Hari telah berganti, di siang hari
ayah dari Firlana kembali bertemu dengan ibu kandungnya tepat di rumah
kediamannya. Bahkan kini ayah dari Firlana sedang berdiri menyambut kedatangan dari
ibu kandungnya bersikap begitu berwibawa. Singkat saja, kini mereka telah duduk
berhadapan di kursi yang terletak di teras rumah. Mereka berdua akan memulai
perbincangan didahulukan dengan saling memandang hening satu sama lain.
“Aku hanya ingin mengutarakan,
tidak sebaiknya kamu bersikap seperti hari kemarin terhadap putra kita. Aku
sebgai ayahnya, sangat menyayangkan sekali dengan sikap yang sudah kau lakukan
terhadapnya di hari kemarin.”, ayah dari Firlana mengitarakannya penuh
pengertian melihat padanya.
“Setelah aku mencoba tuk memulai hidup yang baru. Aku
dibawa kembali ke Indonesia, yang kemudian aku terbesit untuk bertemu putraku
walaupun hanya sekali saja. Dan yang sudah terjadi kemarin, aku sangat merasa
kaget disertai rasa gengsi terhadapmu juga terhadap dia, putra kita.”, Hesty
mengutarakan yang terpendam dihatinya. Melihat biasa namun disertai tatapan
haru kepada mantan suaminya itu.
“Lalu apa niat darimu setelah
bertemu dengan putraku? Apakah kau berniat untuk mengambil hak asuhnya dari
diriku, ayahnya!”, ayah Firlana berkata menegaskan disertai tatapannya.
“Aku hanya ingin mencoba
berkomunikasi, kalaupun tidak bisa di rumah ini? Maka kami akan bertemu di suatu
tempat yang sama sekali tidak pernah kami menduganya!”, Hesty membalas menegaskannya
dengan rasa yakin. Mantan suaminya itupun mendesahkan nafasnya melirik-lirikkan
matanya kearah lain. “Sepertinya saya sudah cukup dalam berbicara! Dan
begitupula anda yang sudah cukup mendengarnya!”, Hesty menyambung katanya lagi
masih berbalas menegaskan.
Mantan suaminya itu melihat
padanya lagi dengan mimik wajah yang kurang menyukai gaya bicaranya. Hesty
menjadi berdiri melihat sedikit dingin. Mantan suaminya akan membalas kata
darinya mengakhiri. “Cukup! Saya merasa kecewa karna telah membagi waktu saya
hanya tuk berbicara dengan anda!”, balas mantan suaminya singkat berbalas
menegaskan menatap begitu tidak menyukainya. Mendengar mantan suaminya itu yang
sudah berbicara mengakhiri.
Hesty pun mulai beranjak acuh
pergi meninggalkan. Sedangkan mantan suaminya, ayah dari putra mereka berdua
masih duduk berdiam meratapi kepergian dirinya. Kecewa, sakit yang dirasakannya
kini. Lalu teringat pada lukanya di masa lalu, luka penyebab bercerainya mereka
berdua. Sosok Hesti adalah seorang yang terkadang suka berkeras hati, sebab itu
pula yang menyebabkan mereka berdua bercerai.
Sementara disana. . . .
Di rumah kediaman Dilara, tepatnya
di dalam kamarnya sendiri. Dilara sedang duduk terpaku, matanya berkaca-kaca
melihat ke layar televisi. Ia sedang menikmati jalan cerita pada film bergenre
cinta, serta menikmati Susana di dalam kamarnya yang hening. Dan seketika
airmatanya jatuh karna terpaut dalam jalan cerita yang mulai sedih, pada film
bergenre cinta yang sedang ditontonnya. Lalu ia pun mengusap airmata yang jatuh
sambil sedikit histeris di dalam hatinya.
Beralih ke Negara, ia sedang
menikmati waktu luangnya kini dengan memutar film bergenre animasi yang baru
saja diputar dalam laptop kerjanya. Spontan dirinya menjadi tersenyum, lalu
menjadi tertawa terbahak-bahak karna jalan cerita yang mulai ada kehumorisan
pada film bergenre animasinya itu. Didalam ruang kantornya sendiri yang hening,
sepi hanya dirinya saja seorang. Membuatnya percaya diri tuk tertawa sepuasnya
dari kehumorisan pada fim bergenre animasi yang sedang ditontonnya itu.
Perlu diulas kembali pada malam
tadi, film yang sedang mereka tonton adalah film yang telah mereka beli pada sebuah
toko pusat penjualan cd yang sama. Tepatnya di dalam sebuah mall, yang berbeda
hanyalah genre menurut kegemaran dari keduanya masing-masing.
S A C Uku
bukan cerita cinta segitiga!!
Hari telah berganti menjadi sore.
Firlana yang sudah pulang kerja dari rumah galeri “MILARATIONIC”, menyempatkan
diri untuk berkunjung ke sebuah kafe. Dan kini ia sedang duduk di suatu meja
sambil mempelajari berkas yang telah diperintahkan Milara pada dirinya. Sebuah
kafe yang sedang disinggahinya berlantai dua, dan ia sedang berada di lantai
dua tersebut tepat di balkon depan kafe tersebut.
Kemudian ia bergegas untuk pergi
ke lantai dasar menuju ke sebuah toilet sejenak meninggalkan tempatnya. Usainya
pergi dari toilet, ia pun bergegas akan menaiki tangga untuk kembali pada
tempatnya di lantai dua kafe tersebut. Namun secara tiba-tiba langkahnya
menjadi berhenti saat hendak mencoba menaiki anak tangga, sebab telah
didengarnya jika ada suara yang telah memanggil dirinya. Firlana pun menjadi
membalikkan tubuhnya ke belakang.
“Am….? Iya, ada apa?”, sapa
Firlana dengan kegugupan ketika baru mengetahui. Suara yang telah memanggil
namanya tadi adalah Hesty yang sudah diketahui secara pasti sebagai ibu kandung
dirinya. “Bersyukur, saya telah bertemu dengan putra saya yang sudah saya tinggalkan
sekitar duapuluh tahun yang lalu.”, Hesty berbicara melihat haru karna telah
bertemu bertatap muka dengan putranya. Dan mereka akan berbicara singkat masih
dengan keadaannya.
Dengan bersama berdiri di depan
tangga kafe tersebut. “Apakah, anda telah mencoba tuk mengikuti saya?”, Firlana
bertanya canggung pengaruh dari terkaannya. Hesty menggeleng disertai senyuman
haru. “Tidak, nak. Ibu di sini sedang bersantai dengan teman ibu, yang
merupakan seorang ibu dari saudara sesusuan kamu.”, Hesty menjelaskan
kedatangannya dikafe tersebut. berbahasa keibuan, juga sikapnya.
Lalu Hesty menunjukkan siapakah
teman yang telah dimaksudnya itu, dan Firlana mengikutinya. Dan begitu Firlana
mengetahui siapa teman yang telah dimaksudkan oleh ibu kandungnya, ia langsung
berpaling melihat ke wajah ibu kandungnya. Sedangkan ibu kandungnya baru
berpaling melihat pada dirinya kembali setelah melihat temannya itu. Beruntung,
teman dari ibu kandungnya tidak melihat kepada mereka berdua, sejenak Firlana mulai
mensyukurinya.
“Sepertinya, sudah cukup untuk
berbicara. Firlana pamit, karna ada berkas yang harus dipelajari. Selamat sore.”,
Firalna berkata pamit tampak seperti terburu-buru. Ibu kandungnya pun
mengangguk disertai senyuman mempersilahkan sambil berkata, “Miss you, sun.”.
Dan Firlana yang sudah mendengarnya, menatap padanya diam lalu memberi senyuman
canggung berakhir dengan dirinya yang mulai melangkah pergi menaiki anak
tangga.
Pertemuan antara ibu dan anak pun
berakhir serta berlalu begitu saja. Keakuran masih tampak pada keduanya saat
masih bersama tadi, ketika pertemuan secara tidak sengaja terjadi pada mereka
berdua. Dan kini Firalna sudah duduk kembali pada tempatnya, ia sedang
melamunkan sesuatu menatapi meja yang sedang didiamkannya. Ia sedang melamunkan
tentang rasa yang baru diketahuinya, jika seorang teman dari ibu kandungnya
merupakan seorang ibu dari Dilara.
Dan bisa saja Dilara merupakan
seorang saudara sesusuannya, pikirnya sejenak masih melamunkan dirinya sendiri.
Dimulai saat ini ia baru mengetahui sebuah kenyataan tentang siapa dari teman
ibunya serta Dilara, rasa cintanya terhadap Dilara seketika berubah menjadi
rasa kasih terhadap saudara sesusuannya. Firlana pun berbisik didalam hatinya,
“Tuhan, baru aku mengetahui hikmahnya mengapa cintaku pada Dilara tak kunjung
berbuah manis. Ternyata, dia seorang saudara sesusuanku.”.
Sementara Ibu kandungnya yang
berada di lantai dasar bersama temannya yang merupakan seorang ibu dari Dilara.
Mulai bercerita kalau baru saja ia telah bertemu dengan seorang putranya yang
telah ditinggalkannya sekitar duapuluh tahun lalu. Ibu kandungnya begitu
semangat bercerita tentang seorang putranya itu, dan temannya yang mendengarkan
menjadi tersenyum ikut bahagia. Tanpa menanyakan lebih lanjut siapa nama dari
seorang putra yang masih diceritakannya itu.
S A C Uku
bukan cerita cinta segitiga!!
Malam telah datang, di rumah
kediaman Firlana. Firlana sedang duduk bersandar di kasur tempat tidurnya
sambil memainkan gitar, dan ia akan berlanjut berpuitis mengekspresikan perasaannya
kini. “Sore tadi, merupakan sore yang paling mengejutkan diriku. Ini tentang
diriku dan dia. Dia, sahabat lamaku yang sudah aku cintai sejak lama pula. Baru
saja terbuka tentang sebuah kenyataan dari dirinya, yang merupakan saudara
sesusuan ku.”, Firlana berpuitis mencurahkannya sambil memainkan gitar.
Lalu menjadi berhenti ketika
teringat dengan rasa cintanya terhadap Dilara, yang telah berubah menjadi rasa
kasih terhadap saudara sesusuan saja ke Dilara. Dan Firlana pun seketika
menjadi hening meatapi gitarnya yang masih berada dipegangannya.
Esok harinya. . . .
Di suasana pagi menjelang siang
hari. Negara pergi ke rumah galeri “MILARATIONIC”, sebab telah membuat janji untuk
bertemu Milara di rumah galeri tersebut di pagi menjelang siang. Mereka berdua
berjanji untuk bertemu di sana, hanya ingin menikmati waktu bersama karna
secara kebetulan sedang memiliki waktu luang alias waktu kosong pada jam
kerjanya secara bersamaan. Dan kini mereka berdua sudah duduk secara berhadapan
di ruang khusus menerima tamu, di dalam ruang kerja Milara.
Keduanya sedang bersantai sambil
memainkan ponselnya masing-masing dulu. Negara membuka yputube mencari film
anime yang diinginkan, sedangkan Milara mencoba browsing gambar Barbie yang
akan dijadikan inspirasi dalam mengembangkan rumah galeri miliknya. Mereka
berdua akan berada dalam keadaan seperti itu untuk beberapa saat kemudian.
Beralih dulu ke Firlana. . . .
Masih di rumah galeri
“MILARATIONIC”, Firlana yang sedang berada di dalam ruang percetakan berniat
akan keluar dari ruang percetakan itu. Dan saat ketika ia telah berhasil keluar
melewati pintu ruang percetakan itu, mendadak langkahnya menjadi canggung
sehingga membuat dirinya menjadi tuk berdiri sejenak melihat ke arah kanannya,
berhenti dari langkahnya. Sebab sudah dilihatnya jika Dilara sedang berjalan
menghampiri, memberi senyum menebarkan sedikit pesona padanya.
“Eheeem, cantik banget!”, Firlana
menyapa canggung seketika Dilara telah berhenti berdiam disampingnya. Tiba-tiba
ia sekilas teringat pada diri dari Dilara yang merupakan seorang saudara
sesusuannya. “Aku telah tidak sengaja membaca personal messagge darimu. Jika
pada pukul sepuluh lewat duapuluh lima menit, waktu luang sudah kamu
dapatkan.”, Dilara mengujarkan maksud kedatangannya ke rumah galeri tersebut
pada Firlana. Menatap ceria merasa senang.
Firlana yang sudah mengerti dari
tatapan dirinya pun, mulai memberi senyum menyambutnya bahagia. Karna tepatnya
pada jam sekaranglah merupakan jam kosong untuknya. Kemudian Firlana mengajak
Dilara untuk pergi ke suatu tempat yang lain masih di rumah galeri tersebut. dan
Dilara pun mengikutinya dengan melihat-lihat pemandangan disekelilingnya.
S A C Uku
bukan cerita cinta segitiga!!
Kembali pada Negara dan Dilara,
keduanya masih berada ditempatnya tadi. Namun kini keduanya sedang meminum
minumannya masing-masing, berhenti dari memainkan ponselnya masing-masing. Dan
ketika usainya meminum minumannya masing-masing, mereka berdua akan mulai
berbicara serta akan saling berbicara yang tidak ada hubungannya dengan
pekerjaan dari keduanya.
“Fix! Kamu pasti tadi abis buka
youtube, coba nyari film anime yang sudah terbesit dibenakmu! Eaaaaak!”, Milara
menegur heboh sok bergaya anak alay melihat ke Negara disertai senyuman
mengejek. Negara menjadi tersenyum cool melihat padanya yang sedikit heboh.
“Apa bedanya dengan kamu. Bukannya
Barbie tercipta dari dunia animasi juga? Ciyeeee yang tiba-tiba menjadi heboh.”,
Negara membalas bijak diakhiri mengejek disertai senyuman mengejek pula.
“Suka atau tidak, menikmati waktu
luang bersama di rumah galeri milik aku?”, Milara mulai menyinggung Negara
disertai tatapan mencoba menentang.
“Suka lah, kan bagaimanapun juga
bersamanya sama kamu. Bukan sama yang lain.”, Negara menjawab santai nan cuek
melihat ke Milara.
Milara pun menjadi tertawa
seketika begitu merasa senang melihatnya, usai mendengar jawaban darinya.
Negara menjadi sedikit tersipu malu mencoba melihat ke arah lain. Milara yang
peka melihat dirinya yang telah menjadi sedikit tersipu malu, mencoba mengajak
dirinya untuk beralih ke suatu tempat. Dan Negara pun langsung melihat padanya
kembali, menerima ajakan darinya. Mereka berduapun mulai beranjak dari tempat
duduknya.
Mereka berdua akan jalan bersama
menuju ke suatu tempat dengan sebagai pemandunya adalah Milara. Sepertinya ada
sesuatu yang telah terjadi di antara keduanya, entah sesuatu itu terjadi pada
Negara atau pada Milara. Dan itu akan terjawab saat mereka berdua sudah tiba di
suatu tempat yang lain masih di rumah galeri tersebut.
Sementara di suatu tempat lain. . . .
Di dalam ruang kerja dari Firlana,
Firlana sedang sibuk mencari berkas pada laptopnya. Sementara Dilara, ia sedang
asik menikmati gambar yang sudah terpajang di dalam ruangan tersebut merupakan hasil karya dari Firlana. Dilara begitu
menikmati serta begitu mengamati satu persatu dari beberapa buah gambar yang
sudah terpajang.
“Firlana, waw! Ini hasil gambarnya
seperti hidup banget! Aku sukaaaak!”, Dilara mulai berkata mengomentari sedikit
girang tertuju pada sebuah gambar bertemakan alam liar membelakangi Firlana.
“Iya, itu cara ngambil gambarnya
penuh tantangan. Hampir gak pake editan itu.”, Firlana menyahut berdiam
ditempatnya melihat ke Dilara.
Dilara pun menjadi menoleh
kepadanya memberi seyum, Firlana memberi seyum balik melihatnya bahagia. Lalu
Dilara kembali melihat ke gambar lainnya masih begitu menikmati serta
mengamatinya. Gambar yang telah dimaksud oleh mereka berdua tadi, merupakan
sebuah gambar hasil pemotretan dari alam liar. Maksud dari kata “Tantangan”
yang sudah dikatakan Firlana, sebab Firlana harus mengambil gambar pada sarang
tawon.
Sesuai dengan yang telah
dikonsepkan pada gambar, yang harus diambil ketika ribuan tawon keluar dari
sarangnya. Caranya yang semula ia harus melemparkan batu ke sarang tawon itu,
lalu ia harus mengambil gambarnya dengan cara bersembuyi dibalik pohon yang
menutupinya dari serangan tawon yang kala itu secara berbondong-bondong keluar
dari sarangnya. Namun daripada itu dirinya dapat merasa puas, karna telah
berhasil mendapatkan gambar yang memuaskan baginya.
Apalagi sewaktu dirinya telah
mendengar komentar dari Dilara tadi, menimbulkan rasa percaya dirinya tuk
membuat karya dari jepretannya sendiri yang berisikan sebuah tantangan
untuknya. Dan setelah beberapa saat kemudian, Firlana dan Dilara kini sudah berada
di luar ruangan dari Firlana, Firlana akan mengantarnya ke suatu tempat lagi
yaitu ke kantin. Sebab sudah tibanya jam makan siang, dan mereka berdua akan
makan siang bersama di kantin yang kini sedang mereka tuju.
S A C Uku
bukan cerita cinta segitiga!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar