Hari telah berganti, di rumah
galeri “MILARATIONIC” usainya jam makan siang berakhir pada limabelas menit
lalu. Milara sedang berdiri di lobby menunggu kedatangan dari Negara tuk
menemuinya di rumah galeri miliknya tersebut. Tak berapa lama menunggu, baru mulai
terlihat jika Negara sedang berjalan di depannya dengan sudah tak jauh dari
keberadaannya, segera menghampirinya. Milara pun menjadi tersenyum mulai merasa
tidak sabar menantinya.
Dan begitu Negara baru saja
berhenti di depannya, melihat biasa padanya Milara tanpa berbasa-basi langsung
mengajaknya untuk memasuki ke dalam gedung rumah galeri miliknya. Meninggalkan
lobby akan segera menuju ke ruangannya sendiri di dalam gedung rumah galeri
miliknya tersebut. dan selang beberapa saat berjalan, langkah dari mereka
berdua pun telah hampir sampai ke ruang kerja dari Milara. Milara tampak
bersemangat ketika masih melangkah menuju ke ruang kerjanya sendiri.
Sedangkan Negara tampak biasa saja
tampak pula begitu professional. Dan kini mereka berdua telah berada di dalam
ruang kerja dari Milara. Keduanya sedang duduk di kursi khusus menerima tamu
sambil melihat-lihat file pengerjaan dari Milara. Keduanya juga saling
berdiskusi bila memang telah di perlukan pada file pengerjaan dari Milara untuk
didiskusikan. Namun ada sebuah file pengerjaan dari Milara yang membuat Negara
tidak mengetahui bahan apa yang cocok untuk di diskusikan olehnya.
Negara pun akan bertanya pada
Milara, mereka berdua akan berdiskusi hingga akhirnya menyeret satu nama tuk
bisa mendiskusikan file pengerjaan dari Milara yang telah membuat Negara
bertanya.
“Ini gambar yang telah di dapatkan
dari alam liar. Dan yang bisa kamu ajak berdiskusi, adalah orang yang telah biasa
kamu tugaskan untuk mengambil gambar di lapangan. Terutama di hutan atau kebun
binatang?”, Negara memberi nasehat. Milara baru melihat padanya akan bertanya
balik.
“Memangnya gambar tentang apa yang
sudah kamu lihat dari file pengerjaannku?”, Milara bertanya mulai berwajah
bingung. Negara menunjukkan gambar alam liar kepadanya, akan menjelaskan
pertanyaannya sambil menunjuk beberapa objek dari gambar alam liar tersebut.
“Disini pertanyaannya, apakah
hewan ini bersifat asli, atau malah bersifat buatan? Juga dengan objek lainnya
yang tampak seperti nyata nan mengagumkan?”, Negara menjelaskan pertanyaannya
sesuai dengan yang tertulis pada gambar dari alam liar tersebut.
“Entahlah, aku tidak kepikiran
tentang file yang sedang kau tunjukkan. Tapi, ada seseorang yang bisa
membantuku mendiskusikan file pengerjaanku yang sedang kau tunjukkan?”, Milara
berkata berkeluh sambil mengingat seseorang mencoba mengamati gambar dari alam
liar tersebut.
Negara menjadi berdiam kaku
melihat padanya. Kemudian Milara mengajaknya keluar dari ruanagnnya sendiri sembari
meminta Negara untuk membawa file pengerjaannya tersebut. Akan segera beranjak
menuju ke suatu ruangan yang lain, sebab Milara baru mengingat seseorang yang
akan bisa membantunya mendiskusikan file pengerjaannya tersebut, pikir dirinya.
Beberapa saat kemudian. . . .
Ternyata suatu ruangan yang telah
di tuju tadi merupakan ruangan dari Firlana. Keduanya kini sedang berada di
dalam ruang kerja dari Firlana, berdiri bersama di depan meja kerja dari
Firlana. Menunggu Firlana memberikan jawaban dari file pengerjaan dari Milara,
sebab Firlana masih melakukan pengamatan pada gambar alam liar tersebut.
kemudian Firlana dapat memberi jawaban, menjelaskan objek mana sajakah yang
mempunyai sifat nyata serta mempunyai sifat buatan.
Di saat Firlana sedang
melakukannya dengan menunjuk beberapa objek dari gambar alam liar tersebut.
Milara memperhatikannya penuh seksama, sedangkan Negara menatapi Firlana yang
sangat jelas berkaitan dengan Dilara. Dan kini Firlana sudah melakukannya,
Milara pun menjadi mengerti sangat merasa jelas memberi senyum padanya. Firlana
pun memberi senyum balik padanya pula melihat senang. “kalau begitu, saya
permisi dulu.”, ucap pamit Milara padanya.
Firlana mengangguk mempersilahkan.
Dan Milara bersama Negara pun benar beranjak pergi meninggalkan Firlana. Namun
begitu beberapa langkah mereka berdua telah meninggalkan ruang kerja dari
Firlana, mendadak Milara meminta Negara tuk berhenti sejenak sebab ada yang
ingin dikatakannya. “Negara, sebaiknya kau membantuku untuk mengambil hasil
percetakan, yang mungkin sudah tercetak di ruang percetakan sana!”, pintanya
memohon melihat Negara.
Negara yang sudah melihat serta
mendengrnya, mengangguk dan langsung berbalik arah beralih menuju ke ruang
percetakan akan melewati ruang kerja dari Firlana. Mereka berduapun menjadi
terpisah keadaannya dalam beberapa saat.
S A C Uku
bukan cerita cinta segitiga!!
Di ruang percetakan, ada beberapa
karyawan yang sedang sibuk mencetak. Termasuk Dilara yang telah membantu
seorang karyawan, merupakan seorang teman dari Firlana melakukan percetakan
sebuah tugas dari Firlana. Ceritanya Dilara sedang membantu mengerjakan tugas
dari Firlana. Dilara bersikap ramah pada karyawan yang merupakan seorang teman
dari Firlana itu, bahkan keduanya sambil berbincang-bincang menunggu hasil
percetakan yang sedang di kerjakan akan selesai.
Usainya berhasil mengerjakan tugas
dari Firlana di ruang percetakan, Dilara berterimakasih karna telah membantunya
sembari berkata pamit akan beranjak pergi menuju ke ruang kerja dari Firlana. Namun
ketika dirinya baru saja beranjak lima langkah akan meninggalkan, langkahnya
menjadi terhenti merasa sedikit kaget sebab melihat Negara yang telah memasuki
ruang percetakan yang sama. Dilara pun bergumam, “Negara? Sedang apa dia di sini?”,
berwajah tanya nan kaget menatapinya.
Sementara Negara baru saja
terpandang menjadi berhenti melihat biasa padanya. “Hey kamu? Sedang apa di sini?”,
tanya Negara secara langsung melihat dirinya yang telah memegang beberapa
kertas hasil dari percetakan. Dilara menjadi teringat tentang kejadian kemarin,
saat Negara menolak makanan sayur asam persembahan dari ibunya sendiri. Mulai
merengutkan wajahnya, berdiam diri. Negara pun mulai menjadi bingung melangkah
mendekati Dilara.
“jadi aku telah berbuat salah
lagi? sehingga kau merengutkan wajahmu lagi terhadapku?”, Negara bertanya
seketika sudah menghentikan langkahnya di depan dirinya. Dilara akan mengungkap
serta memberi jawaban.
“Aku belum bisa melupakan, saat
hari kemarin kau telah menolak makanan sayur asam persembahan dari ibuku. Hanya
karna ego, kau memilih tuk mengingkari janjimu….”, Dilara mengungkap namun
telah dipotong oleh Negara.
“Aku akan mengganti jan-ji-ku!
Bawakan lagi makanan sayur asam untukku, maka aku akan menghabiskannya dengan
lahap!”, Negara langsung berkata menegaskan walaupun harus memotong pembicaraan
dari drinya.
Dilara menunjukkan senyum
berkeluh, pandangannya menganggap enteng terhadap Negara. “semoga saja sesuai
dengan apa yang sudah bapak sampaikan kepada saya.”, Dilara menyahut berkeluh
menyindir Negara. Negara menjadi tertawa berbisik konyol melihatnya. Sedangkan
Dilara merasa terganggu lalu menepuk dada dari Negara menyampaikan emosi lalu
beranjak meninggalkan. Dan Negara kembali bersikap biasa berhenti dari tawa
berbisik konyolnya, berlalu melakukan tugasnya.
S A C Uku
bukan cerita cinta segitiga!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar