Pagi harinya, tepat pukul tujuh
Negara sudah berada di kantor milik perusahaan keluarganya. Ia kini sedang
melihat-lihat dengan berkeliling di area bagian dalam kantor, ditemani ayahnya
sendiri. Negara begitu tenang, merasa damai dalam mengikuti langkah ayahnya yang
telah membawa dirinya berkeliling di area dalam kantor tersebut. Dan semua yang
turut bekerja didalam kantor tersebut, turut melihat pada dirinya yang baru
sekali tampak berkunjung di kantor tersebut.
Sementara ekpresi wajahnya yang
lugu, turut membuat orang yang melihat pada dirinya menjadi bertanya-tanya
tentang kepribadian dari dirinya. Karna Negara selalu cuek, acuh karna belum
mengenal kepada siapa saja yang melihat padanya dan siapa saja yang telah
dilihat olehnya balik. Dan kini ia telah sampai di depan pintu calon ruang kerjanya,
lalu ayahnya berkata pamit untuk pergi ke ruang rapat karna sudah tiba waktunya
menjalani rapat.
Negara pun berkata mengiyakan
mulai mempersiapkan kemandiriannya di kantor tersebut, dan ayahnya sudah
beranjak pergi meninggalkannya. Usai melihat ayahnya yang sudah beranjak pergi,
ia melihat ke papan nama yang bertuliskan nama dirinya sendiri tepat terpajang
dipintu calon ruang kerjanya itu. Tertulis, “Kusuma Negara”, dibawah namanya
tertulis juga, “Manager Perusahaan”. Kemudian tidak sengaja melihat seorang
office boy sedang berjalan akan melewati dirinya.
“Hey! Selamat pagi!”, sapanya
mengagetkan office boy itu yang langkahnya menjadi terhenti di depannya. Sebab
Negara menghalanginya untuk berjalan melewati. “Bisa ambilkan saya air?”, tanya
Negara sedikit memberi perintah. Office boy itu menegakkan kepalanya baru
melihat padanya, karna sedari tadi office boy itu menundukkan kepalanya.
“Maaf, saya ditugaskan untuk
mengantarkan minuman ini kepada seorang putra dari bapak Kusuma Jaya.”, office
boy itu berkata maaf karna sudah mendapat perintah yang harus dijalaninya lebih
dulu. Negara mulai menatapnya bingung, sedangkan office boy itu merasa heran
dengan keluguan wajah dirinya.
“Kalau begitu, buka saja pintu ini
dan kau letakkan minuman ini di meja dari dirinya?! Mungkin saja seorang putra
dari bapak Kusuma Jaya sedang menunggu anda di dalam?”, Negara mencoba memberi
perintah agar office boy itu mahu memasuki ruang kerja tersebut.
Office boy itupun beralih tuk
membaca pada papan nama di pintu ruang kerja tersebut, setelah melihat hening
pada dirinya. Lalu mencoba memasukinya memakai kesopanan karna sudah mengetahui
ruang kerja milik siapa yang telah dimasukinya. Sesampainya didalam, office boy
itu langsung meletakkan minuman yang telah dibawanya tadi tepat di meja kerja
atas nama Kusuma Negara sembari membersihkan sedikit debu yang terlihat dari
meja kerja tersebut.
Setelah melihat kebersihan serta
kerapihan dari meja kerja tersebut, office boy itupun membalikkan tubuhnya
kebelakang lalu menjadi kaget seketika. Karna terlanjur melihat Negara yang
sedang memakai tanda pengenal sebagai “Kusuma Negara”, di bawah namanya
tertulis juga, “Manager Perusahaan”, di bagian kiri pada bajunya. “Jadi, anda
adalah seorang putra dari bapak Kusuma Jaya?”, tanya office boy itu lebih
meyakinkan berwajahkan masih kaget bercampur tanya.
Negara yang baru usai memakai
tanda pengenalnya, melihat padanya menunjukkan senyum berwibawa. “Wajah anda
yang lugu, keperibadian anda yang sepertinya jujur, membuat saya tidak berpikir
kalau anda adalah dia, Kusuma Negara. Selamat datang pak Kusuma Negara.”,
office boy itu memberi pujian tulus bertatap senang menerima kedatangannya.
Negara menjadi tersanjung hanya berbalas senyum. Dan office boy itu permisi
beralih untuk pergi dengan kesopanannya.
Negara pun mempersilahkannya masih
berwibawa. Dan dari pertemuan pertama Negara dengan office boy itulah, yang
akan menciptakan sebuah pertemanan antara Negara dan mantan office boy yang
belum diketahui nama sebenarnya.
S A C Uku
bukan cerita cinta segitiga!!!
Siang harinya, Firlana mengunjungi
rumah kediaman Dilara untuk memberitahukan berita gembira tentang dirinya
sendiri. Firlana akan memberitahukan berita gembira tentang beberapa hasil dari
pemotretannya telah diterima oleh pemilik rumah galeri yang bernama
“MILARATIONIC”. Rumah galeri “MILARATIONIC” sangat terkenal, dan sudah berhasil
bekerja sama dengan beberapa Negara di luar sana. Sebab itulah Firlana begitu
antusias tuk segera memberitahukannya pada Dilara, sahabatnya.
Dan kini Firlana sudah sampai di
rumah kediaman Dilara, berdiri di depan pintu masuk rumah Dilara menunggu akan dibukakannya
pintu masuk rumah tersebut. Begitu diketahuinya jika Dilara sendiri yang telah membukakan
pintu masuk untuknya. Firlana langsung berbicara memberitahukan, “Aku berhasil
bergabung dengan rumah galeri “MILARATIONIC”, dengan amat girangnya. Dilara
menjadi hening sesaat karna merasa kaget lebih dulu, melihatnya diam.
“Bohong!”, ucap Dilara dengan
kekakuan sikapnya karna masih merasa kaget. “Seratus persen real!! Ini adalah
bayaran atas upayaku, bekerja mengumpulkan uang untuk membeli camera yang aku
suka, dan hasil pemotretan yang sudah aku kirim diterima dengan nilai yang
bagus!”, Firlana menceritakan upayanya serta menjelaskan tuk meyakinkan. Dilara
yang sudah mendengarkan, baru memeluk sahabatnya itu ikut bergembira, lalu melihat
wajah sahabatnya itu menjadi berpandangan.
“Apa aku harus selalu memeritahukan
berita gembira dulu, baru kamu peluk aku seperti kali ini?”, singgung kecil
Firlana mencoba menggodanya. Dilara meresponnya dengan tertawa kecil beralih
memukul dirinya kecil karna mearsa gemas. “Bahagiaku makin bertambah, ketika
sahabatku sudah menunjukkan keberhasilannya.”, ungkap Dilara menatap senang.
Begitupun Firlana namun ada sesuatu yang makin tumbuh pada dirinya sendiri
terutama pada perasaannya. Mereka saling bertatapan bahagia lalu berakhir saat
ponsel milik Firlana berbunyi.
Ternyata itu merupakan pesan dari
rumah galeri “MILARATIONIC”, Firlana pun akan berkata permisi untuk pamit
menyudahi pertemuannya. “Udahan dulu ya. Karna aku harus menyerahkan hasil
pemotretan yang baru aku cetak ke rumah galeri “MILARATIONIC”. Do’ain agar
mereka mampu menaikkan nilai hasil pemotretanku.”, katanya bertatap sedikit
segan karna harus berpisah. “Hati-hati Firlana. Do’a terbaik akan selalu
menyertai kita.”, balas Dilara mempersilahkannya.
Dan Firlana mulai berbalik,
bergegas akan segera pergi beralih menuju kerumah galeri “MILARATIONIC”.
Sementara Dilara masih melihat pada dirinya masih dengan rasa senangnya hingga
Firlana menaiki kendaraan motornya. Persahabatan mereka begitu akrab, dekat,
hingga pada suatu hari nanti akan ada yang sangat merasa terluka karna sebuah
kenyataan diantara keduanya.
Dan ditempat lain. . . .
Masih di kantornya, Negara sedang
berjalan mengikuti irama langkah kakinya akan segera menuju ke ruang kerjanya
sendiri. Wajahnya yang selalu lugu, cara berjalannya yang cuek serta acuh. Membuat
orang yang dilewatinya satu-persatu perhatiannya beralih kepadanya hingga
dirinya sudah sampai ke ruang kerjanya, memasukinya. Sesampainya di dalam ruang
kerjanya sudah menutup pintu ruang kerjanya, Negara menjadi berlari kecil ke
meja kerjanya akan membuka sebuah bingkisan.
“Akhirnya, kak Nigeria mau juga
menuruti permintaanku.”, bisiknya berucap syukur ketika sudah duduk di kursi
kerjanya. Dan ternyata bingkisan itu berisi beberapa komik kesukaannya. Sebab
sebelumnya Negara telah menelepon kakaknya yang bernama Nigeria, untuk
membawakannya beberapa komik kesukaannya karna mulai merasa jenuh. Kakaknya
yang memiliki sifat keibuan pun mahu menuruti permintaan dari adik bungsunya
tersebut.
Nama lengkap dari kakaknya adalah
Kusuma Nigeria, lahir di Nigeria berbeda dua tahun lebih tua darinya. Dan
kakaknya yang pertama bernama Kusuma New Delhi, lahir di India Negara asal dari
ayahnya. Usianya berbeda empat tahun lebih tua darinya, dan kini telah bekerja
di India sebagai Insinyur muda. Negara adalah seorang putra tunggal karna kedua
kakaknya merupakan anak perempuan.
S A C Uku
bukan cerita cinta segitiga!!!
Kini malam telah menyapa. Di sebuah
restaurant telah ada pertemuan antara ayah dari Negara dengan ayah dari Dilara.
Keduanya di sana akan membincangkan sesuatu, sesuatu yang akan mereka
bincangkan secara empat mata lebih dulu. Sebelum menyampaikannya ke orang lain
yang telah mereka kehendaki secara masing-masing. Dan mereka berduapun akan
memulai perbincangan, dengan sudah duduk bersama dalam keadaan sangat berwibawa,
berhadapan serta berpandangan.
“Putraku, sudah mulai bekerja pada
hari ini. Semoga saja ia dapat beradaptasi dengan lingkungan barunya, di dalam
gedung perusahaan keluarga saya.”, ayah dari Negara memulai alias pak Kusuma
Jaya. Ayah dari Dilara memberi senyum mendengarkannya. “Lalu, bagaimana dengan
putri tunggal anda? Sejak pada tiga tahun lalu kita bertemu, sampai sekarang
saya masih penasaran dengan putri anda.”, sambung pak Kusuma Jaya menanyakan
Dilara.
“Usianya, sama seperti putra anda.
Akan tetapi sayangnya, putri saya belum mendapatkan pekerjaan bahkan melamar
pekerjaan pun belum.”, ayah dari Dilara bercurah alias pak Arora Hakim. sedikit
melihat keluh.
“Secara kebetulan, di kantor
perusahan saya sedang membutuhkan seorang karyawan. Dan bagaimana, kalau kita
mencoba tuk mengenalkan anak kita di sana? Karna saya ingin anak kita dapat
berteman, seperti kita yang hingga pada sekarang ini?”, pak Kusuma Jaya berkata
permisi tuk meminta. Pak Arora Hakim mencoba memikirkan sejenak.
“Saya merasa senang serta kaget
mendengar sebuah penawaran, pekerjaan untuk putri saya. Saya setuju, akan
tetapi bagaimana kita akan memulainya?”, ungkap pak Arora Hakim meminta saran
padanya.
Pak Kusuma Jaya langsung
mengatakan, mengujarkan sebuah jawaban dari pertanyaan darinya. Pak Kusuma
Negara mengujarkan, kalau Dilara akan dipekerjakannya sebagai asisten dari
putranya sendiri, Negara. Sebab putranya itu belum mempunyai asisten tuk
membantunya dalam bekerja. Namun ada yang lain disampaikannya pada pak Arora
Hakim dari dirinya. Pak Kusuma Jaya menyampaikan, selain anak mereka bisa
bekerja dalam satu perusahaan.
Meski harus dibatasi dengan
seorang bos dan seorang asisten. Mereka akan bisa lebih mengenalkan kedua anak
mereka yang bisa berujung pada sebuah perjodohan, sebab sudah pasti kedua anak
mereka sudah saling mengenal ketika masih bekerja dalam satu perusahaan
tersebut. Jadi pada intinya, apa yang sudah mereka sedang perbincangkan tadi
hanyalah sebuah alasan untuk bisa menjodohkan anak mereka berdua.
Awalnya, hanya pak Kusuma Jaya
yang menginginkan perjodohan itu. Dan setelah pak Arora hakim mendengar penuh
apa yang sudah disampaikan oleh dirinya, menjadi ikut mendukung tentang rencana
perjodohan pada kedua anak mereka. Dan perbincangan pun berakhir dengan mulai terciptanya
suasana setengah kekeluargaan diantara keduanya.
Dirumah kediaman Negara. . . .
Negara sedang berada dikamarnya,
bahkan ia disana terlihat santai bersandar di tempat tidurnya sambil menonton
film anime kesukaannya, Naruto Movie. Sebab ia sudah terbiasa serta melakukan
kebiasaannya itu hampir disetiap harinya ketika akan menjelang tidur, dan ia tidak
akan bisa tidur jika belum menonton film anime kesukaannya itu. Dan hanya pada
waktu tertentu saja yang bisa memalingkannya dari kebiasaannya itu sebelum
beranjak untuk tidur.
S A C Uku
bukan cerita cinta segitiga!!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar