Rabu, 22 Maret 2017

Jihana.b.RP



Sebuah cerita pendek. Telah diilhami dari kisah nyata. Berkisah dari awal seorang gadis, yang telah terlanjur memandang gelap dunianya hampir tak bermatahari. Redup, itulah cara dari seorang gadis tersebut dalam memandang dunianya. Akan tetapi di suatu hari kemudian, datang seorang pemuda dengan membawa sapa serta senyum ramahnya. Sehingga dapat membuat gadis tersebut bisa merubah pandangannya sendiri terhadap dunianya.
Tidak hanya itu saja, seorang pemuda itupun akan membuat gadis tersebut menjadi seperti ahli membuat sajak akan bahasa suatu perasaan. Bagaimanakah kisah dari seorang gadis dan seorang pemuda itu? Kisah seorang gadis dan seorang pemuda itu akan segera terbaca dalam sebuah kisah yang telah benar berjudul, "Jihana bukan Roman Picisan".

Jihana bukan Roman Picisan. . . .

Dimulai dari hari yang sedang akan memasuki pertengahan hari. Di rumah kediamannya, kebetulan ibunya sedang membuka usaha Laundry. Jihana sedang menjaga keadaan pada usaha Laundry tersebut. Sebab ibunya sedang pergi keluar rumah. Jihana adalah seorang gadis yang telah dimaksudkan tadi, diawal sebelum memulai kisah ini. Dan ketika hari telah sampai pada pertengahan hari, bertepatan dengan adzan yang telah berkumandang.
Jihana mulai melangkah berniat akan pergi ke atas rumah, demi menunaikan suatu kewajiban dalam agamanya. Namun ketika langkahnya sudah berpijak dilantai dua rumahnya. Tiba-tiba saja bel rumah berbunyi sembari menandakan bahwa ada pengunjung. Pengunjung yang dimaksud merupakan pengunjung yang berhubungan dengan usaha dari ibunya, Laundry. Jihana yang sudah mengetahui pastipun.
Berusaha melangkahkan kakinya melalui tangga tuk bisa sampai ke lantai bawah rumah. Dan ketika langkahnya sebentar lagi akan berpijak dilantai bawah rumah, pandangan matanya terpandang kepada siapa yang telah berkunjung pada waktu yang saat begini. Hatinya langsung bergumam, "Aduh gantengnya", setelah melihat paras dari seorang pengunjung itu. Sebab sewaktu tadi ketika Jihana terpandang padanya.
Seorang pengunjung itu sedang menunjukkan senyum ramah sembari melihat pada dirinya. Sedikit rasa pesona telah hinggap di dalam benak dari Jihana. Dan singkat saja, seorang pengunjung itu yang telah terlihat berupa sosok pemuda. Telah memasuki rumah dengan berdiam dihadapan Jihana, sedang Jihana duduk dibangku berniat akan melayaninya. Adegan kurang mengenakanpun akan terjadi pada keduanya.
Dan itu bermula dari Jihana sendiri. Jihana yang sedang duduk dibangku. Mendadak menjadi bingung karna mencari sesuatu. Ia sedang mencari Daftar Bon Laundry. Saat ketika sedang mencoba mencari letak dari Daftar Bon Laundry, Jihana merasa sedikit kebingungan secara tiba-tiba. Namun itu tidak berlangsung lama, sebab seorang pengunjung itu telah membantu dengan memunjukkan letak Daftar Bon Laundry tersebut.
Yang telah terletak dimeja dari bangku yang sedang diduduki oleh Jihana. Dan itu terulang lagi saat Jihana sedang mencoba mencari letak pulpen, padahal masih terletak dimeja dari bangku yang sedang diduduki oleh dirinya. Dua kali sudah pengunjung itu yang berupa sosok pemuda membantunya. Dan yang ketiga kalinya, terakhir pemuda itu membantunya memberitahui format dalam menghitung angka pada kalkulator.
Dan juga dari situlah, Jihana dapat mengetahui nama dari pemuda itu serta nama tempat pemuda itu sedang bekerja. Namun daripadanya, Pemuda itu telah pelit dalam memberitahukan alamat rumahnya pada Jihana. Sebab pemuda itu memakai alamat dari tempatnya ia sedang bekerja, bukan alamat dari rumah kediamannya sendiri. Ada suatu hal yang paling membuat Jihana menjadi geregetan.
Akan tetapi masih bisa dapat ia menutupinya sehingga mungkin tak terbaca oleh pemuda itu. Yaitu ketika Jihana sedang menulis keterangan dari identitas pemuda itu, tangannya bergematar kecil sedikit menahan rasa salah tingkah pada dirinya sendiri. Dan saat ketika pemuda itu pergi sebab telah usai, Jihana langsung merasa lega terbebas dari sesuatu yang tiba-tiba saja mendera pada dirinya sendiri tadi.
Nama dari pemuda itu adalah Niel, walau tadi Jihana harus mengeja nama dari pemuda itu sebab hampir saja keliru dalam menyebut nama dari pemuda itu.

********

Dan disuatu hari kemudian. . . .

Tepatnya di sore hari, sabtu sore. Jihana pergi untuk makan bakso bersama seorang adik sepupunya. Seorang adik yang masih ada aura polosnya dapat dipercaya oleh dirinya, Jihana. Dan sesampainya mereka berdua di tempat makan bakso, Jihana pun mulai berbagi dengan adik sepupunya itu. Mengutarakan apa yang telah terjadi padanya sendiri, saat pertama bertemu dengan sosok Niel.
Adik sepupunya itupun sesekali mencoba menyahut tanya, sebab merasa bingung karna tidak mengenal sosok Niel yang telah dimaksud oleh Jihana. Tetapi tidak sampai terlalu membatasi Jihana yang masih mengutarakan sembari memuji sosok Niel. Kemudian diakhiri dengan adik sepupunya yang mengatakan dalam penyampaiannya, jikalau seorang temannya sedang bekerja ditempat yang sama dengan sosok Niel.
Rasa syukur dirasakan oleh Jihana secara langsung pada saat yang sama. Sembari terpikirkan bahwa dunia ini memang sempit, terlintas dipikiran Jihana sendiri.

Selang beberapa hari kemudian. . . .

Dan apa yang telah dikatakan dalam penyampaian dari adik sepupunya itu, sangatlah benar adanya. Sebab adik sepupunya mampu bersaksi dalam penyampaiannya, bahwa ia sudah bertemu dengan seorang teman yang telah dimaksud. Dan secara tidak sengaja melihat foto dari sosok Niel sedang berfoto dengan seorang teman yang telah dimaksudnya itu. Adik sepupunya bersaksi dalam penyampaiannya dengan menanyakan ciri dari sodok Niel, bermulanya begitu.
Dan Jihana pun hanya mengangguk karna terpana, sebab ciri yang telah ditanyakan oleh adik sepupunya itu memang sama dengan sosok dari Niel. Sejenak Jihana terpikirkan sedikit lesuh, mencurigai sosok Niel pasti sudah memiliki,pacar. Sebab Jihana berpikir secara fisik, sosok Niel yang sudah setampan itu tidak mungkin berstatus jones. Dan Jihana mengutarakan pemikirannya itu kepada adik sepupunya.
Adik sepupunya pun menyahut, "Sepertinya dia tidak butuh pacar. Walaupun memiliki banyak teman cewe mungkin buat koleksi saja.”. Dari sahutan adik sepupunya itulah Jihana kini menjadi tenang perasaannya seperti merasa tuk meyakininya saja.

Mengulang dulu. . . .

Sebelum,adik sepupunya bersaksi dalam penyampaiannya. Jihana sempat bercerita bahwa telah melihat Niel yang kembali menunjukkan sapa sembari senyum ramahnya lagi padanya. Tepatnya saat Jihana sedang duduk berdiam bersama nenek dan bibinya. Bahkan neneknya bertanya padanya siapakah pemuda itu, Niel. Jelas saja Jihana menjawab, kalau pemuda itu aseorang karyawan dari BBQ, pernah Laundry pula dirumahnya.
Adik sepupunya yang mendengar ceritanya itu mulai memberi nasehat, kalau Jihana sebagai kakak sepupunya, tidak perlu menunggu. Sebab bila sudah ditunggu, dia yang ditunggu tidak akan tampak melintas berjalan didepan mata. Adik sepupunya bisa memberi nasehat demikian, karna Jihana sempat mengungkap bahwa tidak sedang memunggu kedatangan dari sosoknya.
Sebab pada hari-hari sebelumnya ia telah mencoba menunggu sosoknya sedang sosoknya tidak ada tampaknya terlintas berjalan didepan mata. Jihana telah menganggap itu sebagai pertemuan yang kedua, benar tidak disangkanya. Jihana pula mencurigai, bahwa tempat kediaman dari sosoknya sangat dekat dengan tempat kediaman daridirinya sendiri. Mungkin saja.

********

Telah sampai pada perenungan. Setelah beberapa waktu berjalan, Jihana masih terpikirkan tentang seseorang yang sama. kemudian ia dapat menyimpulkan, kalau apa yang telah dirasakannya kini karna seorang pamuda itu. Merupakan sebuah ujian dari Tuhan, tepatnya menguji sebuah prinsip yang sudah terlanjur dilakukan olehnya. Dan kesimpulan yang telah didapatkannya akan ditulisnya dengan berupa sajak akan suatu perasaan.
Dan selang beberapa hari kemudian, ia pun dapat menulis sajak akan suatu perasaannya berupa puisi yang begitu mengenang. Jihana memang bukan Roman Picisan. Akan tetapi sajak pada puisi yang sedang ia tulis, berupa sebuah ungkapan bahasa dari perasaannya. Kata-katanya Begitu tulus nan murni, mungkin akan menimbulkan rasa tersentuh bagi orang yang telah membacanya.
Sebab didalam puisinya, Jihana telah mengutarakan seluruh apa yang dirasakannya termasuk pada sebuah beban baginya sendiri. Kini telah tertulis dua buah puisi, karyanya dari pandangannya serta cara pandangnya pada orang yang sama. Dua buah puisi terbut masing-masing berjudul, Teruntuk kamu, terimakasih telah datang menyapaku dan Sebuah kisah pertemuan (dapat kalian baca dialamat blog : jfitrie.blogspot.com).  

********

Sebuah kisah pertemuan

Anak tangga sebagai saksinya
Dari pijakan kaki, yang telah melangkah turun
Hanya demi menyambut datangmu
Walau ku ketahui
Kau datang kemari hanya ingin menitipkan suatu amanah
Seketika kau sudah berdiri dihadapku
Senyum ramahmu
Sapamu
Pandanganmu
Seingatku kau seperti juga sedang, sedikit menatapku diam
Sebuah bangku itu, menjadi saksi selanjutnya
Bicaramu berniat baik memberitahuku
Membuatku merasa bingung
Merasa sedikit salah tingkah pula karnamu
Mungkin kau telah ikhlas tuk membantuku saat itu
Sebab saat itu aku benar bingung
Hampir tidak mengetahui letak
Tepatnya letak suatu barang yang memang sedang kucari
Hanya demi tuk melaksanakan suatu amanah
Hey,
Terimakasih karna aku telah merasa terajari
Keramahanmu, membuatku merasa satu pesona pada duniaku sendiri
Dan kini
Pertanyaan serta harapanku
Adakah suatu hari dikemudian
Sebuah kisah pertemuan ini terulang lagi?
Walaupun tidak terulang denganmu lagi
Akan segera terulang dengan seorang setelah kamu
Dia yang namanya telah tertulis pada kitab LAUH MAHFUD

********

Teruntuk kamu, terimakasih telah datang menyapaku

Aku layaknya sang musafir
Berjalan terus mencari arah yang kumahu
Masih didalam perjalananku
Aku menemukan sebuah titik kejenuhan
Hidupku,
Aku memandang matahari bercahaya redup?
Seolah-olah DUNIA ini telah mati?
Namun bukan DUNIA yang sedang dipijaki oleh miliaran manusia lainnya
Tetapi alangkah malangnya
DUNIA itu adalah DUNIAku sendiri
Dan disuatu hari kemudian, belum berganti masa
Aku kedatangan seorang yang dengan senyum ramahnya
Sedang menyapaku
Oh Tuhan. . . .
Benar saja aku langsung menggumam lantas memujinya dihati
Dia,
Seperti mengubah pandanganku terhadap DUNIAku sendiri
Dia,
Seperti telah membuat diriku menunggu
Namun melawan gejolak hasrat yang sedang aku rasakan kini
Terlepas dari itu, kini sudah dapat aku simpulkan
Ini, yang sudah aku rasakan sembari aku pendam kini
Merupakan cara dari Engkau dalam menguji keseriusan padaku
Tuk tetap teguh memegang prinsip yang sudah terlanjur aku katakan sembari niatkan
Teruntuk kamu, terimakasih telah datang menyapaku 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar