Rabu, 15 Februari 2017

S A C Uku #3

Pagi harinya, tepat pukul tujuh Negara sudah berada di kantor milik perusahaan keluarganya. Ia kini sedang melihat-lihat dengan berkeliling di area bagian dalam kantor, ditemani ayahnya sendiri. Negara begitu tenang, merasa damai dalam mengikuti langkah ayahnya yang telah membawa dirinya berkeliling di area dalam kantor tersebut. Dan semua yang turut bekerja didalam kantor tersebut, turut melihat pada dirinya yang baru sekali tampak berkunjung di kantor tersebut.
Sementara ekpresi wajahnya yang lugu, turut membuat orang yang melihat pada dirinya menjadi bertanya-tanya tentang kepribadian dari dirinya. Karna Negara selalu cuek, acuh karna belum mengenal kepada siapa saja yang melihat padanya dan siapa saja yang telah dilihat olehnya balik. Dan kini ia telah sampai di depan pintu calon ruang kerjanya, lalu ayahnya berkata pamit untuk pergi ke ruang rapat karna sudah tiba waktunya menjalani rapat.
Negara pun berkata mengiyakan mulai mempersiapkan kemandiriannya di kantor tersebut, dan ayahnya sudah beranjak pergi meninggalkannya. Usai melihat ayahnya yang sudah beranjak pergi, ia melihat ke papan nama yang bertuliskan nama dirinya sendiri tepat terpajang dipintu calon ruang kerjanya itu. Tertulis, “Kusuma Negara”, dibawah namanya tertulis juga, “Manager Perusahaan”. Kemudian tidak sengaja melihat seorang office boy sedang berjalan akan melewati dirinya.
“Hey! Selamat pagi!”, sapanya mengagetkan office boy itu yang langkahnya menjadi terhenti di depannya. Sebab Negara menghalanginya untuk berjalan melewati. “Bisa ambilkan saya air?”, tanya Negara sedikit memberi perintah. Office boy itu menegakkan kepalanya baru melihat padanya, karna sedari tadi office boy itu menundukkan kepalanya.
“Maaf, saya ditugaskan untuk mengantarkan minuman ini kepada seorang putra dari bapak Kusuma Jaya.”, office boy itu berkata maaf karna sudah mendapat perintah yang harus dijalaninya lebih dulu. Negara mulai menatapnya bingung, sedangkan office boy itu merasa heran dengan keluguan wajah dirinya.
“Kalau begitu, buka saja pintu ini dan kau letakkan minuman ini di meja dari dirinya?! Mungkin saja seorang putra dari bapak Kusuma Jaya sedang menunggu anda di dalam?”, Negara mencoba memberi perintah agar office boy itu mahu memasuki ruang kerja tersebut.
Office boy itupun beralih tuk membaca pada papan nama di pintu ruang kerja tersebut, setelah melihat hening pada dirinya. Lalu mencoba memasukinya memakai kesopanan karna sudah mengetahui ruang kerja milik siapa yang telah dimasukinya. Sesampainya didalam, office boy itu langsung meletakkan minuman yang telah dibawanya tadi tepat di meja kerja atas nama Kusuma Negara sembari membersihkan sedikit debu yang terlihat dari meja kerja tersebut.
Setelah melihat kebersihan serta kerapihan dari meja kerja tersebut, office boy itupun membalikkan tubuhnya kebelakang lalu menjadi kaget seketika. Karna terlanjur melihat Negara yang sedang memakai tanda pengenal sebagai “Kusuma Negara”, di bawah namanya tertulis juga, “Manager Perusahaan”, di bagian kiri pada bajunya. “Jadi, anda adalah seorang putra dari bapak Kusuma Jaya?”, tanya office boy itu lebih meyakinkan berwajahkan masih kaget bercampur tanya.
Negara yang baru usai memakai tanda pengenalnya, melihat padanya menunjukkan senyum berwibawa. “Wajah anda yang lugu, keperibadian anda yang sepertinya jujur, membuat saya tidak berpikir kalau anda adalah dia, Kusuma Negara. Selamat datang pak Kusuma Negara.”, office boy itu memberi pujian tulus bertatap senang menerima kedatangannya. Negara menjadi tersanjung hanya berbalas senyum. Dan office boy itu permisi beralih untuk pergi dengan kesopanannya.
Negara pun mempersilahkannya masih berwibawa. Dan dari pertemuan pertama Negara dengan office boy itulah, yang akan menciptakan sebuah pertemanan antara Negara dan mantan office boy yang belum diketahui nama sebenarnya.

S A C Uku
bukan cerita cinta segitiga!!!

Siang harinya, Firlana mengunjungi rumah kediaman Dilara untuk memberitahukan berita gembira tentang dirinya sendiri. Firlana akan memberitahukan berita gembira tentang beberapa hasil dari pemotretannya telah diterima oleh pemilik rumah galeri yang bernama “MILARATIONIC”. Rumah galeri “MILARATIONIC” sangat terkenal, dan sudah berhasil bekerja sama dengan beberapa Negara di luar sana. Sebab itulah Firlana begitu antusias tuk segera memberitahukannya pada Dilara, sahabatnya.
Dan kini Firlana sudah sampai di rumah kediaman Dilara, berdiri di depan pintu masuk rumah Dilara menunggu akan dibukakannya pintu masuk rumah tersebut. Begitu diketahuinya jika Dilara sendiri yang telah membukakan pintu masuk untuknya. Firlana langsung berbicara memberitahukan, “Aku berhasil bergabung dengan rumah galeri “MILARATIONIC”, dengan amat girangnya. Dilara menjadi hening sesaat karna merasa kaget lebih dulu, melihatnya diam.
“Bohong!”, ucap Dilara dengan kekakuan sikapnya karna masih merasa kaget. “Seratus persen real!! Ini adalah bayaran atas upayaku, bekerja mengumpulkan uang untuk membeli camera yang aku suka, dan hasil pemotretan yang sudah aku kirim diterima dengan nilai yang bagus!”, Firlana menceritakan upayanya serta menjelaskan tuk meyakinkan. Dilara yang sudah mendengarkan, baru memeluk sahabatnya itu ikut bergembira, lalu melihat wajah sahabatnya itu menjadi berpandangan.
“Apa aku harus selalu memeritahukan berita gembira dulu, baru kamu peluk aku seperti kali ini?”, singgung kecil Firlana mencoba menggodanya. Dilara meresponnya dengan tertawa kecil beralih memukul dirinya kecil karna mearsa gemas. “Bahagiaku makin bertambah, ketika sahabatku sudah menunjukkan keberhasilannya.”, ungkap Dilara menatap senang. Begitupun Firlana namun ada sesuatu yang makin tumbuh pada dirinya sendiri terutama pada perasaannya. Mereka saling bertatapan bahagia lalu berakhir saat ponsel milik Firlana berbunyi.
Ternyata itu merupakan pesan dari rumah galeri “MILARATIONIC”, Firlana pun akan berkata permisi untuk pamit menyudahi pertemuannya. “Udahan dulu ya. Karna aku harus menyerahkan hasil pemotretan yang baru aku cetak ke rumah galeri “MILARATIONIC”. Do’ain agar mereka mampu menaikkan nilai hasil pemotretanku.”, katanya bertatap sedikit segan karna harus berpisah. “Hati-hati Firlana. Do’a terbaik akan selalu menyertai kita.”, balas Dilara mempersilahkannya.
Dan Firlana mulai berbalik, bergegas akan segera pergi beralih menuju kerumah galeri “MILARATIONIC”. Sementara Dilara masih melihat pada dirinya masih dengan rasa senangnya hingga Firlana menaiki kendaraan motornya. Persahabatan mereka begitu akrab, dekat, hingga pada suatu hari nanti akan ada yang sangat merasa terluka karna sebuah kenyataan diantara keduanya.

Dan ditempat lain. . . .

Masih di kantornya, Negara sedang berjalan mengikuti irama langkah kakinya akan segera menuju ke ruang kerjanya sendiri. Wajahnya yang selalu lugu, cara berjalannya yang cuek serta acuh. Membuat orang yang dilewatinya satu-persatu perhatiannya beralih kepadanya hingga dirinya sudah sampai ke ruang kerjanya, memasukinya. Sesampainya di dalam ruang kerjanya sudah menutup pintu ruang kerjanya, Negara menjadi berlari kecil ke meja kerjanya akan membuka sebuah bingkisan.
“Akhirnya, kak Nigeria mau juga menuruti permintaanku.”, bisiknya berucap syukur ketika sudah duduk di kursi kerjanya. Dan ternyata bingkisan itu berisi beberapa komik kesukaannya. Sebab sebelumnya Negara telah menelepon kakaknya yang bernama Nigeria, untuk membawakannya beberapa komik kesukaannya karna mulai merasa jenuh. Kakaknya yang memiliki sifat keibuan pun mahu menuruti permintaan dari adik bungsunya tersebut.
Nama lengkap dari kakaknya adalah Kusuma Nigeria, lahir di Nigeria berbeda dua tahun lebih tua darinya. Dan kakaknya yang pertama bernama Kusuma New Delhi, lahir di India Negara asal dari ayahnya. Usianya berbeda empat tahun lebih tua darinya, dan kini telah bekerja di India sebagai Insinyur muda. Negara adalah seorang putra tunggal karna kedua kakaknya merupakan anak perempuan.

S A C Uku
bukan cerita cinta segitiga!!!

Kini malam telah menyapa. Di sebuah restaurant telah ada pertemuan antara ayah dari Negara dengan ayah dari Dilara. Keduanya di sana akan membincangkan sesuatu, sesuatu yang akan mereka bincangkan secara empat mata lebih dulu. Sebelum menyampaikannya ke orang lain yang telah mereka kehendaki secara masing-masing. Dan mereka berduapun akan memulai perbincangan, dengan sudah duduk bersama dalam keadaan sangat berwibawa, berhadapan serta berpandangan.
“Putraku, sudah mulai bekerja pada hari ini. Semoga saja ia dapat beradaptasi dengan lingkungan barunya, di dalam gedung perusahaan keluarga saya.”, ayah dari Negara memulai alias pak Kusuma Jaya. Ayah dari Dilara memberi senyum mendengarkannya. “Lalu, bagaimana dengan putri tunggal anda? Sejak pada tiga tahun lalu kita bertemu, sampai sekarang saya masih penasaran dengan putri anda.”, sambung pak Kusuma Jaya menanyakan Dilara.  
“Usianya, sama seperti putra anda. Akan tetapi sayangnya, putri saya belum mendapatkan pekerjaan bahkan melamar pekerjaan pun belum.”, ayah dari Dilara bercurah alias pak Arora Hakim. sedikit melihat keluh.
“Secara kebetulan, di kantor perusahan saya sedang membutuhkan seorang karyawan. Dan bagaimana, kalau kita mencoba tuk mengenalkan anak kita di sana? Karna saya ingin anak kita dapat berteman, seperti kita yang hingga pada sekarang ini?”, pak Kusuma Jaya berkata permisi tuk meminta. Pak Arora Hakim mencoba memikirkan sejenak.
“Saya merasa senang serta kaget mendengar sebuah penawaran, pekerjaan untuk putri saya. Saya setuju, akan tetapi bagaimana kita akan memulainya?”, ungkap pak Arora Hakim meminta saran padanya.
Pak Kusuma Jaya langsung mengatakan, mengujarkan sebuah jawaban dari pertanyaan darinya. Pak Kusuma Negara mengujarkan, kalau Dilara akan dipekerjakannya sebagai asisten dari putranya sendiri, Negara. Sebab putranya itu belum mempunyai asisten tuk membantunya dalam bekerja. Namun ada yang lain disampaikannya pada pak Arora Hakim dari dirinya. Pak Kusuma Jaya menyampaikan, selain anak mereka bisa bekerja dalam satu perusahaan.
Meski harus dibatasi dengan seorang bos dan seorang asisten. Mereka akan bisa lebih mengenalkan kedua anak mereka yang bisa berujung pada sebuah perjodohan, sebab sudah pasti kedua anak mereka sudah saling mengenal ketika masih bekerja dalam satu perusahaan tersebut. Jadi pada intinya, apa yang sudah mereka sedang perbincangkan tadi hanyalah sebuah alasan untuk bisa menjodohkan anak mereka berdua.
Awalnya, hanya pak Kusuma Jaya yang menginginkan perjodohan itu. Dan setelah pak Arora hakim mendengar penuh apa yang sudah disampaikan oleh dirinya, menjadi ikut mendukung tentang rencana perjodohan pada kedua anak mereka. Dan perbincangan pun berakhir dengan mulai terciptanya suasana setengah kekeluargaan diantara keduanya.

Dirumah kediaman Negara. . . .

Negara sedang berada dikamarnya, bahkan ia disana terlihat santai bersandar di tempat tidurnya sambil menonton film anime kesukaannya, Naruto Movie. Sebab ia sudah terbiasa serta melakukan kebiasaannya itu hampir disetiap harinya ketika akan menjelang tidur, dan ia tidak akan bisa tidur jika belum menonton film anime kesukaannya itu. Dan hanya pada waktu tertentu saja yang bisa memalingkannya dari kebiasaannya itu sebelum beranjak untuk tidur.

S A C Uku
bukan cerita cinta segitiga!!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar