Rabu, 15 Februari 2017

S A C Uku #22

Esok harinya, Firlana yang sedang berada di Singapura. Mengikuti seorang saudara laki-laki dari ayahnya, untuk melakukan check up disebuah rumah sakit di sana. Alasan dirinya memperkuat tekadnya untuk melakukan check up, karna mematuhi perintah dari ayahnya yang telah memintanya untuk melakukan check up di sana. Sesampainya di rumah sakit, Firlana bersama saudara laki-laki dari ayahnya yang sebagai paman kandungnya.
Bertemu langsung dengan seorang Dokter yang akan menangani kesehatan dari Firlana. Seorang Dokter tersebut merupakan seorang teman baik dari ayahnya, jadi tidak perlu ada kecanggungan di saat mereka bertiga sedang bercakap-cakap. “Kira-kira, butuh waktu berapa lana keponakan saya akan melakukan pemeriksaan kesehatannya ke seluruh tubuhnya?”, tanya paman dari Firlana usai bercakap-cakap berbasa-basi.
“Hampir sehari. Tidak lama kok!”, buka Dokter tersebut melihat ke paman dari Firlana. “Lalu, kapan kita bisa menerima hasilnya?”, tanya lagi paman dari Firlana  melihat ingin memastikannya langsung. Dokter tersebut memberi senyum, berkata “Akan saya beritahu, ketika pemeriksaan ke seluruh tubuh pada saudara Firlana ketika telah usai dilakukan.”. Firlana menjadi tersenyum melihat ke Dokter tersebut.
Begitupun pamannya namun merasa curiga atas keluhan yang telah diterimanya dari ayah Firlana, perihal tentang mimisan yang keluar dari hidung Firlana. Namun daripada itu, pamannya tetap berharap sebuah kabar baik akan datang menghampiri Firlana serta ayahnya. Setelah bercakap-cakap yang demikian, mereka bertiga saling berjabat tangan. Firlana akan segera menjalani pemeriksaan ke seluruh tubuhnya, sementara pamannya akan menemani proses selama Firlana menjalaninya.

Beralih ke Indonesia. . . .

Di rumah kediaman Firlana, ayahnya sedang duduk santai di teras depan rumahnya. Ayahnya memang sedang duduk santai, namun jiwanya gelisah bercampur tegang merasa takut sebab akan segera mengetahui hasil pemeriksaan dari putranya itu. Entah kenapa, ia sangat mencrigai tentang kesehatan dari putranya karna sebuah kejadian pada malam kemarin. Pemikirannya pun kini mulai membayangi kalau ada sebuah penyakit kritis yang sudah bernaung pada tubuh putranya itu.
Dan keadaan ayahnya kini sedang melamun, melihat kedepan disertai tatapan kosong sambil membisikkan sesuatu. “Firlana milik abi. Walaupun sesungguhnya Firlana adalah sebuah titipan dari Tuhan. Abi sayang, putra abi jangan pernah pergi ya, I miss you.”. bisikkannya bernadakan amat sayang sedikit berkeluh.

Sore harinya ditempat lain. . . .

Negara sedang berkunjung ke rumah galeri milik Milara, ia berkunjung ke sana karna Milara memberitahukan kalau hari ini di rumah galeri miliknya sudah terpajang gambar dari semua karakter pada film Naruto beberapa waktu lalu. Dan kini Negara sudah bediri melihat-lihat gambar dari semua karakter pada film Naruto tersebut bersama Milara, di dalam gedung rumah galeri milik Milara. Negara merasa senang, karna hobinya yang suka menonton anime khususnya Naruto.
Telah terpajang di rumah galeri milik sahabatnya itu. “That’s was nice!”, Negara memberi penilaian masih melihat-lihat gambar-gambar tersebut. lalu menunjuk gambar dari karakter Sakura, “Kawaii”, sambungnya membeeri penilaian pada gambar dari karakter Sakura. “kawaii?”, tanya Milara ingin mengetahui arti dari kata Kawaii disamping dirinya. Negara pun menjadi tersenyum melihat ke Milara disampingnya.
“Kawaii, arti dalam bahasa Indonesia berartikan imut. Cantik juga bisa.”, Negara memberitahukan arti dari kata Kawaii berbahasa bijak nan lembut. Sehingga membuat Milara menjadi tersenyum karna tersanjung sedikit mempesona menatapi dirinya.

S A C Uku
bukan cerita cinta segitiga!!

Hari telah berganti, tepatnya pada hari ini Firlana akan segera pulang ke Indonesia. Namun sebelum benar akan pulang ke Indonesia, Firlana lebih dahulu berkunjung ke sebuah rumah sakit demi mengambil dokumen tuk mengetahui hasil pemeriksaan kesehatan ke seluruh tubuhnya dari seorang Dokter yang merupakan seorang teman dari ayahnya sendiri. Dan singkat saja, waktu di Singapura yang menunjukkan pukul delapan pagi.
Firlana bersama pamannya pun sudah berada di dalam ruang Dokter yang telah menanganinya, di rumah sakit tersebut. Setelah saling sapa juga berjabat tangan, mereka bertiga akan berbincang kecil dengan duduk saling berhadapan.
“Firlana, apa kau sudah siap untuk pulang kembali ke Indonesia?”, sapa Dokter itu melihat bijak nan senyum.
“Tentu saja, sebab, esok harinya saya harus kembali bekerja.”, sahut Firlana melihat Dokter itu penuh semangat.
Dokter itu yang melihat dirinya penuh semangat, memberikan sebuah dokumen hasil dari pemeriksaan kesehatan dirinya kepada pamannya. Dokter itu juga mempersilahkan paman dari dirinya untuk segera membuka dokumen tersebut. Dan pamannya mulai mencoba tuk membukanya, lalu berkata “Apakah, ini sungguhan?”, tanya pamannya melihat ke Dokter itu usainya membaca tulisan dari dokumen tersebut. menatap begitu menanyakan. Dokter itu mengangguk hening melihat ke pamannya.
Firlana yang baru saja merasa curiga melihat kontak di antara keduanya, mencoba merampas kecil dokumen tersebut dari tangan pamannya. “Firlana, ada baiknya kamu dirawat  di sini saja dulu.”, pamannya memberi nasihat sembari membujuknya. Sedangkan Firlana menjadi hening menetap menatap tulisan dari dokumen tersebut yang bertuliskan, “Leukimia”. Lalu Firlana akan berkata menyanggah kata nasihat serta bujukkan dari pamannya.
“Tidak, paman! Aku orangnya disiplin, sangat tidak mungkin aku membolos kerja walaupun hanya sehari saja!”, Firlana menyanggah dengan menyatakan kedisiplinan dirinya sendiri dalam bekerja. Menutup dokumen tersebut melihat kebawah,
“Leukimia yang sedang kau derita baru stadium awal. Jadi bisa menjalani pengobatan jalan. tapi ingat, kau tidak boleh lelah dan saya mohon kurangi kesibukanmu dalam bekerja.”, Dokter itu memberi penjelasan juga sedikit perintah larangan padanya.
Firlana pun menjadi tersenyum mengangguk melihat ke Dokter yang telah menanganinya, begitupula pamannya yang mulai merasa lega. Kemudian berakhir ketika pamannya berpamitan dengan Dokter untuk pergi sebab akan segera beralih pergi menuju ke bandara. Disusul dengan Firlana yang berpamitan pula sambil mengucapkan terimakasih karna telah menanganiya. Sebab karna penanganan dari Dokter itulah Firlana menjadi dapat mengetahui penyakit apa yang sedang ia derita.

Selang waktu berjalan. . . .

Firlana dan pamannya sudah berada di bandara, mereka sedang berpelukan akan melakukan sebuah perpisahan. “Nanti kalau kamu sudah sehat, main-main lagi kemari yah? Bawa ayahmu juga.”, pamannya berkata menyemangatkan keponakannya sebelum pergi untuk pulang ke Indonesia ketika baru melepaskan pelukannya. Melihat bijak nan haru. “Firlana janji paman! Firlana akan membawa abi dan seorang lagi kemari. Ami….?”, Firlana menyahut optimis menunjukkan semangatnya.
Namun menjadi terhenti diakhir katanya. “Ami, semoga kamu bisa bertemu lagi dengan ibumu?”, pamannya menyahut memberi do’a untuknya. Sebab sudah merasa mengerti dengan bahasa perasaan dari keponakannya itu. Firlana pun menjadi terharu kembali memeluk pamannya, “I miss you, uncle. Thanks to understaning of me.”, ucapan terimakasihnya merenyuhkan perasaan pamannya. Dan kemudian Firlana melepaskan pelukannya sembari melambaikan tangannya.
Mulai berpamitan untuk memasuki ke dalam bandara. Semntara pamannya hanya tersenyum haru, matanya mulai berkaca-kaca melihatnya sebab merasa kalau ayah dari Firlana kurang mengerti apa yang sedang dibutuhkan dari Firlana kini.

S A C Uku

bukan cerita cinta segitiga!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar