesuai dengan yang telah dikonsepkan pada gambar, yang harus diambil ketika ribuan tawon keluar dari sarangnya. Caranya yang semula ia harus melemparkan batu ke sarang tawon itu, lalu ia harus mengambil gambarnya dengan cara bersembuyi dibalik pohon yang menutupinya dari serangan tawon yang kala itu secara berbondong-bondong keluar dari sarangnya. Namun daripada itu dirinya dapat merasa puas, karna telah berhasil mendapatkan gambar yang memuaskan baginya.
Apalagi sewaktu dirinya telah mendengar komentar dari Dilara tadi, menimbulkan rasa percaya dirinya tuk membuat karya dari jepretannya sendiri yang berisikan sebuah tantangan untuknya. Dan setelah beberapa saat kemudian, Firlana dan Dilara kini sudah berada di luar ruangan dari Firlana, Firlana akan mengantarnya ke suatu tempat lagi yaitu ke kantin. Sebab sudah tibanya jam makan siang, dan mereka berdua akan makan siang bersama di kantin yang kini sedang mereka tuju.

S A C Uku
bukan cerita cinta segitiga!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar