Rabu, 15 Februari 2017

S A C Uku #27

Hari telah berganti, di rumah galeri “MILARATIONIC” usainya jam makan siang berakhir pada limabelas menit lalu. Milara sedang berdiri di lobby menunggu kedatangan dari Negara tuk menemuinya di rumah galeri miliknya tersebut. Tak berapa lama menunggu, baru mulai terlihat jika Negara sedang berjalan di depannya dengan sudah tak jauh dari keberadaannya, segera menghampirinya. Milara pun menjadi tersenyum mulai merasa tidak sabar menantinya.
Dan begitu Negara baru saja berhenti di depannya, melihat biasa padanya Milara tanpa berbasa-basi langsung mengajaknya untuk memasuki ke dalam gedung rumah galeri miliknya. Meninggalkan lobby akan segera menuju ke ruangannya sendiri di dalam gedung rumah galeri miliknya tersebut. dan selang beberapa saat berjalan, langkah dari mereka berdua pun telah hampir sampai ke ruang kerja dari Milara. Milara tampak bersemangat ketika masih melangkah menuju ke ruang kerjanya sendiri.
Sedangkan Negara tampak biasa saja tampak pula begitu professional. Dan kini mereka berdua telah berada di dalam ruang kerja dari Milara. Keduanya sedang duduk di kursi khusus menerima tamu sambil melihat-lihat file pengerjaan dari Milara. Keduanya juga saling berdiskusi bila memang telah di perlukan pada file pengerjaan dari Milara untuk didiskusikan. Namun ada sebuah file pengerjaan dari Milara yang membuat Negara tidak mengetahui bahan apa yang cocok untuk di diskusikan olehnya.
Negara pun akan bertanya pada Milara, mereka berdua akan berdiskusi hingga akhirnya menyeret satu nama tuk bisa mendiskusikan file pengerjaan dari Milara yang telah membuat Negara bertanya.  
“Ini gambar yang telah di dapatkan dari alam liar. Dan yang bisa kamu ajak berdiskusi, adalah orang yang telah biasa kamu tugaskan untuk mengambil gambar di lapangan. Terutama di hutan atau kebun binatang?”, Negara memberi nasehat. Milara baru melihat padanya akan bertanya balik.
“Memangnya gambar tentang apa yang sudah kamu lihat dari file pengerjaannku?”, Milara bertanya mulai berwajah bingung. Negara menunjukkan gambar alam liar kepadanya, akan menjelaskan pertanyaannya sambil menunjuk beberapa objek dari gambar alam liar tersebut.
“Disini pertanyaannya, apakah hewan ini bersifat asli, atau malah bersifat buatan? Juga dengan objek lainnya yang tampak seperti nyata nan mengagumkan?”, Negara menjelaskan pertanyaannya sesuai dengan yang tertulis pada gambar dari alam liar tersebut.
“Entahlah, aku tidak kepikiran tentang file yang sedang kau tunjukkan. Tapi, ada seseorang yang bisa membantuku mendiskusikan file pengerjaanku yang sedang kau tunjukkan?”, Milara berkata berkeluh sambil mengingat seseorang mencoba mengamati gambar dari alam liar tersebut.
Negara menjadi berdiam kaku melihat padanya. Kemudian Milara mengajaknya keluar dari ruanagnnya sendiri sembari meminta Negara untuk membawa file pengerjaannya tersebut. Akan segera beranjak menuju ke suatu ruangan yang lain, sebab Milara baru mengingat seseorang yang akan bisa membantunya mendiskusikan file pengerjaannya tersebut, pikir dirinya.

Beberapa saat kemudian. . . .

Ternyata suatu ruangan yang telah di tuju tadi merupakan ruangan dari Firlana. Keduanya kini sedang berada di dalam ruang kerja dari Firlana, berdiri bersama di depan meja kerja dari Firlana. Menunggu Firlana memberikan jawaban dari file pengerjaan dari Milara, sebab Firlana masih melakukan pengamatan pada gambar alam liar tersebut. kemudian Firlana dapat memberi jawaban, menjelaskan objek mana sajakah yang mempunyai sifat nyata serta mempunyai sifat buatan.
Di saat Firlana sedang melakukannya dengan menunjuk beberapa objek dari gambar alam liar tersebut. Milara memperhatikannya penuh seksama, sedangkan Negara menatapi Firlana yang sangat jelas berkaitan dengan Dilara. Dan kini Firlana sudah melakukannya, Milara pun menjadi mengerti sangat merasa jelas memberi senyum padanya. Firlana pun memberi senyum balik padanya pula melihat senang. “kalau begitu, saya permisi dulu.”, ucap pamit Milara padanya.
Firlana mengangguk mempersilahkan. Dan Milara bersama Negara pun benar beranjak pergi meninggalkan Firlana. Namun begitu beberapa langkah mereka berdua telah meninggalkan ruang kerja dari Firlana, mendadak Milara meminta Negara tuk berhenti sejenak sebab ada yang ingin dikatakannya. “Negara, sebaiknya kau membantuku untuk mengambil hasil percetakan, yang mungkin sudah tercetak di ruang percetakan sana!”, pintanya memohon melihat Negara.
Negara yang sudah melihat serta mendengrnya, mengangguk dan langsung berbalik arah beralih menuju ke ruang percetakan akan melewati ruang kerja dari Firlana. Mereka berduapun menjadi terpisah keadaannya dalam beberapa saat.

S A C Uku
bukan cerita cinta segitiga!!

Di ruang percetakan, ada beberapa karyawan yang sedang sibuk mencetak. Termasuk Dilara yang telah membantu seorang karyawan, merupakan seorang teman dari Firlana melakukan percetakan sebuah tugas dari Firlana. Ceritanya Dilara sedang membantu mengerjakan tugas dari Firlana. Dilara bersikap ramah pada karyawan yang merupakan seorang teman dari Firlana itu, bahkan keduanya sambil berbincang-bincang menunggu hasil percetakan yang sedang di kerjakan akan selesai.
Usainya berhasil mengerjakan tugas dari Firlana di ruang percetakan, Dilara berterimakasih karna telah membantunya sembari berkata pamit akan beranjak pergi menuju ke ruang kerja dari Firlana. Namun ketika dirinya baru saja beranjak lima langkah akan meninggalkan, langkahnya menjadi terhenti merasa sedikit kaget sebab melihat Negara yang telah memasuki ruang percetakan yang sama. Dilara pun bergumam, “Negara? Sedang apa dia di sini?”, berwajah tanya nan kaget menatapinya.
Sementara Negara baru saja terpandang menjadi berhenti melihat biasa padanya. “Hey kamu? Sedang apa di sini?”, tanya Negara secara langsung melihat dirinya yang telah memegang beberapa kertas hasil dari percetakan. Dilara menjadi teringat tentang kejadian kemarin, saat Negara menolak makanan sayur asam persembahan dari ibunya sendiri. Mulai merengutkan wajahnya, berdiam diri. Negara pun mulai menjadi bingung melangkah mendekati Dilara.
“jadi aku telah berbuat salah lagi? sehingga kau merengutkan wajahmu lagi terhadapku?”, Negara bertanya seketika sudah menghentikan langkahnya di depan dirinya. Dilara akan mengungkap serta memberi jawaban.
“Aku belum bisa melupakan, saat hari kemarin kau telah menolak makanan sayur asam persembahan dari ibuku. Hanya karna ego, kau memilih tuk mengingkari janjimu….”, Dilara mengungkap namun telah dipotong oleh Negara.
“Aku akan mengganti jan-ji-ku! Bawakan lagi makanan sayur asam untukku, maka aku akan menghabiskannya dengan lahap!”, Negara langsung berkata menegaskan walaupun harus memotong pembicaraan dari drinya.
Dilara menunjukkan senyum berkeluh, pandangannya menganggap enteng terhadap Negara. “semoga saja sesuai dengan apa yang sudah bapak sampaikan kepada saya.”, Dilara menyahut berkeluh menyindir Negara. Negara menjadi tertawa berbisik konyol melihatnya. Sedangkan Dilara merasa terganggu lalu menepuk dada dari Negara menyampaikan emosi lalu beranjak meninggalkan. Dan Negara kembali bersikap biasa berhenti dari tawa berbisik konyolnya, berlalu melakukan tugasnya.

S A C Uku

bukan cerita cinta segitiga!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar