Di rumah kediaman Firlana, Firlana
sedang duduk sendiri di ruang tamu menanti kedatangan dari seorang wanita
misterius. ia sedang meratapi jarum jam yang terus bergulir, berharap kabar
baik akan didapatkannya dari Dilara yang belum mengucapkan selamat ulang tahun
pada dirinya. penantian dirinya memang sedang menanti kedatangan seorang wanita
misterius, tetapi pengharapannya tertuju pada Dilara. Saat ini ia sedang
dinaungi dua orang wanita yang belum didapati kabarnya.
Dan kemudian, terdengarlah suara
bel rumahnya yang baru saja berbunyi. Firlana yang melihat asisten rumahnya sedang
berjalan akan melewati, meminta asisten rumahnya untuk berhenti kembali ke
dapur karna dirinya sendiri yang akan membukakan pintu masuk rumahnya. Tak
beberapa lama, kini Firlana sudah membukakan pintu masuk rumahnya melihat
seorang wanita misterius itu sambil membawakan kue ulang tahun untuknya beserta
dengan lilin yang menyala.
“Raya?”, gumamnya dihati seketika
sudah mengenali seorang wanita misterius itu. Raya adalah teman semasa SMAnya
dulu, kabarnya dulu Raya menyukai Firlana namun Firlana tidak pernah
menanggapinya. Dan disaat mereka berdua saling berpandangan, Raya akan memulai
mengajak Firlana berbicara, setelah sekian tahun keduanya tidak pernah bertemu
bertatap muka.
“Akhirnya, selama ini aku mengirim
surat ke alamat rumahmu di sini, selalu sampai kepadamu walaupun kamu tidak
pernah membalas surat-surat dariku itu?”, sapa Raya berucap syukur membuka apa
yang telah diperbuatnya terhadap Firlana.
“Jadi, seorang wanita yang telah
mencoba misteriuskan dirinya terhadapku adalah, kamu?”, tanya Firlana
berwajahkan ingin lebih memastikan. Raya menjadi tersenyum manja menatapnya.
“Apa yang telah lama kamu perbuat, sungguh tidak lucu, Raya! Syukur, aku tidak
sampai berpikir kalau ada seorang wanita yang sengaja sedang meneror diriku!”,
ungkap Firlana sesuai dengan isi pemikirannya.
“Aku minta maaf. Namun tidak bisa
aku pungkiri, jika tidak aku melakukan perbuatan itu, maka aku tidak akan bisa
sampai ke sini seperti pada hari ini. Karna, setiap aku mengetahui kalau surat
dariku sudah dikirim. Aku selalu mendatangi kantor pos hanya tuk mengetahui
apakah alamatnya sama dengan penghuni rumah dari alamat rumahmu yang aku
tulis.”, Raya bercerita membuat Firlana menjadi mengerti.
Firlana pun seketika menjadi
mengerti, lalu meniup lilin yang menyala diatas kue ulang tahun persembahan
darinya. Dan Raya melihatnya menjadi senang seketika, senyumnya melebar juga
kedua mataya berbinar-binar menatapi Firlana. Sedangkan Firlana menatapnya
menahan rasa keanehannya padanya. “Terimakasih, untuk kali ini kaulah orang
pertama yang telah merayakan hari ulang tahunku.”, ucapan terimakasih Firlana
cuek kepadanya.
“Kalau begitu, kamu potong saja
kue persembahan dariku bersama Dilara. Karna, aku harus pulang sekarang.”, Raya
memberi kata pamit sembari memberikan kue persembahannya. Firlana menjadi
hening melihatnya lalu mengambil kue persembahan darinya. Usainya memberikan
kue persembahannya, Raya langsung beranjak pergi meninggalkan sesudahnya
berkata selamat tinggal pada Firlana. Dan Firlana membalasnya dengan senyuman
selamat tinggat amat berterima kasih.
Sementara di sana, Dilara bersama
ibunya sedang berjalan di lobby rumah sakit akan segera meninggalkan rumah
sakit tersebut. namun ketika masih dalam perjalanan menuju ke parkiran mobil,
ibunya melihat Dilara yang baru saja menghentikan sebuah kendaraan taxi. Ibunya
berkata menghentikannya, “Dilara, kamu harus pulang sama ibu?”. Dilara
membalas, “Tapi, mah, aku harus ke rumah Firlana karna hari ini ulang tahun
dirinya.”, mengutarakan tujuannya sembari menjelaskan.
Namun ibunya menggeleng bersih
keras membawanya untuk pulang bersama. Dan Dilara pun terpaksa ikut pulang
bersama ibunya membawa sedikit rasa kesalnya.
S A C Uku
bukan cerita cinta segitiga!!
Malam harinya, Firlana sedang
duduk manis sendiri di dalam kamarnya. Ia sedang meratapi kue ulang tahun
persembahan dari Raya. Diingatnya lagi perkataan dari Raya yang berkata, “Kalau
begitu, kamu potong saja kue persembahan dariku bersama Dilara. Karna, aku
harus pulang sekarang.”. sebelum pada akhirnya Raya beranjak pergi darinya.
Hatinya kini terasa sendiri, sepi dipenuhi kekelaman sang malam.
Mengingat masih di hari ulang
tahunnya, ia mulai memikirkan keberadaan dari sosok ayahnya yang tidak berada
didekatnya. Karna ayahnya sedang berada di luar kota selama beberapa hari
kedepan, namun ayahnya telah mengirim pesan selamat ulang tahun kepada dirinya.
sebab ayahnya tidak pernah lupa pada hari ulang tahun putra semata wayangnya
itu, Firlana. Lalu beralih mengingat Dilara, yang tidak diperbolehkan untuk
pergi keluar rumah oleh ibunya.
Namun daripada itu Dilara telah
mengucapkan selamat ulang tahun beserta wish kepada dirinya, tepatnya di siang
hari tadi. “Raya, aku salut terhadap surprise darimu kini”, keluar kata dari
mulutnya secara tiba-tiba ketika masih meratapi kue ulang tahunnya. Kemudian
beralih akan beranjak keluar kamarnya, sambil membawa kue ulang tahunnya dan
akan dipersembahkan untuk beberapa orang asisten rumahnya.
Dan kini di dapur rumah, Firlana
memakan kue ulang tahunnya bersama beberapa orang asisten rumahnya. Suasana pun
tiba-tiba menjadi terasa ramai, ketika beberapa orang asisten rumahnya
menyanyikan lagu selamat ulang tahun pada dirinya. Dan Firlana pun seketika
menjadi tersenyum haru menikmati sebuah kebersamaan. Bisa dibilang, sebuah
pesta kecil-kecilan telah didapatkannya bersama beberapa orang asisten
rumahnya.
Tujuh hari kemudian. . . .
Pada malam hari, Firlana sedang
berada di dalam sebuah kendaraan taxi akan pergi menuju ke rumah kediaman dari
Dllara. Sebab dirinya berniat akan memberikan kejutan terhadap Dilara, berniat
pula tuk mengajaknya berjalan-jalan sebelum menjemput ayahnya sendiri di bandara.
Hatinya merasa senang, bergembira begitu bersemangat. Dan begitu ketika
wajahnya kini menoleh ke arah samping, tiba-tiba saja kendaraan taxi yang
sedang ditumpanginya menjadi berhenti.
Menunjukkkan pada dirinya bahwa
telah sampai pada tujuannya. Firlana pun mulai beranjak keluar meminta supir
taxi tersebut untuk menunggunya beberapa saat. Namun ketika langkah dirinya
baru saja berhenti di depan pintu gerbang rumah dari Dilara yang tertutup, ia
melihat ada sebuah mobil mewah terparkir di halaman rumah dari Dilara. Seolah
mengabarkan jika telah ada sebuah pertemuan di dalam rumah dari Dilara.
Kemudian ia melihat seorang satpam
yang baru saja datang menghampiri dirinya, berdiri tegak menatapi Firlana
berbataskan pintu gerbang yang tertutup. “Di sini sedang ada pertemuan dua
keluarga. Sebaiknya kamu datang lagi pada esok hari saja.”, seorang satpam itu
memberitahukan memakai wajah polosnya. Sementara wajah Firlana mendadak menjadi
kaget serta kurang menduganya akan bertanya. “Em, apa, dua keluarga?”, tanyanya
gugup ingin memastikannya langsung. Sedikit kurang mengerti.
“Maksudnya, di sini sedang ada dua
keluarga yang akan siap bersatu. Atau bahasa kerennya sedang ada lamaran.”,
satpam itu menjelaskan masih memakai wajah polosnya. Firlana menjadi terdiam
bungkan, hening seketika. Lalu memberikan senyuman palsu mengisyaratkan untuk
pamit, dan mulai beranjak kembali memasuki mobil kendaraan taxi yang masih
setia menungunya segera akan beralih tuk menjemput ayahnya sendiri di bandara.
Di dalam perjalanan akan segera
menjemput ayahnya sendiri. Hatinya yang tadi merasa senang, bergembira serta
begitu bersemangat. Kini seketika berubah menjadi merasa sedih, berantakan
serta begitu pesimis. Karna baru didengarnya tadi kalau Dilara telah diam-diam
akan resmi dilamar pada malam ini. Firlana mulai memberontak dalam hatinya
perlahan, hatinya mulai menjerit sungguh tidak merelakan jika Dilara akan
benar-benar diambil oleh orang lain bukan oleh dirinya sendiri.
S A C Uku
bukan cerita cinta segitiga!!
Kembali ke rumah kediaman dari
Dilara. Sebuah pertemuan dua keluarga memang sedang terlaksana di dalam rumah
itu. Pertemuan dua keluarga yang dimaksud adalah, pertemuan keluarga dari
Dilara dan keluarga dari Negara. Dan sangat benar pula bahwa ada sebuah lamaran
dari keluarga Negara kepada sosok Dilara. Setelah kedua keluarga tersebut
saling berbincang-bincang, membicarakan sebuah tujuan terhadap putera puterinya.
Mereka sebagai orang tua serta
saudara kandung dari Negara, mempersilahkan putera puterinya untuk berbicara
secara berdua saja ditempat lain. Negara dan Dilara pun mengangguk menunjukkan
senyum sedikit segan secara bersamaan, mulai beranjak akan menuju ke kolam
renang yang berada di belakang rumah.
Beberapa saat kemudian. . . .
Kini Negara telah duduk
bersebelahan dengan Dilara di depan kolam renang, yang tertampak airnya begitu
mengalir dengan tenangnya. Sama halnya dengan sikap pada keduanya, yang
tertampak begitu tenang sedang melakukan hobinya masing-masing. Negara sedang
membaca komik anime miliknya, Dilara sedang membaca sebuah novel miliknya.
Sebab pada satu hari sebelumnya, mereka berdua membuat janji untuk membawa
sebuah barang yang telah menjadi hobinya masing-masing.
Agar tidak merasa bosan ketika sedang
diberi waktu untuk berdua saja, seperti yang sedang terjadi kini. Disaat tengah
asiknya mereka berdua sedang membaca, menikmati hobinya masing-masing.
Tiba-tiba saja Dilara terpandang pada sosok kakak perempuan dari Negara yang
bernama lengkap, Kusuma New Delhi sedang berdiri tak jauh dari tempat mereka
berdua serta melihat keduanya.
“Semoga saja, kalian berdua dapat
memahami hobi masing-masing setelah pertemuan keluarga pada malam ini.”, ungkap
mencurahkan sosok kakak dari Negara. Berwajahkan merona melihat keduanya.
“Semoga saja, kakak.”, sahut
Dilara menunjukkan wajah serta senyum bahagianya. Lalu berpaling melihat ke
Negara disampingnya.
Dan Negara yang pandangannya
tertuju melihat ke kakaknya, berpaling pula melihat ke Dilara setelah
mengetahui kakaknya telah beralih masuk. Wajah Dilara pun berubah menjadi
sedikit muram, dan Negara mengetahui betul alasan dari dirinya yang kini
berwajahkan muram menatapinya. “Aktingmu, sungguh bagus!”, bicara Negara
memberi penilaian. Dilara menjawab sedikit menyanggah, “Aku tidak sampai
berpikir ke arah itu, Negara!”, sedikit mempertegas. Mensesali.
Negara mendiamkan dirinya sejenak,
lalu berbicara lagi. “Setidaknya kita masih berpura-pura menuruti apa yang
telah mereka mau dari kita berdua. Karna, mereka akan jauh lebih mengerti,
ketika kita membuat pengakuan kalau memang tidak ada kecocokkan di antara kita
berdua.”, Negara memberitahu siasatnya serta mengenankan perasaan dari Dilara
yang mungkin kurang berkenan. Dilara yang sudah mendengarnya, mencoba
mencernanya sembari kembali membaca novel miliknya.
Begitupun Negara yang telah kembali
membaca kelanjutan komik anime miliknya. Susana hati mereka berdua kini kembali
tenang, damai serta santai. Dan hubungan pertemanan akan terjalin setelah malam
ini berlalu pada mereka berdua.
S A C Uku
bukan cerita cinta segitiga!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar