Rabu, 15 Februari 2017

S A C Uku #23

Di Indonesia, Dilara sedang berkunjung ke rumah kediaman Firlana berniat akan memberi surprise dengan kedatangannya yang secara tiba-tiba. Dan ketika telah sampai ke rumah kediaman Firlana, sudah berdiri didepan pintu masuk rumah tersebut. Mendadak Dilara menjadi melihat bingung, sebab yang membukakan pintu masuk rumah untuknya merupakan seorang lelaki dewasa tetapi bukan sosok dari Firlana. “Om, ayahnya…? Firlana yah?”, tanya Dilara penuh kegugupan.
“Senang saya menerima kedatanganmu kemari. Tetapi alangkah amat disayangkan, Firlana sedang tidak berada di rumah.”, sapa ayah dari Firlana berbahasa bijak melihatnya. Dilara menjadi gugup lagi.
“kalau boleh saya tahu, kira-kira Firlana pergi kemana ya, om?”, tanya Dilara memakai wajah serta senyuman sungkan. Ayah dari Firlana memberi senyum melihat bingung.
“Nanti kalau dia sudah pulang kemari, saya akan beritahu dia tentang kedatanganmu kemari.”, ayah dari Firlana menyahut merahasiakannya.
Dilara pun menjadi tertawa kecil penuh kesungkanan menunjukkan giginya. Lalu berpamitan untuk pergi karna sudah habis kata untuk berbicara lagi dengan ayah dari Firlana. Dan ayah dari Firlana mempersilahkannya dengan tangan terbuka. Saat ketika Dilara sudah beranjak akan pergi membelakangi, ayah dari Firlana meratapi Dilara yang mulai mengingatkannya tentang sebuah gambaran seorang gadis yang telah dibacanya dari tulisan putranya dikertas pada malam itu.
Sejenak dikemudian ayahnya teringat kalau hari ini putranya itu akan pulang ke Indonesia. “Seandainya abi telah bertemu dengan seorang gadis itu, abi akan temui dia lagi. Abi juga akan mempertanyakan, mengapa setega itukah dirinya terhadapmu, putraku?.”, bisik ayahnya setelah melihat Dilara sudah pergi. Kembali mengulang, sejak tadi Dilara ada dihadapannya, berbicara dengannya ayahnya tidak mengetahui nama dari Dilara.
Ayahnya hanya mengetahui bahwa seorang gadis telah datang berniat untuk bertemu dengan putranya. Sebab terkonsentrasi dengan sebuah pesan dari Firlana sebelum pergi ke Singapura.

Beralih ke Negara. . . .

Negara sedang berada di kantin kantornya, ia duduk sendiri bersandar di kursi melihat ke bawah. Dalam hening, ia memikirkan sesuatu yang telah berhubungan dengan pekerjaannya. Kemudian ada Nil Ra yang baru menyapa dirinya dari arah samping kiri dari dirinya. Setelah menyapa, Nil Ra berniat akan mengajak Negara untuk berbicara sebab tidak tega melihat Negara yang berdiam diri sendiri. “Maaf, pak! Maukah saya tawari minum?”, Nil Ra memulainya mencoba menawari minuman.
“Sekalipun kau tawarkan minuman yang sudah pasti gratis untukku, aku tidak berniat tuk menerimanya?”, sahut Negara cuek masih dalam keadaannya.
“Saya, tidak tega melihat pak Negara berdiam diri seperti ini. Kalau boleh saya meminta waktu, berbicara saja dengan saya pak.”, Nil Ra menawarkan diri untuk menjadi penghibur dari Negara.
Negara pun menjadi tersenyum melirikkan matanya kedepan, teringat dengan jadwal dari Nil Ra yang harus membantu membawakan minuman ke ruang rapat untuk para tamu yang sedang melakukan rapat disana. “Coba kau lihat sekarang sudah jam berapa?”, perintah Negara melihat ke Nil Ra. Nil Ra mencoba melihat ke jam dinding. “Bukankah sekarang sudah waktunya untuk dirimu membantu tuk mengantarkan minuman ke ruang rapat?”, Negara mengingatkannya menatap serius.
Nil Ra pun menjadi tertawa sungkan nan gugup, lalu beralih pergi akan menjalani tugasnya. Negara bisa memerintahkannya, sebab sudah membaca jadwal tugas khusus office yang telah tertera pada madding di pantry yang bersebelahan dengan kantin. Usainya memerintahkan Nil Ra, Negara pun pergi dari kantin tersebut akan segera menuju ke ruang rapat. Dan dirinya akan ikut serta dalam rapat pada jam kedua.

