Minggu, 11 Oktober 2015

BHARATAYUDHAseritiga (Part 19)



                Vikram, kini ia sedang membututi Mellissa dengan menunggunya keluar dari ruangannya dicafe didalam kantor tersebut. Sebab telah ditemuinya jika Mellissa baru saja keluar dari pintu gerbang rumahnya saat ketika Vikram tak sengaja akan melewati rumahnya menggunakan motor Ninja Double R berwarna biru. Disaat dirinya masih bersantai sambil menikmati secangkir minuman capucino melihat-lihat disekitarnya, tiba-tiba saja terpandang pada sosok Mellissa yang baru saja datang dicafe yang sama.
                Dilihatnya kini Mellissa sedang duduk bersama seorang clientnya membicarakan sesuatu tentang pekerjaannya. Secara diam-diam Vikram pun memperhatikan gerak-geriknya, lalu dilihatnya jika Mellissa melepaskan kalung liontinnya dengan menaruhkannya dimeja. Tak lama setelah itu, Mellissa pergi sebentar meninggalkan clientnya, begitupula dengan clientnya meninggalkan mejanya sebentar karna menerima telepon sesaat setelah Mellissa pergi meninggalkan sejenak.
                Mengetahui keadaan itu, Vikram dengan perlahan berjalan mendekati meja tempat Mellissa kemudian mengambil kalung liontin tersebut lalu membukanya. Dan terlihatlah foto Mellissa bersama seorang remaja yang seumuran dengannya. Namun ketika masih melihat sedikit memperhatikan foto dari kalung liontin tersebut, tiba-tiba saja dilihatnya jika client dari Mellissa akan kembali kemeja tempatnya. Dengan cepat Vikram menaruh kalung liontin tersebut disaku celananya kemudian pergi.
                Beruntung, tidak ada orang yang melihatnya juga memperhatikannya diam-diam, sehingga dirinya bisa selamat dari cegahan orang yang mungkin telah mengetahui perilakunya sampai keluar dari café tersebut.

Sementara ditempat lain. . . .

                Ashghari baru saja tiba dirumahnya dan kini sedang berhadapan dengan Ibunya. Dilihatnya jika Ibunya menatap curiga padanya, dan itu membuat Ashghari tidak percaya diri untuk berbohong. Dan mereka akan berbicara sedikit saling bertatapan.
                “Darimana saja kau, Putriku?”. Tanya Shafaq menatap curiga.
                “Aku, baru saja habis melakukan lari pagi, Ibu!”. Pengakuan Ashghari berbohong.
                “Sejak kapan kau memakai sepatu olahraga anak laki-laki, Putriku? Ibu tidak pernah membelikanmu sepatu yang sedang kau kenakan kini!”. Shafaq bertanya semakin menatapnya curiga.
                “Eeeemb, begini Ibu! Sepatuku sedikit rusak, jadi aku pinjam saja milik teman lelakiku!”. Ashghari menjelaskanya namun ada kebohongan.
                “Katakan pada Ibu! Semalam kau habis bermalam dirumah siapa?”, Shafaq menanyakannya lagi karna sudah mengetahui jika Ashghari tidak berada dikamarnya pada malam tadi. Ashghari menjadi terkejut memalingkan tatapannya melihat kebawah. “Kau tidak bisa menjawabnya! Dan sekarang kau harus mengasingkan dirimu dengan hanya diam dikamarmu saja selama satu hari!”, Shafaq memberikannya hukumannya karna kebohongan darinya.
                “Matha (Ibu)….!”, katanya kembali tersedih dengan melihat kembali kepadanya. Sementara Shafaq beranjak pergi darinya meninggalkannya seorang diri kesuatu tempat dirumahnya. Tangisnya pun pecah namun tak bersuara setelah beberapa saat melihat kemarahan dari Ibunya yang sudah pergi meninggalkannya seorang diri. Kemudian ia berjalan lemas menaiki anak tangga akan menuju kekamarnya dengan mengingat apa yang diceritakan Raizaa kepadanya tadi pagi, saat sarapan bersama.
                Disaat yang sama, Raizaa disana baru saja menemukan jepit rambut milik Ashghari yang tertinggal dibantal tempat tidurnya berbentuk love warna hitam. Lalu dirasakannya jika jantungnya berdetak cepat saat ketika dirinya mengambil jepit rambut milik Ashghari itu. “Aku merasakan dirinya! Sedang apakah dirinya disana? Apakah jantungnya juga berdetak cepat seperti detak jantungku ini?”, bisiknya kecil sambil mengamati jepit rambut milik Ashghari.

BHARATAYUDHAseritiga

                Pada keesokkan harinya, Ashghari duduk sendiri disebuah kursi persegi panjang disekitar lapangan basket disekolahnya. Ia sedang duduk seorang diri sambil mengayunkan kedua kakinya pelan melihat-lihat disekitarnya. Kemudian didengarnya ada suara Pak Raf yang menyapanya dari samping kanannya dengan berdiri melihat kepadanya. Ashghari pun mendengar sapannya dengan melihat ke Pak Raf yang masih melihat kepadanya. Dan mereka akan berbicara sedikit saling berpandangan.
                “Apa yang terjadi padamu? Mengapa pagi ini kau terlihat murung! Berbeda dengan yang biasanya?”. Pak Raf menanyakan keadaannya, menunjukkan perhatiannya.               
                 “Aku masih teringat hukuman pada hari kemarin! Kemarin aku tidak bisa berkomunikasi dengan siapapun!”. Ashghari mulai membaginya sedikit.
                “Kesalahan apa yang telah kau perbuat? Mengapa kau bisa terkena hukuman seperti itu?”. Pak Raf kembali menanyakan ingin mengetahui kronologisnya.
                “Aku tidak sengaja bermalam dirumah temanku, karna aku kelelahan saat membantunya untuk mengerjakan PR! Karna dia sudah baik mau mengantarkanku pulang, disaat mobil Taxi yang telah aku tumpangi mendadak mogok dan tidak bisa digunakan untuk beberapa saat!”. Ashghari semakin membaginya.
                “Pasti ibu Shafaq yang telah menghukummu, bukan?”. Pak Raf menanyakan nama yang telah memberi hukuman padanya, menatapnya meyakinkan. Ashghari menjadi tersenyum malu, menatap balik padanya juga. Kemudian Ashghari berdiri karna telah dilihatnya Pak Raj sedang berjalan dibelakangnya tak jauh darinya, lalu beralih tuk mengejar Pak Raj meninggalkan Pak Raf. “Siapa lagi yang kini akan dia kejar?”, tanya Pak Raf dihatinya melihat Ashghari yang masih beranjak pergi meninggaikan.

Beberapa saat kemudian. . . .

                Setelah beberapa saat dirinya mengejar Pak Raj yang masih berjalan, dirinya pun kini telah menghentikan Pak Raj dari arah belakang dengan berdiam didepannya, menghadapnya. Pak Raj pun kini telah menjadi terhenti dari berjalannya sedikit terkejut karna melihat Ashghari berdiri, berdiam menghadapnya tepat didepannya.
                “Pak Raj, bukankah bila ada Pak Raf maka disitu juga akan ada Pak Raj?!”. Ashghari berkata sambil menanyakan kebersamaan mereka berdua.
                “Kadang kami seperti itu! Bersama dalam waktu yang sama! Dan berpisah dalam waktu yang sama juga! Karna kami disini mempunyai tugas masing-masing, jadi tidak selalu pada setiap waktunya kami bersama terus!”. Pak Raj menjelaskannya secara halus dan cukup tenang, menatapnya.
                “Kalau saja tadi Pak Raj bersama Pak Raf! Maka kita akan berbicara bertiga! Tapi yang terjadi kami hanya berbicara berdua saja!”. Ashghari memberitahu kebersamaannya dengan Pak Raf, Pak Raj menundukkan kepalanya melihat kebawah. “Pak Raj, Pak Raj tidak perlu menundukkan kepala seperti itu? Dan tidak perlu melihat kebawah seperti itu juga!”. Ashghari mengatakannya dengan kesopanannya, Pak Raj menegakkan kepalanya kembali dengan kembali melihat kepadanya.
                “Apa kau sudah tidak membenci kami lagi? Kami sudah sedikit berkhianat padamu?”. Raj mengungkap apa yang dirasakannya, juga menjadi bebannya.
Sementara keberadaan Pak Raf kini sudah tak jauh dari mereka berdua dan diam-diam telah mendengarkan pembicaraan mereka berdua dengan bersembunyi dibalik tiang. Kemudian Ashghari menggelengkan kepalanya pelan sambil menatapnya lesuh mengatakan, “Aku sudah tidak membenci, tapi aku butuh waktu untuk memanggil kalian berdua dengan sebutan “Kakak”!”. Setelah mengatakannya Ashghari pun pergi meninggalkan dengan berbalik darinya.
Pak Raj dan Pak Raf kinipun sama-sama menjadi terdiam sedikit lega namun masih tersedih melihat Ashghari yang masih terlihat pergi meninggalkan, membelakangi didepan mereka berdua.

BHARATAYUDHAseritiga

Tidak ada komentar:

Posting Komentar