Vikram,
kini ia sedang membututi Mellissa dengan menunggunya keluar dari ruangannya
dicafe didalam kantor tersebut. Sebab telah ditemuinya jika Mellissa baru saja
keluar dari pintu gerbang rumahnya saat ketika Vikram tak sengaja akan melewati
rumahnya menggunakan motor Ninja Double R berwarna biru. Disaat dirinya masih
bersantai sambil menikmati secangkir minuman capucino melihat-lihat
disekitarnya, tiba-tiba saja terpandang pada sosok Mellissa yang baru saja
datang dicafe yang sama.
Dilihatnya
kini Mellissa sedang duduk bersama seorang clientnya membicarakan sesuatu
tentang pekerjaannya. Secara diam-diam Vikram pun memperhatikan gerak-geriknya,
lalu dilihatnya jika Mellissa melepaskan kalung liontinnya dengan menaruhkannya
dimeja. Tak lama setelah itu, Mellissa pergi sebentar meninggalkan clientnya,
begitupula dengan clientnya meninggalkan mejanya sebentar karna menerima telepon
sesaat setelah Mellissa pergi meninggalkan sejenak.
Mengetahui
keadaan itu, Vikram dengan perlahan berjalan mendekati meja tempat Mellissa
kemudian mengambil kalung liontin tersebut lalu membukanya. Dan terlihatlah
foto Mellissa bersama seorang remaja yang seumuran dengannya. Namun ketika
masih melihat sedikit memperhatikan foto dari kalung liontin tersebut,
tiba-tiba saja dilihatnya jika client dari Mellissa akan kembali kemeja
tempatnya. Dengan cepat Vikram menaruh kalung liontin tersebut disaku celananya
kemudian pergi.
Beruntung,
tidak ada orang yang melihatnya juga memperhatikannya diam-diam, sehingga
dirinya bisa selamat dari cegahan orang yang mungkin telah mengetahui
perilakunya sampai keluar dari café tersebut.
Sementara ditempat lain. . . .
Ashghari
baru saja tiba dirumahnya dan kini sedang berhadapan dengan Ibunya. Dilihatnya
jika Ibunya menatap curiga padanya, dan itu membuat Ashghari tidak percaya diri
untuk berbohong. Dan mereka akan berbicara sedikit saling bertatapan.
“Darimana
saja kau, Putriku?”. Tanya Shafaq menatap curiga.
“Aku,
baru saja habis melakukan lari pagi, Ibu!”. Pengakuan Ashghari berbohong.
“Sejak
kapan kau memakai sepatu olahraga anak laki-laki, Putriku? Ibu tidak pernah
membelikanmu sepatu yang sedang kau kenakan kini!”. Shafaq bertanya semakin
menatapnya curiga.
“Eeeemb,
begini Ibu! Sepatuku sedikit rusak, jadi aku pinjam saja milik teman
lelakiku!”. Ashghari menjelaskanya namun ada kebohongan.
“Katakan
pada Ibu! Semalam kau habis bermalam dirumah siapa?”, Shafaq menanyakannya lagi
karna sudah mengetahui jika Ashghari tidak berada dikamarnya pada malam tadi.
Ashghari menjadi terkejut memalingkan tatapannya melihat kebawah. “Kau tidak
bisa menjawabnya! Dan sekarang kau harus mengasingkan dirimu dengan hanya diam
dikamarmu saja selama satu hari!”, Shafaq memberikannya hukumannya karna
kebohongan darinya.
“Matha
(Ibu)….!”, katanya kembali tersedih dengan melihat kembali kepadanya. Sementara
Shafaq beranjak pergi darinya meninggalkannya seorang diri kesuatu tempat
dirumahnya. Tangisnya pun pecah namun tak bersuara setelah beberapa saat
melihat kemarahan dari Ibunya yang sudah pergi meninggalkannya seorang diri.
Kemudian ia berjalan lemas menaiki anak tangga akan menuju kekamarnya dengan
mengingat apa yang diceritakan Raizaa kepadanya tadi pagi, saat sarapan bersama.
Disaat
yang sama, Raizaa disana baru saja menemukan jepit rambut milik Ashghari yang
tertinggal dibantal tempat tidurnya berbentuk love warna hitam. Lalu
dirasakannya jika jantungnya berdetak cepat saat ketika dirinya mengambil jepit
rambut milik Ashghari itu. “Aku merasakan dirinya! Sedang apakah dirinya
disana? Apakah jantungnya juga berdetak cepat seperti detak jantungku ini?”,
bisiknya kecil sambil mengamati jepit rambut milik Ashghari.
BHARATAYUDHAseritiga
Pada
keesokkan harinya, Ashghari duduk sendiri disebuah kursi persegi panjang
disekitar lapangan basket disekolahnya. Ia sedang duduk seorang diri sambil
mengayunkan kedua kakinya pelan melihat-lihat disekitarnya. Kemudian
didengarnya ada suara Pak Raf yang menyapanya dari samping kanannya dengan
berdiri melihat kepadanya. Ashghari pun mendengar sapannya dengan melihat ke
Pak Raf yang masih melihat kepadanya. Dan mereka akan berbicara sedikit saling
berpandangan.
“Apa
yang terjadi padamu? Mengapa pagi ini kau terlihat murung! Berbeda dengan yang
biasanya?”. Pak Raf menanyakan keadaannya, menunjukkan perhatiannya.
“Aku masih teringat hukuman pada hari kemarin!
Kemarin aku tidak bisa berkomunikasi dengan siapapun!”. Ashghari mulai
membaginya sedikit.
“Kesalahan
apa yang telah kau perbuat? Mengapa kau bisa terkena hukuman seperti itu?”. Pak
Raf kembali menanyakan ingin mengetahui kronologisnya.
“Aku
tidak sengaja bermalam dirumah temanku, karna aku kelelahan saat membantunya
untuk mengerjakan PR! Karna dia sudah baik mau mengantarkanku pulang, disaat
mobil Taxi yang telah aku tumpangi mendadak mogok dan tidak bisa digunakan
untuk beberapa saat!”. Ashghari semakin membaginya.
“Pasti
ibu Shafaq yang telah menghukummu, bukan?”. Pak Raf menanyakan nama yang telah
memberi hukuman padanya, menatapnya meyakinkan. Ashghari menjadi tersenyum
malu, menatap balik padanya juga. Kemudian Ashghari berdiri karna telah
dilihatnya Pak Raj sedang berjalan dibelakangnya tak jauh darinya, lalu beralih
tuk mengejar Pak Raj meninggalkan Pak Raf. “Siapa lagi yang kini akan dia
kejar?”, tanya Pak Raf dihatinya melihat Ashghari yang masih beranjak pergi
meninggaikan.
Beberapa saat kemudian. . . .
Setelah
beberapa saat dirinya mengejar Pak Raj yang masih berjalan, dirinya pun kini
telah menghentikan Pak Raj dari arah belakang dengan berdiam didepannya,
menghadapnya. Pak Raj pun kini telah menjadi terhenti dari berjalannya sedikit
terkejut karna melihat Ashghari berdiri, berdiam menghadapnya tepat didepannya.
“Pak
Raj, bukankah bila ada Pak Raf maka disitu juga akan ada Pak Raj?!”. Ashghari
berkata sambil menanyakan kebersamaan mereka berdua.
“Kadang
kami seperti itu! Bersama dalam waktu yang sama! Dan berpisah dalam waktu yang
sama juga! Karna kami disini mempunyai tugas masing-masing, jadi tidak selalu
pada setiap waktunya kami bersama terus!”. Pak Raj menjelaskannya secara halus
dan cukup tenang, menatapnya.
“Kalau
saja tadi Pak Raj bersama Pak Raf! Maka kita akan berbicara bertiga! Tapi yang
terjadi kami hanya berbicara berdua saja!”. Ashghari memberitahu kebersamaannya
dengan Pak Raf, Pak Raj menundukkan kepalanya melihat kebawah. “Pak Raj, Pak Raj
tidak perlu menundukkan kepala seperti itu? Dan tidak perlu melihat kebawah
seperti itu juga!”. Ashghari mengatakannya dengan kesopanannya, Pak Raj
menegakkan kepalanya kembali dengan kembali melihat kepadanya.
“Apa
kau sudah tidak membenci kami lagi? Kami sudah sedikit berkhianat padamu?”. Raj
mengungkap apa yang dirasakannya, juga menjadi bebannya.
Sementara keberadaan Pak Raf kini
sudah tak jauh dari mereka berdua dan diam-diam telah mendengarkan pembicaraan
mereka berdua dengan bersembunyi dibalik tiang. Kemudian Ashghari menggelengkan
kepalanya pelan sambil menatapnya lesuh mengatakan, “Aku sudah tidak membenci,
tapi aku butuh waktu untuk memanggil kalian berdua dengan sebutan “Kakak”!”.
Setelah mengatakannya Ashghari pun pergi meninggalkan dengan berbalik darinya.
Pak Raj dan Pak Raf kinipun
sama-sama menjadi terdiam sedikit lega namun masih tersedih melihat Ashghari
yang masih terlihat pergi meninggalkan, membelakangi didepan mereka berdua.
BHARATAYUDHAseritiga
Tidak ada komentar:
Posting Komentar