Hari sudah hampir memasuki
pertengahan hari, begitupun jam tibanya untuk istirahat makan siang mulai
mendekati. Dilara yang tertidur di dalam ruang kerja Negara ditempat duduknya,
tiba-tiba saja menjadi terbangun karna telah dibangunkan oleh seorang asisten
dari Negara. Asisten itu memberitahukan kalau Negara sedang menunggu
kedatangannya di kantin dekat pantry, disampaikannya pula harus membawa sayur
asam yang masih berada ditangannya.
Dilara pun berkata mengiyakan,
akan beranjak keluar dari ruangan tersebut segera mendatangi Negara yang sudah
terduduk manis di kantin dekat pantry sana.
Beralih ke Negara. . . .
Negara sedang duduk sendiri,
berdiam di sebuah bangku menanti kedatangan dari Dilara melihat diam ke sebuah
lukisan di depan matanya. Ia telah memesan dua buah minuman, untuknya sendiri
serta untuk Dilara. Lalu sempat terbesit kalau ia dan Dilara akan memakan sayur
asam persembahan ibu dari Dilara bersama-sama. Dan kemudian, ia baru menemui
Dilara sedang berjalan menuju kepadanya. Ia memandanginya cuek, sesuai dengan
karakter lamanya sendiri.
Begitu Dilara merasa kalau dirinya
sudah duduk bersama Negara, Dilara langsung meletakkan wadah makanannya serta
membuka tutup pada wadah makanannya. “Selamat makan siang pak Ne-ga-ra.”,
ucapan Dilara lembut namun sedikit mengejek melihat padanya. Negara masih teguh
pada karakter lamanya sendiri. Lalu beralih melihat ke sayur asam sembari
mencoba mengaduknya perlahan menggunakan sendok makanan.
Dilara berdiam melihat sikapnya
yang kembali membuatnya merasa tidak nyaman. Sedangkan Negara baru mulai
mencicipinya melihat ke bawah lalu melihat ke Dilara, Dilara pun meiihat balik
padanya membisu. “Sepertinya aku sedang melupakan sesuatu?!”, ungkapnya
mengutarakan sedikit menatap tanya. Berdiri dari duduknya seketika sembari
melepaskan pegangannya dari memegang sendok makanannya.
Dilara menjadi melihat diam
dirinya, lalu dilihatnya Negara menunjukkan sebuah botol kecil berisi air di
hadapan wajah dari Dilara. Dilara pun sekilas teringat dengan apa yang sudah di
perbuatnya pada malam tadi terhadap dirinya. “Ternyata kau memunggutnya.”,
bicara Dilara memperkuat rasa percaya dirinya sendiri. meratapi botol kecil
berisi air itu. “Setidaknya, airnya masih bisa bermanfaat bagi tubuhku!”, balas
sahut Negara menatapnya sedikit menajamkan. Bahasanya tegas.
“Lalu apa maumu?”, tanya Dilara
bersikap sok menyerah menatap dirinya. Begitu Negara menjawab akan segera
meminumnya, Dilara menggeleng kecil memberi tatapan sedikit bermohon untuk jangan
bagi Negara tuk meminumnya. Namun Negara tidak mendengarkannya, malah Negara
akan meminumnya setelah mencoba membuka tutup botol kecil berisi air itu. Lagi,
Dilara menggeleng kecil memberi tatapan bermohon mulai melihat cemas lalu
berusaha merebut botol kecl berisi air itu.
Kini yang terjadi pada keduanya
adalah saling tarik menarik, sebab keduanya sama-sama kuat memegangi satu benda
tersebut. kemudian berakhir dengan Dilara yang berhasil merebut satu benda
tersebut namun terjatuh pada baju Nil Ra serta airnya sempat terpercik.
Kebetulan saat yang sama Nil Ra sedang berjalan melewati mereka berdua.
Orang-orang yang sedang berada di tempat yang sama menjadi hening memandangi
Nil Ra yang telah berdiam meratapi baju seragamnya yang basah.
S A C Uku
bukan cerita cinta segitiga!!
“Maaf, kejadian yang telah
menimpamu di sebabkan oleh kekerasan dari hati pak Negara.”, Dilara meminta
maaf melihat Nil Ra yang baru saja melihat balik padanya.
“Tidak apa-apa, nona.”, sahut Nil Ra disertai
tawa kecil lalu melihat ke Negara.
Dilara menunjukkan senyum padanya,
lalu mengikutinya melihat ke Negara. Dan dilihatnya jika Negara sedang menatap
padanya angkuh. “Hentikan dirimu menatap angkuh padaku! Bukankah aku sudah
meminta maaf dengannya.”, Dilara memberi perintah agar Negara kembali
tatapannya seperti baik-baik saja. Dan Negara akan berbicara menyahut yang akan
membuat Dilara merasa kecewa. “Karna pemandangan tadi, aku mengingkari janjiku
tuk memakan sayur asam ini.”.
Bicaranya halus namun seperti
menusuk dengan menunjuk sayur asam di meja. Masih dengan tatapan angkuhnya ke
Dilara. Dilara menjadi berdiri akan menyahutnya, namun Negara terlebih dulu
beranjak hingga membuat Dilara seperti sudah menggigit jarinya sendiri. Dilara
menetap melihat ke beranjakkan dari dirinya, lalu tertunduk melihat ke sayur
asam di meja. Dan didengarnya suara dari Nil Ra yang membisikkan, “Antarkan
saja lagi, pak Negara akan menerimanya kok.”.
Dilara pun menjadi melihat
padanya, dan merapihkan wadah makanannya tuk menyusul Negara ke suatu tempat.
Kini Dilara harus mencarinya. Setelah beberapa saat berjalan, Dilara pun
menghentikan langkahnya di kantin yang lain masih berlokasi di dalam kantor. Di
lihatnya di sana, Negara sedang memakan dessert yang tampaknya lezat sekali
menikmatinya seorang diri. “Sayur asam ini, tidak ada apa-apanya dengan makanan
dessert yang sedang di nikmati oleh Negara di sana.”.
Bisiknya berkeluh menyerah. Lalu
pergi meinggalkan kantin yang lain tersebut. Pada tujuan selanjutnya, Dilara
akan pergi menemui Firlana di rumah galeri “MILARATIONIC”. Berniat meminta
Firlana untuk memakan sayur asam yang di bawanya dengan merahasiakan Negara
yang tadi telah menolak tuk memakan sayur asam tersebut. Singkat saja, begitu
Dilara sudah sampai di rumah galeri “MILARATIONIC”. Sudah pula bertemu Firlana bahkan
telah duduk berdua di kantin bagian luar dari rumah galeri, Firlana langsung
bersedia tuk memakannya ketika usai mendengar permintaan darinya. Dan mereka
berdua memakan sayur asam tersebut bersama-sama, sesekali sambil bersenda gurau.
Beralih ke Milara di ruang
kerjanya sendiri. Milara sedang menelepon Negara, meminta Negara untuk pergi
menemuinya pada esok hari sebab ada sesuatu yang akan segera di diskusikannya
bersama Negara. Negara di sana yang sudah mengetahui tujuan Milara telah
meneleponnya, mengiyakannya akan menemui dirinya pada esok hari. Bertempat di
rumah galeri milik Milara mengambil waktu siang hari tepat pada pukul satu.
Dan kini Milara telah usai
menelepon Negara, wajahnya menjadi berseri-seri usainya menelepon. Sebab
terpikirkan olehnya jika pada hari esok dirinya akan menikmati waktu bersama
kembali dengannya, walaupun hanya sekedar mendiskusikan file pekerjaannya.
Milara mempunyai ide untuk mendiskusikan file pekerjaannya, sebab menemui
beberapa kesulitan yang sulit tuk dapat di atasi oleh dirinya dengan seorang
diri.
Kembali lagi ke Firlana, ia kini
sedang berada di lobby rumah galeri tersebut bersama Dilara. Mereka akan
memulai perpisahan untuk sementara waktu. Karna esok mereka berdua berencana
akan bertemu lagi di tempat yang sama, rumah galeri tersebut. “Aku tidak sabar,
menunggu hari esok! Terimakasih kaena kamu sudah mahu membantuku menghabiskan
sayur asam ini!”, Dilara berkata pamit. Berwajah sumringah nan semangat meihat
Firlana.
“Iya, aku juga. Tapi mesti kamu
ingat, jangan keseringan ya!”, Firlana menyahut menatap penuh bersahabat.
Dilara menjadi tertawa kecil lalu melambaikan tangannya dan beranjak pergi.
Firlana yang melihatnya, baru merasa bertanya-tanya siapakah orang yang telah
tega menolak untuk menghabiskan sayur asam persembahan seorang ibu dari Dilara.
Sebab Dilara sudah bercerita tentang itu namun tidak menyebut nama dari Negara.
S A C Uku
bukan cerita cinta segitiga!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar