Rabu, 15 Februari 2017

S A C Uku #12

Hari telah berganti, ketika waktu baru menunjukkan pukul sembilan pagi. Firlana yang sudah berada di rumah galeri tempatnya telah bekerja. Mengambil ponsel miliknya dari saku baju jasnya berniat akan mencoba menghubungi Dilara. “Selamat pagi gadis pujaanku, yang masih jadi sahabatku kini.”, bisiknya kecil ketika menaruhkan ponsel miliknya ditelinga kanannya. Namun sayangnya nomor ponsel Dilara tidak bisa dihubungi.
Dan Firlana baru mengerti kalau apa yang sudah disampaikan Dilara pada malam tadi memang benar adanya, terlintas dipikirannya. Terlintas dipikiran Firlana seperti itu, sebab belum mengetahui kebohongan Dilara dalam penyampaiannya pada malam tadi.

Beralih pada Negara. . . .

Seperti hari biasanya, Negara kembali bekerja di kantor perusahaan milik keluarganya. Di ruang kerjanya sendiri, Negara melanjuti kegiatannya yang terputus pada malam tadi tanpa disadari penuh olehnya. Kegiatannya adalah melihat denah lokasi yang akan diselenggarakannya sebuah pameran dari rumah galeri milik Milara. Kemudian beralih dengan mengirim pesan suara ke Milara melalui ponsel miliknya, mengatakan kalau dirinya sangat menyukai denah lokasi yang sudah Milara susun sendiri.
Dan di sana, Milara baru saja menerima pesan suara darinya. Lalu menjadi senyum sendiri karna Negara menyukai konsep dari denah lokasi yang sudah ia buat sendiri. Sebab dari dulu hingga sekarang, Negara adalah orang kepercayaan dirinya ketika sedang bimbang ataupun dilema untuk bertindak, melakukan sesuatu.

Sore harinya. . . .

Di rumah kediaman Dilara, ayahnya baru saja pulang dari kantor memasuki pintu rumah dengan disambut hangat oleh ibunya. Bahkan masih dengan kehangatan, keduanya kini berjalan bersama menuju ke ruang makan. Dan ketika keduanya sudah sampai di ruang makan, duduk bersama di meja makan, bersebelahan. Ayahnya menanykan tentang keberadaan Dilara, karna ingin menyampaikan sesuatu. Ibunya pun mengatakan kalau Dilara sedang tidak ada di rumah. Keduanya akan berbicara.
“Kemana dia? Tidak biasanya dia berpergian pada sore hari begini?”, tanya ayahnya melihat ke ibunya. Ibunya sudah melihat dulu ke ayahnya.
“Wajar saja ayah, sebenarnya dia pergi dari tadi siang. Bibi yang memberitahu sewaktu ibu baru pulang dari supermarket.”, pengakuan ibunya melihat santai.
Ayahnya merespon dengan berpaling melihat kedepan sambil menggeleng, lalu melihat bibi seorang asisten rumah tangga membawakan makanan untuk keduanya. Dan keduanya pun beralih untuk makan sore bersama, ibunya bermaksud menemani ayahnya. Alhasil, ayah dan ibu dari Dilara sedikit melupakan tentang keberadaan dari putrinya yang belum pulang dari perginya.

S A C Uku
bukan cerita cinta segitiga!!

Kini malam telah datang. Ketika hampir memasuki pertengahan malam, ibu dari Dilara terbangun dari tidurnya karna teringat dengan kabar dari putrinya yang tidak jelas sedang berada dimana. Lalu beralih dari tempat tidurnya, beranjak pergi menuju ke kamar dari putrinya itu, untuk mengetahui jelas apakah putrinya sudah pulang kembali ke rumah atau masih belum jua. Dan sesampainya di kamar dari putrinya, sudah memasuki ke dalam kamar dari putrinya pula.
Ibunya hanya menemukan sebuah tempat tidur kosong, sudah jelas lagi kalau kamar tersebut masih tak berpenghuni. Lalu ia bergumam, “Dimana Dilara? Tidak biasanya dia seperti yang sudah terjadi kini?”. Setelah bergumam, ibunya beralih beranjak menuju ke meja belajar sembari membuka sebuah laci dan menemukan sebuah ponsel milik Dilara. Ibunya pun langsung mengambil ponsel milik Dilara melupakan sebuah kertas yang masih tersimpan dibalik ponsel itu yang terletak tadi.
“Astaga, ponselnya sengaja Dilara nonaktifkan?”, gumam ibunya lagi mulai bertanya-tanya serius sendiri. menatapi ponsel itu. Kemudian terbesit akan menanyakan keberadaan Dilara pada Firlana, sebab bila Dilara sedang berada diluar rumah maka tidak akan pernah jauh dari Firlana. Kemudian teringat dengan kebersamaan Dilara dan Firlana didepan matanya dulu, yang begitu dekat sehingga mulai membuat perasaan ibunya menjadi cemas.
“Tidak! Mereka tidak akan sampai begitu! Dilara, ibu yakin jika kau sedang tidak bersamanya bukan?”, tanya berbisik ibunya sendiri berwajahkan cemas. Namun dialihkannya kini dengan menaruh ponsel milik Dilara pada tempatnya semula lalu beralih pergi akan menuju ke kamarnya semula. Dan itu dilakukannya agar ayahnya tidak sampai terbangun yang mungkin akan berlanjut menaruh curiga pada ibunya.

Esoknya di siang hari. . . .

Di rumah galeri “MILARATIONIC”, Firlana telah meninggalkan ponselnya di meja, di dalam ruang kerjanya sendiri. Dan kini ponsel miliknya itu berdering menandakan ada seorang yang telah mencoba menghubungi dirinya. Setelah seorang yang telah mencoba menghubungi dirinya sebanyak tiga kali, Firlana baru mengambil ponselnya karna baru saja kembali ke dalam ruang kerjanya sendiri. Firlana yang sudah mengetahui bahkan baru mengetahui, langsung menjawab teleponnya.
“Pagi, apa kabar? Ponselnya sudah kamu ambil dari asrama yah? Wah, jadi aku gak perlu bingung lagi untuk menghubungi kamu jika aku sedang perlu bicara sama kamu.”, Firlana menjawabnya secara spontan karna merasa senang lebih dulu. Sedikit menggebu. Sementara yang menghubungi dirinya adalah ibu dari Dilara, ibu dari Dilara yang kini menjadi hening beberapa saat karna sudah terlanjur mendengar Firlana yang menjawab dengan langsung berkata sedemikian rupa itu.
“Dilara sedang menunggumu di rumah. Sebisa mungkin hari ini juga kau bisa datang kemari!!! Karna ada yang perlu saya bicarakan denganmu, Firlana.”, ibu dari Dilara langsung memberi perintah sehingga menciutkan nyali Firlana untuk menjawab telepon darinya lagi. Dan Firlana di sana pun menjadi terdiam kaget, karna baru tersadar kalau yang sedang menghubungi dirinya adalah ibu dari Dilara.
Kemudian melepaskan ponselnya dari telinga dirinya, melihat kelayar ponsel yang sudah berstatus panggilan terputus.“Tuhan, ada apa dengan Dilara? Mengapa aku mulai merasa cemas ketika sudah mendengar sebuah perintah berupa ajakan dari ibunya?”, gumamnya seketika mulai merasa lemas sendiri.

S A C Uku
bukan cerita cinta segitiga!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar