Rabu, 15 Februari 2017

S A C Uku #26

Hari sudah hampir memasuki pertengahan hari, begitupun jam tibanya untuk istirahat makan siang mulai mendekati. Dilara yang tertidur di dalam ruang kerja Negara ditempat duduknya, tiba-tiba saja menjadi terbangun karna telah dibangunkan oleh seorang asisten dari Negara. Asisten itu memberitahukan kalau Negara sedang menunggu kedatangannya di kantin dekat pantry, disampaikannya pula harus membawa sayur asam yang masih berada ditangannya.
Dilara pun berkata mengiyakan, akan beranjak keluar dari ruangan tersebut segera mendatangi Negara yang sudah terduduk manis di kantin dekat pantry sana.

Beralih ke Negara. . . .

Negara sedang duduk sendiri, berdiam di sebuah bangku menanti kedatangan dari Dilara melihat diam ke sebuah lukisan di depan matanya. Ia telah memesan dua buah minuman, untuknya sendiri serta untuk Dilara. Lalu sempat terbesit kalau ia dan Dilara akan memakan sayur asam persembahan ibu dari Dilara bersama-sama. Dan kemudian, ia baru menemui Dilara sedang berjalan menuju kepadanya. Ia memandanginya cuek, sesuai dengan karakter lamanya sendiri.
Begitu Dilara merasa kalau dirinya sudah duduk bersama Negara, Dilara langsung meletakkan wadah makanannya serta membuka tutup pada wadah makanannya. “Selamat makan siang pak Ne-ga-ra.”, ucapan Dilara lembut namun sedikit mengejek melihat padanya. Negara masih teguh pada karakter lamanya sendiri. Lalu beralih melihat ke sayur asam sembari mencoba mengaduknya perlahan menggunakan sendok makanan.
Dilara berdiam melihat sikapnya yang kembali membuatnya merasa tidak nyaman. Sedangkan Negara baru mulai mencicipinya melihat ke bawah lalu melihat ke Dilara, Dilara pun meiihat balik padanya membisu. “Sepertinya aku sedang melupakan sesuatu?!”, ungkapnya mengutarakan sedikit menatap tanya. Berdiri dari duduknya seketika sembari melepaskan pegangannya dari memegang sendok makanannya.
Dilara menjadi melihat diam dirinya, lalu dilihatnya Negara menunjukkan sebuah botol kecil berisi air di hadapan wajah dari Dilara. Dilara pun sekilas teringat dengan apa yang sudah di perbuatnya pada malam tadi terhadap dirinya. “Ternyata kau memunggutnya.”, bicara Dilara memperkuat rasa percaya dirinya sendiri. meratapi botol kecil berisi air itu. “Setidaknya, airnya masih bisa bermanfaat bagi tubuhku!”, balas sahut Negara menatapnya sedikit menajamkan. Bahasanya tegas.
“Lalu apa maumu?”, tanya Dilara bersikap sok menyerah menatap dirinya. Begitu Negara menjawab akan segera meminumnya, Dilara menggeleng kecil memberi tatapan sedikit bermohon untuk jangan bagi Negara tuk meminumnya. Namun Negara tidak mendengarkannya, malah Negara akan meminumnya setelah mencoba membuka tutup botol kecil berisi air itu. Lagi, Dilara menggeleng kecil memberi tatapan bermohon mulai melihat cemas lalu berusaha merebut botol kecl berisi air itu.
Kini yang terjadi pada keduanya adalah saling tarik menarik, sebab keduanya sama-sama kuat memegangi satu benda tersebut. kemudian berakhir dengan Dilara yang berhasil merebut satu benda tersebut namun terjatuh pada baju Nil Ra serta airnya sempat terpercik. Kebetulan saat yang sama Nil Ra sedang berjalan melewati mereka berdua. Orang-orang yang sedang berada di tempat yang sama menjadi hening memandangi Nil Ra yang telah berdiam meratapi baju seragamnya yang basah.

S A C Uku
bukan cerita cinta segitiga!!

“Maaf, kejadian yang telah menimpamu di sebabkan oleh kekerasan dari hati pak Negara.”, Dilara meminta maaf melihat Nil Ra yang baru saja melihat balik padanya.
 “Tidak apa-apa, nona.”, sahut Nil Ra disertai tawa kecil lalu melihat ke Negara.
Dilara menunjukkan senyum padanya, lalu mengikutinya melihat ke Negara. Dan dilihatnya jika Negara sedang menatap padanya angkuh. “Hentikan dirimu menatap angkuh padaku! Bukankah aku sudah meminta maaf dengannya.”, Dilara memberi perintah agar Negara kembali tatapannya seperti baik-baik saja. Dan Negara akan berbicara menyahut yang akan membuat Dilara merasa kecewa. “Karna pemandangan tadi, aku mengingkari janjiku tuk memakan sayur asam ini.”.
Bicaranya halus namun seperti menusuk dengan menunjuk sayur asam di meja. Masih dengan tatapan angkuhnya ke Dilara. Dilara menjadi berdiri akan menyahutnya, namun Negara terlebih dulu beranjak hingga membuat Dilara seperti sudah menggigit jarinya sendiri. Dilara menetap melihat ke beranjakkan dari dirinya, lalu tertunduk melihat ke sayur asam di meja. Dan didengarnya suara dari Nil Ra yang membisikkan, “Antarkan saja lagi, pak Negara akan menerimanya kok.”.
Dilara pun menjadi melihat padanya, dan merapihkan wadah makanannya tuk menyusul Negara ke suatu tempat. Kini Dilara harus mencarinya. Setelah beberapa saat berjalan, Dilara pun menghentikan langkahnya di kantin yang lain masih berlokasi di dalam kantor. Di lihatnya di sana, Negara sedang memakan dessert yang tampaknya lezat sekali menikmatinya seorang diri. “Sayur asam ini, tidak ada apa-apanya dengan makanan dessert yang sedang di nikmati oleh Negara di sana.”.
Bisiknya berkeluh menyerah. Lalu pergi meinggalkan kantin yang lain tersebut. Pada tujuan selanjutnya, Dilara akan pergi menemui Firlana di rumah galeri “MILARATIONIC”. Berniat meminta Firlana untuk memakan sayur asam yang di bawanya dengan merahasiakan Negara yang tadi telah menolak tuk memakan sayur asam tersebut. Singkat saja, begitu Dilara sudah sampai di rumah galeri “MILARATIONIC”. Sudah pula bertemu Firlana bahkan telah duduk berdua di kantin bagian luar dari rumah galeri, Firlana langsung bersedia tuk memakannya ketika usai mendengar permintaan darinya. Dan mereka berdua memakan sayur asam tersebut bersama-sama, sesekali sambil bersenda gurau.
Beralih ke Milara di ruang kerjanya sendiri. Milara sedang menelepon Negara, meminta Negara untuk pergi menemuinya pada esok hari sebab ada sesuatu yang akan segera di diskusikannya bersama Negara. Negara di sana yang sudah mengetahui tujuan Milara telah meneleponnya, mengiyakannya akan menemui dirinya pada esok hari. Bertempat di rumah galeri milik Milara mengambil waktu siang hari tepat pada pukul satu.
Dan kini Milara telah usai menelepon Negara, wajahnya menjadi berseri-seri usainya menelepon. Sebab terpikirkan olehnya jika pada hari esok dirinya akan menikmati waktu bersama kembali dengannya, walaupun hanya sekedar mendiskusikan file pekerjaannya. Milara mempunyai ide untuk mendiskusikan file pekerjaannya, sebab menemui beberapa kesulitan yang sulit tuk dapat di atasi oleh dirinya dengan seorang diri.
Kembali lagi ke Firlana, ia kini sedang berada di lobby rumah galeri tersebut bersama Dilara. Mereka akan memulai perpisahan untuk sementara waktu. Karna esok mereka berdua berencana akan bertemu lagi di tempat yang sama, rumah galeri tersebut. “Aku tidak sabar, menunggu hari esok! Terimakasih kaena kamu sudah mahu membantuku menghabiskan sayur asam ini!”, Dilara berkata pamit. Berwajah sumringah nan semangat meihat Firlana.
“Iya, aku juga. Tapi mesti kamu ingat, jangan keseringan ya!”, Firlana menyahut menatap penuh bersahabat. Dilara menjadi tertawa kecil lalu melambaikan tangannya dan beranjak pergi. Firlana yang melihatnya, baru merasa bertanya-tanya siapakah orang yang telah tega menolak untuk menghabiskan sayur asam persembahan seorang ibu dari Dilara. Sebab Dilara sudah bercerita tentang itu namun tidak menyebut nama dari Negara.

S A C Uku
bukan cerita cinta segitiga!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar