Rabu, 15 Februari 2017

S A C Uku #20

Di rumah kediaman Firlana, Firlana sedang duduk sendiri di ruang tamu menanti kedatangan dari seorang wanita misterius. ia sedang meratapi jarum jam yang terus bergulir, berharap kabar baik akan didapatkannya dari Dilara yang belum mengucapkan selamat ulang tahun pada dirinya. penantian dirinya memang sedang menanti kedatangan seorang wanita misterius, tetapi pengharapannya tertuju pada Dilara. Saat ini ia sedang dinaungi dua orang wanita yang belum didapati kabarnya.
Dan kemudian, terdengarlah suara bel rumahnya yang baru saja berbunyi. Firlana yang melihat asisten rumahnya sedang berjalan akan melewati, meminta asisten rumahnya untuk berhenti kembali ke dapur karna dirinya sendiri yang akan membukakan pintu masuk rumahnya. Tak beberapa lama, kini Firlana sudah membukakan pintu masuk rumahnya melihat seorang wanita misterius itu sambil membawakan kue ulang tahun untuknya beserta dengan lilin yang menyala.  
“Raya?”, gumamnya dihati seketika sudah mengenali seorang wanita misterius itu. Raya adalah teman semasa SMAnya dulu, kabarnya dulu Raya menyukai Firlana namun Firlana tidak pernah menanggapinya. Dan disaat mereka berdua saling berpandangan, Raya akan memulai mengajak Firlana berbicara, setelah sekian tahun keduanya tidak pernah bertemu bertatap muka.
“Akhirnya, selama ini aku mengirim surat ke alamat rumahmu di sini, selalu sampai kepadamu walaupun kamu tidak pernah membalas surat-surat dariku itu?”, sapa Raya berucap syukur membuka apa yang telah diperbuatnya terhadap Firlana.
“Jadi, seorang wanita yang telah mencoba misteriuskan dirinya terhadapku adalah, kamu?”, tanya Firlana berwajahkan ingin lebih memastikan. Raya menjadi tersenyum manja menatapnya. “Apa yang telah lama kamu perbuat, sungguh tidak lucu, Raya! Syukur, aku tidak sampai berpikir kalau ada seorang wanita yang sengaja sedang meneror diriku!”, ungkap Firlana sesuai dengan isi pemikirannya.
“Aku minta maaf. Namun tidak bisa aku pungkiri, jika tidak aku melakukan perbuatan itu, maka aku tidak akan bisa sampai ke sini seperti pada hari ini. Karna, setiap aku mengetahui kalau surat dariku sudah dikirim. Aku selalu mendatangi kantor pos hanya tuk mengetahui apakah alamatnya sama dengan penghuni rumah dari alamat rumahmu yang aku tulis.”, Raya bercerita membuat Firlana menjadi mengerti.
Firlana pun seketika menjadi mengerti, lalu meniup lilin yang menyala diatas kue ulang tahun persembahan darinya. Dan Raya melihatnya menjadi senang seketika, senyumnya melebar juga kedua mataya berbinar-binar menatapi Firlana. Sedangkan Firlana menatapnya menahan rasa keanehannya padanya. “Terimakasih, untuk kali ini kaulah orang pertama yang telah merayakan hari ulang tahunku.”, ucapan terimakasih Firlana cuek kepadanya.
“Kalau begitu, kamu potong saja kue persembahan dariku bersama Dilara. Karna, aku harus pulang sekarang.”, Raya memberi kata pamit sembari memberikan kue persembahannya. Firlana menjadi hening melihatnya lalu mengambil kue persembahan darinya. Usainya memberikan kue persembahannya, Raya langsung beranjak pergi meninggalkan sesudahnya berkata selamat tinggal pada Firlana. Dan Firlana membalasnya dengan senyuman selamat tinggat amat berterima kasih.
Sementara di sana, Dilara bersama ibunya sedang berjalan di lobby rumah sakit akan segera meninggalkan rumah sakit tersebut. namun ketika masih dalam perjalanan menuju ke parkiran mobil, ibunya melihat Dilara yang baru saja menghentikan sebuah kendaraan taxi. Ibunya berkata menghentikannya, “Dilara, kamu harus pulang sama ibu?”. Dilara membalas, “Tapi, mah, aku harus ke rumah Firlana karna hari ini ulang tahun dirinya.”, mengutarakan tujuannya sembari menjelaskan.
Namun ibunya menggeleng bersih keras membawanya untuk pulang bersama. Dan Dilara pun terpaksa ikut pulang bersama ibunya membawa sedikit rasa kesalnya.

S A C Uku
bukan cerita cinta segitiga!!

Malam harinya, Firlana sedang duduk manis sendiri di dalam kamarnya. Ia sedang meratapi kue ulang tahun persembahan dari Raya. Diingatnya lagi perkataan dari Raya yang berkata, “Kalau begitu, kamu potong saja kue persembahan dariku bersama Dilara. Karna, aku harus pulang sekarang.”. sebelum pada akhirnya Raya beranjak pergi darinya. Hatinya kini terasa sendiri, sepi dipenuhi kekelaman sang malam.
Mengingat masih di hari ulang tahunnya, ia mulai memikirkan keberadaan dari sosok ayahnya yang tidak berada didekatnya. Karna ayahnya sedang berada di luar kota selama beberapa hari kedepan, namun ayahnya telah mengirim pesan selamat ulang tahun kepada dirinya. sebab ayahnya tidak pernah lupa pada hari ulang tahun putra semata wayangnya itu, Firlana. Lalu beralih mengingat Dilara, yang tidak diperbolehkan untuk pergi keluar rumah oleh ibunya.
Namun daripada itu Dilara telah mengucapkan selamat ulang tahun beserta wish kepada dirinya, tepatnya di siang hari tadi. “Raya, aku salut terhadap surprise darimu kini”, keluar kata dari mulutnya secara tiba-tiba ketika masih meratapi kue ulang tahunnya. Kemudian beralih akan beranjak keluar kamarnya, sambil membawa kue ulang tahunnya dan akan dipersembahkan untuk beberapa orang asisten rumahnya.
Dan kini di dapur rumah, Firlana memakan kue ulang tahunnya bersama beberapa orang asisten rumahnya. Suasana pun tiba-tiba menjadi terasa ramai, ketika beberapa orang asisten rumahnya menyanyikan lagu selamat ulang tahun pada dirinya. Dan Firlana pun seketika menjadi tersenyum haru menikmati sebuah kebersamaan. Bisa dibilang, sebuah pesta kecil-kecilan telah didapatkannya bersama beberapa orang asisten rumahnya.

Tujuh hari kemudian. . . .

Pada malam hari, Firlana sedang berada di dalam sebuah kendaraan taxi akan pergi menuju ke rumah kediaman dari Dllara. Sebab dirinya berniat akan memberikan kejutan terhadap Dilara, berniat pula tuk mengajaknya berjalan-jalan sebelum menjemput ayahnya sendiri di bandara. Hatinya merasa senang, bergembira begitu bersemangat. Dan begitu ketika wajahnya kini menoleh ke arah samping, tiba-tiba saja kendaraan taxi yang sedang ditumpanginya menjadi berhenti.
Menunjukkkan pada dirinya bahwa telah sampai pada tujuannya. Firlana pun mulai beranjak keluar meminta supir taxi tersebut untuk menunggunya beberapa saat. Namun ketika langkah dirinya baru saja berhenti di depan pintu gerbang rumah dari Dilara yang tertutup, ia melihat ada sebuah mobil mewah terparkir di halaman rumah dari Dilara. Seolah mengabarkan jika telah ada sebuah pertemuan di dalam rumah dari Dilara.
Kemudian ia melihat seorang satpam yang baru saja datang menghampiri dirinya, berdiri tegak menatapi Firlana berbataskan pintu gerbang yang tertutup. “Di sini sedang ada pertemuan dua keluarga. Sebaiknya kamu datang lagi pada esok hari saja.”, seorang satpam itu memberitahukan memakai wajah polosnya. Sementara wajah Firlana mendadak menjadi kaget serta kurang menduganya akan bertanya. “Em, apa, dua keluarga?”, tanyanya gugup ingin memastikannya langsung. Sedikit kurang mengerti.
“Maksudnya, di sini sedang ada dua keluarga yang akan siap bersatu. Atau bahasa kerennya sedang ada lamaran.”, satpam itu menjelaskan masih memakai wajah polosnya. Firlana menjadi terdiam bungkan, hening seketika. Lalu memberikan senyuman palsu mengisyaratkan untuk pamit, dan mulai beranjak kembali memasuki mobil kendaraan taxi yang masih setia menungunya segera akan beralih tuk menjemput ayahnya sendiri di bandara.
Di dalam perjalanan akan segera menjemput ayahnya sendiri. Hatinya yang tadi merasa senang, bergembira serta begitu bersemangat. Kini seketika berubah menjadi merasa sedih, berantakan serta begitu pesimis. Karna baru didengarnya tadi kalau Dilara telah diam-diam akan resmi dilamar pada malam ini. Firlana mulai memberontak dalam hatinya perlahan, hatinya mulai menjerit sungguh tidak merelakan jika Dilara akan benar-benar diambil oleh orang lain bukan oleh dirinya sendiri.

S A C Uku
bukan cerita cinta segitiga!!

Kembali ke rumah kediaman dari Dilara. Sebuah pertemuan dua keluarga memang sedang terlaksana di dalam rumah itu. Pertemuan dua keluarga yang dimaksud adalah, pertemuan keluarga dari Dilara dan keluarga dari Negara. Dan sangat benar pula bahwa ada sebuah lamaran dari keluarga Negara kepada sosok Dilara. Setelah kedua keluarga tersebut saling berbincang-bincang, membicarakan sebuah tujuan terhadap putera puterinya.
Mereka sebagai orang tua serta saudara kandung dari Negara, mempersilahkan putera puterinya untuk berbicara secara berdua saja ditempat lain. Negara dan Dilara pun mengangguk menunjukkan senyum sedikit segan secara bersamaan, mulai beranjak akan menuju ke kolam renang yang berada di belakang rumah.

Beberapa saat kemudian. . . .

Kini Negara telah duduk bersebelahan dengan Dilara di depan kolam renang, yang tertampak airnya begitu mengalir dengan tenangnya. Sama halnya dengan sikap pada keduanya, yang tertampak begitu tenang sedang melakukan hobinya masing-masing. Negara sedang membaca komik anime miliknya, Dilara sedang membaca sebuah novel miliknya. Sebab pada satu hari sebelumnya, mereka berdua membuat janji untuk membawa sebuah barang yang telah menjadi hobinya masing-masing.
Agar tidak merasa bosan ketika sedang diberi waktu untuk berdua saja, seperti yang sedang terjadi kini. Disaat tengah asiknya mereka berdua sedang membaca, menikmati hobinya masing-masing. Tiba-tiba saja Dilara terpandang pada sosok kakak perempuan dari Negara yang bernama lengkap, Kusuma New Delhi sedang berdiri tak jauh dari tempat mereka berdua serta melihat keduanya.
“Semoga saja, kalian berdua dapat memahami hobi masing-masing setelah pertemuan keluarga pada malam ini.”, ungkap mencurahkan sosok kakak dari Negara. Berwajahkan merona melihat keduanya.
“Semoga saja, kakak.”, sahut Dilara menunjukkan wajah serta senyum bahagianya. Lalu berpaling melihat ke Negara disampingnya.
Dan Negara yang pandangannya tertuju melihat ke kakaknya, berpaling pula melihat ke Dilara setelah mengetahui kakaknya telah beralih masuk. Wajah Dilara pun berubah menjadi sedikit muram, dan Negara mengetahui betul alasan dari dirinya yang kini berwajahkan muram menatapinya. “Aktingmu, sungguh bagus!”, bicara Negara memberi penilaian. Dilara menjawab sedikit menyanggah, “Aku tidak sampai berpikir ke arah itu, Negara!”, sedikit mempertegas. Mensesali.
Negara mendiamkan dirinya sejenak, lalu berbicara lagi. “Setidaknya kita masih berpura-pura menuruti apa yang telah mereka mau dari kita berdua. Karna, mereka akan jauh lebih mengerti, ketika kita membuat pengakuan kalau memang tidak ada kecocokkan di antara kita berdua.”, Negara memberitahu siasatnya serta mengenankan perasaan dari Dilara yang mungkin kurang berkenan. Dilara yang sudah mendengarnya, mencoba mencernanya sembari kembali membaca novel miliknya.
Begitupun Negara yang telah kembali membaca kelanjutan komik anime miliknya. Susana hati mereka berdua kini kembali tenang, damai serta santai. Dan hubungan pertemanan akan terjalin setelah malam ini berlalu pada mereka berdua.

S A C Uku
bukan cerita cinta segitiga!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar