Rabu, 14 Oktober 2015

BHARATAYUDHAseritiga (Part 41)



                Beberapa bulan telah berlalu, dan kini ujian sekolah Ashghari pada hari pertama akan dilaksanakan. Shafaq yang berada dirumahnya, memberi pemberkatan pada kedua foto Pangeran kecilnya dulu yang kini sudah dewasa. Setelahnya memasangkan tilak pada kedua foto Pangerannya itu, tiba-tiba saja ia melihat bayangan kedua Pangerannya ada didalam foto dengan berdiri bersama melihat kepadanya. “Mungkin sudah lama berpisah, makanya imajinasiku tertuang pada foto mereka berdua!”.
                Katanya bersuara kecil masih melihat bayangan kedua Pangerannya itu, kemudian berbalik dan untuk kedua kalinya dirinya merasa bahwa bayangan kedua Pangerannya itu ada dibaiknya yang kini bersama berdiri dihadapannya. “Raaaaj”, sapanya berwajahkan amat terkejut belum menyadari melihat ke Raj lalu melihat ke Raf menyapanya juga, “Raaaaf?”. Dan kemudian Raj serta Raf pun bersama membalas sapanya dengan senyuman, “Ibu Shafaq, kami benar nyata berdiri dihadapanmu kini!”.
                Sementara Shafaq masih berwajahkan bertanya-tanya melihat keduanya, “Seriously, katakan kalau ini bukanlah hanya imajinasiku semata!”, katanya bertanya sekali lagi memohon. Raj dan Raf pun menggeleng bersama masih tersenyum kemudian bersama memeluknya. Shafaq yang sudah merasakan pelukan dari keduanya, mencoba menolehkan kepalanya melihat ke Raj disisi kanannya lalu melihat ke Raf disisi kirinya.
Dan kemudian kedua Pangerannya itu bersama mencium kedua pipinya setelah dirinya menghadapkan kepalanya lurus kedepan. Sontak Shafaq merasa begitu terharu karna kedatangan kedua Pangerannya itu bukanlah hanya dari imajinasinya saja, tapi begitu nyata senyata - nyatanya.
Setelahnya mereka melakukan yang demikian, kini mereka bertiga telah berada diruangan santai keluarga dengan duduk bersama memakai satu buah kursi sofa persegi panjang. Letak duduk mereka bersejajar dengan Shafaq ditengah, Raj disamping kanannya, dan Raf disamping kirinya. Mereka bertiga duduk secara merapat tak ada celah yang menjaraki.
“Dua Pangeran Ibu, mengapa baru hari ini mendatangi Ibu! Ibu sangat merindukan kalian, dan mengapa pula harus Ayah Arun yang lebih dulu kalian temui!”. Shafaq berkata menyinggung keduanya, dengan melihatnya secara bergantian.
“Kami berdua masih bertugas! Kami berdua masih dalam tahap ujian kuliah! Perlu Ibu ketahui, kami berdua disini dituntut untuk bertugas juga belajar untuk tahap ujian kuliah! Maksudnya, setelah kami bertugas, maka kami belajar lagi bersama dosen yang telah menugaskan kami sebagai guru pengganti diJakarta!”. Raf menjawab mewakili melihat ke Shafaq, begitupula Shafaq yang juga melihatnya.
Setelah mendengar jawaban dari alasan kedua Pangerannya dengan diwakili oleh Raf, Shafaq menghiburnya dengan memberi tilak dikening Raf lalu mencium pipinya. Begitupun yang Shafaq lakukan kepada Raj. Dan lagi, kedua Pangerannya itu kembali memeluknya dengan bersamaan menunjukkan rasa kerinduannya setelah selama beberapa tahun lamanya tidak pernah memeluk Ibunya.

BHARATAYUDHAseritiga

Tiga hari kemudian. . . .

                Ujian sekolahnya telah tuntas, dan kini ia sedang berada diBandara untuk mengantar kedua kakaknya kembali keJogja demi melanjuti kulliahnya dalam tahap ujian akhir. Kedua kakaknya sudah berpamitan kepada Ayah Arun dan Ibu Shafaq pada dua hari sebelumnya, hari dimana Ashghari masih berusaha menuntaskan ujian sekolahnya. Dan mereka bertiga kini berdiri saling berhadapan membentuk segi tiga.
“Kakak, kakak udah berpamitan dengan Ayah Arun?”. Ashghari bertanya lembut melihat keduanya. Kedua kakaknya mengangguk padanya.
“Bahkan dengan Ibu Shafaq pun kami sudah berpamitan!”. Jawab Raf melihat ceria.
“Kak Raf, Kak Raj, tidak bisakah untuk tinggal dirumah kita walaupun hanya sehari saja?”. Ashghari memberi tanya dengan meminta keduanya untuk tinggal dirumahnya.
Kedua kakaknya menjadi diam lalu menggeleng kepadanya, “Kami tidak bisa! Kewajiban kami diJakarta cukup sampai disini saja!”, Raf dan Raj mengatakan dua kalimat yang sama dengan bersamaan. Ashghari yang sudah mendengar dan mengerti pun menundukkan kepalanya melihat kebawah. Dan ketika airmatanya jatuh dari kedua matanya, Raf dan Raj secara reflek mencoba mengusap airmata yang terjatuh dari kedua matanya.
Kemudian disaat yang sama, Ashghari menegakkan kepalanya pelan dengan melihat kedua kakanya yang mulai berjalan mundur lalu berbalik beranjak pergi membelakanginya. Usainya melihat kepergian kedua kakaknya, Ashghari pun mengusap airmatanya dengan tangannya lalu menghadap kearah kanan berniat akan beranjak pulang. Namun tiba-tiba dilihatnya sosok Raizaa yang baru saja memalingkan wajahnya dari dirinya dikejauhan.
Sementara Raizaa dikejauhan disana, merasa resah karna melihat Ashghari yang mengeluarkan airmatanya karna berpisah dengan dua orang pria yang belum ia ketahui identitasnya. Dan ia pun mulai melangkahkan kakinya untuk memasuki kedalam Bandara tersebut, namun ketika baru saja tiga langkah kedepan tiba-tiba ada yang memanggilnya dari arah samping kirinya. Ia pun terpaksa berhenti demi menghormati siapa yang telah memanggilnya tadi, menolehkan kepalanya kesamping kirinya.
“Sedang apa kau disini? Apa kau sedang menunggu kedatangan seseorang?”. Ashghari menanyakannya sedikit cemas melihat-lihat disekelilingnya, lalu berhenti melihat kepadanya.
“Sekitar satu jam yang lalu aku mendatangi rumahmu, tapi kau tidak ada dirumah! Dan kini secara tiba-tiba aku menemuimu diBandara! Tadi kau sempat menangis ketika mengantar dua orang pria itu, aku melihatnya! Mungkin juga airmatamu belum mengering, kumohon jangan tangisi aku pula seperti kau menangisi mereka! Hari ini, aku telah menepati janjiku untuk menemuimu! Dan hari ini juga, aku kembali tidak menemui untuk beberapa hari kedepan!”. Raizaa mengungkapnya berbahasa lembut.
“Aku gak akan nangis! Tapi, aku merasa sedih aja! Karna dihari yang sama, ada tiga orang sekaligus yang harus pergi meninggalkan aku!”, Ashghari berkata dengan menggeleng resah juga kedua matanya yang berkaca-kaca. Raizaa pun menjadi tersenyum palsu namun bahagia karna Asghari telah menghampirinya. Lalu didengarnya jika informasi memberitahukan bahwa pesawat yang akan ditumpanginya untuk pergi keluar negeri dalam waktu tigapuluh menit akan segera lepas landas.

BHARATAYUDHAseritiga

Mendengar informasi tersebut, Raizaa melihat Ashghari sedikit rasa ketidak relaannya tuk segera beranjak pergi meninggalkannya. “Raizaa, akan kembali, hanya untuk Ashghari seorang!”, katanya merayu sebelum benar-benar berpisah. Ashghari yang mendengar katanya itupun merasa getaran yang hebat seolah-olah tidak menginginkan Raizaa pergi darinya. Sedangkan Raizaa mulai berjalan mundur masih melihat kepadanya sambil melambaikan tangan kanannya.
“Raizaa, katakan apa arti diriku dalam hidupmu?”. Ashghari melemparkan tanya dengan bersuara sedikit keras penuh kecemasan. Dan Raizaa hanya menjawab dengan bersuara keras pula, “I love you!”, masih berjalan mundur melambaikan tangan kanannya. Melihat langkah mundur Raizaa yang semakin menjauh, Ashghari membalasnya dengan bersuarakan pelan, “Thank’s for your love! I love you too!”, sambil memberikan bahasa isyarat.
Raizaa pun menjadi terhenti dari langkah mundurnya karna bahagia ketika melihat Ashghari yang berkata mencintainya juga. Kemudian dirinya menabrak pintu masuk kedalam Bandara ketika berbalik akan memasukinya. Dirinya pun tiba-tiba menjadi pusat perhatian orang disekitarnya, lalu memilih memasuki kedalam bandara tuk menghindarinya. Sementara Ashghari menjadi tertawa kecil secara cuma-cuma karna ulahnya yang demikian.
Setelah beberapa saat kemudian, Ashghari melihat pesawat yang ditumpangi kedua kakaknya sudah terbang diudara masih dibandara tersebut. Lalu beberapa saat kemudian pula ia melihat pesawat yang ditumpangi Raizaa sudah terbang diudara. Setelahnya menyaksikan yang demikian, Ashghari pun bergegas untuk pulang karna hari sudah semakin sore.

Esok harinya. . . .

                Tepatnya disore hari, Vikram berada ditepi jalanan Ibu kota, ia sedang berdiri didepan halte bus sambil mengamati bundaran berisi berlian warna merah pada mahkota kecillnya, dipegangan kedua tangannya dengan menunduk. Kemudian dilihatnya kembali seorang bayi ilusi disamping kanannya yang akan mengajaknya kesuatu tempat. Mau tidak mau Vikram pun mengikutinya disertai rasa penasaran kemana seorang bayi laki-laki itu akan membawanya.
                Selang beberapa waktu berjalan, ia kini telah sampai disebuah rumah yang pada pintu gerbangnya tertulis nama Mellissa. Dirinya yang mulai kaget terkagetnya, langsung melempar tanya pada seorang bayi laki-laki tersebut yang masih terlihat olehnya. “Mengapa kau mengajakku ketempat ini! Rumah ini bukan rumahku!”, Vikram bertanya dengan berbisik kecil melihatnya lemas. Sedangkan seorang bayi laki-laki itu menggelengkan kepalanya lalu menganggukkan kepalanya kemudian berkata.
                “Dia Ibu kita! Tanyakan pada Om Arun segera! Karda dia yang telah memisahkan kita dari Ibu kita!”, usainya berkata seorang bayi laki-laki itupun menghilang dan Vikram melihat kepintu rumah mendapati Mellissa yang baru saja keluar membuka pintu rumahnya. Dan Vikram memilih untuk tetap berdiri didepan pintu gerbang menunggu Mellissa membuka pintu gerbangnya. Dan kini Mellissa sudah berada didepan pintu gerbangnya tanpa membukanya karna merasa kaget melihat Vikram.
                Dan mereka berdua kini saling berpandangan secara seksama dibalik pintu gerbang yang masih tertutup tersebut. Hanya celah kecil yang dapat membuat wajah mereka berdua saling bertemu juga saling bertatapan mata. Kemudian Vikram melihat kembali seorang bayi laki-laki yang tadi sempat menghilang, tiba-tiba saja muncul dengan bersembunyi dibalik Mellissa dan hanya menunjukkan wajahnya saja padanya seperti mengajaknya bermain petak umpat.
Vikram yang mulai merasa geram pun langsung memalingkan wajahnya beranjak pergi. Sedangkan Mellissa merasakan keanehan pada Vikram, kemudian membuka pintu gerbangnya lalu melihatnya yang masih berjalan cepat dikejauhan diarah samping kanannya.

BHARATAYUDHAseritiga

Tidak ada komentar:

Posting Komentar