S A C Uku
bukan cerita cinta segitiga!!

Esoknya, di siang hari. Firlana sedang berada di café, ia sedang duduk sendiri menanti seseorang yang sudah lama menjadi sahabatnya. Disaat dirinya yang masih menanti, tiba-tiba saja kedua matanya terpandang pada sosok wanita yang sedang berjalan akan melewati dirinya. seketika Firlana spontan berkata menyebut “Ami” seolah menyapa wanita tersebut. wanita itupun menjadi berhenti seketika telah melewati dirinya, berdiam membelakangi.
Dan wanita itupun mencoba tuk menoleh ke belakang berniat akan melihat siapa yang telah mencoba menyapanya dengan sebutan “Ami” padanya. Lalu terlihatlah sosok Firlana yang sudah berdiri melihat padanya, setengah membelakangi. Firlana memandangi wanita itu sangat begitu mengenalnya, sedangkan wanita itu memandangi sangat begitu asing kepada dirinya. Dan kemudian pandangan keduanya menjadi berpaling saling membelakangi.
Pertemuan mereka berduapun menjadi berakhir, karna wanita itu baru saja melangkah pergi dan Firlana duduk kembali di kursi tempatnya. “Ami? Iya, ami, dia adalah ibuku. Aku begitu sangat mengenal wajahnya.”, desahnya dibenaknya yang terdalam melihat ke bawah sedikit gundah. Sebab Firlana sering sekali melihat foto dari ibu kandungnya, ketika teringat bahkan serta merta terlalu merindukan kehadirannya.
Selang beberapa saat berlalu, seorang yang merupakan sahabat lamanya itupun datang menghampirinya. Bahkan kini sudah duduk dihadapannya, melihat amat ceria kepadanya. Firlana seketika menjadi tersenyum manis mengetahui kedatangan sahabat lamanya itu, sebab sudah beberapa hari tidak bertemu secara bertatap muka. Seorang yang merupakan sahabat lamanya itu adalah Dilara. Dilara yang kini tampak amat cantik nan begitu manis dimatanya.
“Firlana, jangan melamun dong!”, tegur Dilara sedikit berkeluh menyadarkan dirinya yang nampak setengah menjadi melamun. Firlana pun tersadar akan berkata menyahut, dan mereka bedua akan berbicara bertatap muka.
“Maaf, mungkin aku merasa terlalu lama menunggu kedatanganmu? Makanya aku menjadi setengah melamun dalam memandangi wajahmu.”, Firlana berkata mencoba mengelak dari apa yang telah tadi terjadi padanya tadi.
“No, problem!”, Dilara menyahut menggeleng disertai senyuman serta matanya yang berbinar-binar. “By the way, kemarin pergi kemana? Aku datengi kamu ke rumah kamu, malah yang aku temui ayahmu yang tampan itu.”, sambung Dilara menyertai senyuman centil.
“Seandainya kau memberitahuku dulu, tentu aku tidak mempersilahkanmu untuk datang ke rumahku. Ya, alasannya ya itu, aku memang sedang tidak berada di rumah bertepatan dengan kamu yang telah datang ke rumahku.”, Firlana memberi nasehat namun merahasiakan yang sebenarnya.
Dilara berdiam sejenak akan menyahut terbuka, “Aku hanya ingin menunjukkan surprise, Firlana. Tapi sayangnya gagal.”. Firlana menunjukkan senyuman jahat, “Kau juga tidak memberitahuku sewaktu kau sudah datang kerumahku, dan baru sekarang kamu memberitahukannya padaku.”. Dilara pun menjawab, “Aku kesal, jadi aku gak kabarin ke kamu.”, singkatnya. Kemudian dengan tiba-tiba pelayan café datang membawa minuman serta makanan kecil yang telah dipesan oleh Firlana.
Dan mereka berdua mengalihkannya dengan mencicipi makanan kecil serta minuman yang telah tersedia menghadirkan suasana persahabatan di antara keduanya. Mereka berdua kini sedang menikmati makanan kecil serta minumannya, dan berbicara sesekali jika ada yang perlu dibicarakan. Dilara tidak mengetahui kalau pada hari kemarin Firlana belum tiba ke Indonesia dari Singapura, sewaktu Dilara mendatangi rumah kediamannya dari dirinya.
Dan Firlana tidak akan pernah menceritakannya. Sehingga menjadikan Dilara tidak akan pernah mengetahui itu.

S A C Uku
bukan cerita cinta segitiga!!

Di rumah kediaman Firlana, ayahnya sedang bersantai dengan duduk di teras rumahnya. Ayahnya sedang setengah berduka, memikirkan penyakit yang sedang diderita oleh putra semata wayangnya. Ditengah dirinya yang sedang berduka dalam keheningan melihat ke bawah, tiba-tiba saja Hesty yang sebagai ibu kandungnya datang menghampri mengusik dirinya ketika sudah berada didekatnya.
“Aku datang lagi kemari. Dan lagi, aku ingin bertemu dengan putraku.”, pinta Hesty padanya. Hesty kembali mendatangi rumah kediaman dari Firlana, sebab telah terbuka hatinya untuk menemui putranya di rumah kediamannya itu setelah melihat seorang pemuda yang telah memanggilnya dengan sebutan “Ami” sewaktu berada di cafe tadi. “Firlana sedang tidak berada di rumah lagi saat ini.”, ayah dari putranya baru menyahut memberitahukan masih dengan keadaannya.
Hesti yang sebagai ibu kandungnya, mulai merasa sedikit panas akan berkata kembali menegaskan. “Ini kedua kalinya kamu memberitahukan itu padaku! Aku tidak percaya!”, katanya menegaskan mencoba melakukan pemberontakan. Ayah dari putranya itupun berdiri terbangun dari keadaannya yang tadi. Lalu mengajak Hesty tuk memasuki ke dalam rumah menuju ke kamar dari putra mereka berdua. Dan kini mereka berdua telah sampai memasuki ke dalam kamar dari putranya.
Mereka berdua berdiri secara berdampingan, namun pandangan ayah dari Firlana mengarah ke dinding masih merasakan dukanya. Sedangkan ibu dari Firlana melihat ke foto dari putranya.
“Apa? Dia adalah wajah remaja dari putraku?”, tanya Hesty kepadanya teringat pada wajah pemuda yang telah ditemuinya tadi sewaktu berada di café secara tidak sengaja.
“Setelah kita bercerai, yang menetap di rumah ini hanya aku dan putraku saja.”, sahut ayah dari putranya melihat kepadanya.
“Putraku sudah besar sekarang, sungguh aku begitu mensesali mengapa dulu aku telah membiarkan hak asuhnya jatuh ke tanganmu?!”, ungkapnya mulai merasa gelisah.
Usainya mengungkap, Hesty pun beranjak memulai langkahnya untuk pergi dari kamar tersebut disusul dengan ayah dari putranya. Dan kini mereka berdua telah berjalan mendekati pintu masuk rumah yang tertutup, bertujuan yang sama menuju ke teras rumah. Kemudian langkah keduanya menjadi terhenti saat ketika sudah berada di teras rumah, sebab telah disaksikan oleh keduanya jika Firlana baru saja pulang ke rumah sedang mendekati keduanya.
Hesty yang sebagai ibu kandungnya pun mencoba tuk melihat ayahnya disamping dirinya sendiri, berautkan wajah tanya apakah seorang pemuda didepannya kini adalah seorang putra dari mereka berdua. Namun ayahnya melihat berpusat ke Firlana yang baru saja berhenti dari langkahnya meratapi kedua orangtuanya. “Ami? Abi?”, sapa tanya Firlana kepada keduanya mulai berautkan wajah sedih. Ayahnya yang mendengar sapa dari putranya mengedipkan matanya melihat kebawah.
Begitupula Hesty yang mengarahkan kepalanya kepada putranya melihat kebawah. “Ami, ini Firlana! Seorang putra semata wayangnya ami dulu yang sudah ami tinggalkan!”, Firlana berkata menegaskan mencoba meyakinkan wanita yang telah diyakininya sebagai seorang ibu kandungnya. Lalu seorang wanita yang telah diyakininya sebagai seorang ibu kandungnya itu akan berkata dengan menyanggahnya lebih dulu.
“Tidak! Setelah aku dan ayahmu telah resmi bercerai, maka kamu juga telah resmi hanya menjadi seorang putra semata wayang dari ayahmu sedang aku telah kalah dalam memperjuangkan hak asuh dirimu!”, Hesty menjelaskan menuruti egonya yang disertai gengsi. Ayahnya pun menjadi terkejut sehingga melihat ke Hesty penuh rasa ketidak sangkaannya jika Hesty akan berkata seperti itu. “Firlana masuk! Ayah perintahkan kau masuk saja segera!”, ayahnya berkata tegas masih melihat ke Hesty.
Firlana pun menuruti perintah dari ayahnya, mulai melangkah pergi pelahan segera akan meninggalkan dengan menunduk resah. Dan setelah merasa kalau Firlana sudah berada di dalam rumah, ayahnya mencoba melangkah berdiam dibalik Hesty yang membelakangi dirinya sudah. Lalu membisikkan kecil namun amat menegaskan, “Pergilah! Pergi dari rumahku, jauhi putraku dari sekarang! Dan esok, kau harus menemuiku di rumah ini lagi sebelum putraku pulang dari jam kerjanya!”.
Hesty yang sudah mendengarnya langsung berkata “Iya”, lalu mulai beranjak pergi akan meninggalkan segera. Sementara ayahnya masih berdiam menikmati rasanya yang tidak menyukai melihat sikap dari Hesty terhadap putra dari mereka berdua. Sebab dipandangannya jika Hesty telah bersikap tidak baik terhadap putranya tadi.

S A C Uku
bukan cerita cinta segitiga!!

Di dalam kamarnya, Firlana baru saja meminum beberapa obat yang amat berhubungan dengan penyakit yang sedang dideritanya. Dirinya mulai bertekad untuk selalu meminum beberapa obatnya demi segera akan mendapat kesembuhan dari penyakit yang sedang dideritanya. Karna kalau sampai dirinya menjadi sedikit kalah dari penyakit yang sedang dideritanya, maka waktu kebersamaannya bersama Dilara akan sedikit terhalangi.
“Ya, aku harus selalu sehat. Karna jika aku sakit-sakitan, maka aku akan jarang bisa dapat menghibur sahabat lamaku itu,”, ucapnya optimis berbicara tentang kebersamannya dengan Dilara usainya meminum beberapa obatnya.

Malam harinya. . . .

Negara sedang berada di sebuah mall, ia disana sedang berada dipusat penjualan cd. Tepatnya ia di sana sedang meliaht cd bergenre film animasi untuk menghibur dirinya sendiri berpakaian tidak resmi. Ditengah asiknya melihat cd bergenre film animasi yang berada dipegangan kedua tangannya, tiba-tiba saja ada yang mencoba mengusik dirinya dengan menunjukkan cd bergenre film cinta. Negara pun langsung mencoba melihat ke wajah siapa yang sudah berani mencoba mengusik dirinya itu.
Ternyata siapa yang sudah berani mencoba mengusik dirinya itu adalah Dilara yang langsung mengatakan, “Tolong ya, kamu sudah besar. Palingkan film itu beralih ke film bergenre cinta yang aku tunjukkan ini.”. Dilara mengatakan sedikit meremehkan juga mengeluhkan menatap Negara. Negara mulai menatapnya bingung lalu melirikkan matanya sedikit dingin beralih melihat ke cd yang masih dipegangnya. “Tolong juga ya, jangan memberi perhatian padaku.”, sahut Negara membalasnya.
“Negara, kau tentu sudah merasa kalau dirimu telah menjadi pria dewasa nan mapan bukan? Palingkan cd yang sedang kau pegang, ambil cd yang sedang aku tunjukkan ini biar gak kaku dalam dunia percintaan!”, Dilara membujuknya agar tidak terlalu menyukai dunia anak-anak yang gemar menonton film bergenre animasi. Neagra pun menjadi melihat padanya akan menyahut lagi.
“Bahkan sampai kinipun, aku tidak pernah mengenal cinta! Terkecuali, pada keluargaku, temanku serta sahabatku!”, Negara menjelaskannya terbuka. Dilara menjadi melhatnya diam, mulai menunjukkan raut wajah dinginnya akan berkata kembali. “Pantas saja, kau dengan mudahnya mencoba memanduku dalam permainan kita.”, keluh Dilara masih dengan keadaannya. Negara berdiam melihatnya lalu mencuekinya dengan berjalan melihat-lihat cd bergenre film animasi.
Sedangkan Dilara berdiam ditempat melihatnya merasa terheran-heran, sebab pikirnya kalau Negara tidak pernah merasakan jatuh cinta dari awal. Dan kemudian Dilara beranjak dari tempatnya menuju ke kasir untuk membeli cd bergenre film cinta yang telah ditunjukkannya tadi pada Negara. Sementara Negara masih berdiam ditempatnya lalu secara tidak sengaja melihat Dilara sedang melakukan pembayaran di kasir hingga Dilara pergi meninggalkan pusat penjualan cd tersebut.
Negara melihat padanya hening disertai cuek dan kini telah kembali melihat cd bergenre film animasi kegemarannya. Namun secara diam-diam ia telah sedikit mencoba tuk memperhatikan Dilara, secara tidak sadarnya.

S A C Uku
bukan cerita cinta segitiga!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar