Beberapa bulan
telah berlalu, dan kini ujian sekolah Ashghari pada hari pertama akan
dilaksanakan. Shafaq yang berada dirumahnya, memberi pemberkatan pada kedua
foto Pangeran kecilnya dulu yang kini sudah dewasa. Setelahnya memasangkan
tilak pada kedua foto Pangerannya itu, tiba-tiba saja ia melihat bayangan kedua
Pangerannya ada didalam foto dengan berdiri bersama melihat kepadanya. “Mungkin
sudah lama berpisah, makanya imajinasiku tertuang pada foto mereka berdua!”.
Katanya bersuara
kecil masih melihat bayangan kedua Pangerannya itu, kemudian berbalik dan untuk
kedua kalinya dirinya merasa bahwa bayangan kedua Pangerannya itu ada dibaiknya
yang kini bersama berdiri dihadapannya. “Raaaaj”, sapanya berwajahkan amat
terkejut belum menyadari melihat ke Raj lalu melihat ke Raf menyapanya juga,
“Raaaaf?”. Dan kemudian Raj serta Raf pun bersama membalas sapanya dengan
senyuman, “Ibu Shafaq, kami benar nyata berdiri dihadapanmu kini!”.
Sementara Shafaq
masih berwajahkan bertanya-tanya melihat keduanya, “Seriously, katakan kalau
ini bukanlah hanya imajinasiku semata!”, katanya bertanya sekali lagi memohon. Raj
dan Raf pun menggeleng bersama masih tersenyum kemudian bersama memeluknya.
Shafaq yang sudah merasakan pelukan dari keduanya, mencoba menolehkan kepalanya
melihat ke Raj disisi kanannya lalu melihat ke Raf disisi kirinya.
Dan kemudian kedua Pangerannya itu bersama mencium
kedua pipinya setelah dirinya menghadapkan kepalanya lurus kedepan. Sontak
Shafaq merasa begitu terharu karna kedatangan kedua Pangerannya itu bukanlah
hanya dari imajinasinya saja, tapi begitu nyata senyata - nyatanya.
Setelahnya mereka melakukan yang demikian, kini
mereka bertiga telah berada diruangan santai keluarga dengan duduk bersama
memakai satu buah kursi sofa persegi panjang. Letak duduk mereka bersejajar
dengan Shafaq ditengah, Raj disamping kanannya, dan Raf disamping kirinya.
Mereka bertiga duduk secara merapat tak ada celah yang menjaraki.
“Dua Pangeran Ibu, mengapa baru hari ini mendatangi
Ibu! Ibu sangat merindukan kalian, dan mengapa pula harus Ayah Arun yang lebih
dulu kalian temui!”. Shafaq berkata menyinggung keduanya, dengan melihatnya
secara bergantian.
“Kami berdua masih bertugas! Kami berdua masih dalam
tahap ujian kuliah! Perlu Ibu ketahui, kami berdua disini dituntut untuk
bertugas juga belajar untuk tahap ujian kuliah! Maksudnya, setelah kami
bertugas, maka kami belajar lagi bersama dosen yang telah menugaskan kami
sebagai guru pengganti diJakarta!”. Raf menjawab mewakili melihat ke Shafaq,
begitupula Shafaq yang juga melihatnya.
Setelah mendengar jawaban dari alasan kedua Pangerannya
dengan diwakili oleh Raf, Shafaq menghiburnya dengan memberi tilak dikening Raf
lalu mencium pipinya. Begitupun yang Shafaq lakukan kepada Raj. Dan lagi, kedua
Pangerannya itu kembali memeluknya dengan bersamaan menunjukkan rasa
kerinduannya setelah selama beberapa tahun lamanya tidak pernah memeluk Ibunya.
BHARATAYUDHAseritiga
Tiga hari
kemudian. . . .
Ujian sekolahnya
telah tuntas, dan kini ia sedang berada diBandara untuk mengantar kedua
kakaknya kembali keJogja demi melanjuti kulliahnya dalam tahap ujian akhir.
Kedua kakaknya sudah berpamitan kepada Ayah Arun dan Ibu Shafaq pada dua hari
sebelumnya, hari dimana Ashghari masih berusaha menuntaskan ujian sekolahnya.
Dan mereka bertiga kini berdiri saling berhadapan membentuk segi tiga.
“Kakak, kakak udah berpamitan dengan Ayah Arun?”.
Ashghari bertanya lembut melihat keduanya. Kedua kakaknya mengangguk padanya.
“Bahkan dengan Ibu Shafaq pun kami sudah
berpamitan!”. Jawab Raf melihat ceria.
“Kak Raf, Kak Raj, tidak bisakah untuk tinggal
dirumah kita walaupun hanya sehari saja?”. Ashghari memberi tanya dengan
meminta keduanya untuk tinggal dirumahnya.
Kedua kakaknya menjadi diam lalu menggeleng
kepadanya, “Kami tidak bisa! Kewajiban kami diJakarta cukup sampai disini saja!”,
Raf dan Raj mengatakan dua kalimat yang sama dengan bersamaan. Ashghari yang
sudah mendengar dan mengerti pun menundukkan kepalanya melihat kebawah. Dan
ketika airmatanya jatuh dari kedua matanya, Raf dan Raj secara reflek mencoba
mengusap airmata yang terjatuh dari kedua matanya.
Kemudian disaat yang sama, Ashghari menegakkan
kepalanya pelan dengan melihat kedua kakanya yang mulai berjalan mundur lalu
berbalik beranjak pergi membelakanginya. Usainya melihat kepergian kedua
kakaknya, Ashghari pun mengusap airmatanya dengan tangannya lalu menghadap
kearah kanan berniat akan beranjak pulang. Namun tiba-tiba dilihatnya sosok
Raizaa yang baru saja memalingkan wajahnya dari dirinya dikejauhan.
Sementara Raizaa dikejauhan disana, merasa resah
karna melihat Ashghari yang mengeluarkan airmatanya karna berpisah dengan dua
orang pria yang belum ia ketahui identitasnya. Dan ia pun mulai melangkahkan
kakinya untuk memasuki kedalam Bandara tersebut, namun ketika baru saja tiga
langkah kedepan tiba-tiba ada yang memanggilnya dari arah samping kirinya. Ia
pun terpaksa berhenti demi menghormati siapa yang telah memanggilnya tadi,
menolehkan kepalanya kesamping kirinya.
“Sedang apa kau disini? Apa kau sedang menunggu
kedatangan seseorang?”. Ashghari menanyakannya sedikit cemas melihat-lihat
disekelilingnya, lalu berhenti melihat kepadanya.
“Sekitar satu jam yang lalu aku mendatangi rumahmu,
tapi kau tidak ada dirumah! Dan kini secara tiba-tiba aku menemuimu diBandara!
Tadi kau sempat menangis ketika mengantar dua orang pria itu, aku melihatnya!
Mungkin juga airmatamu belum mengering, kumohon jangan tangisi aku pula seperti
kau menangisi mereka! Hari ini, aku telah menepati janjiku untuk menemuimu! Dan
hari ini juga, aku kembali tidak menemui untuk beberapa hari kedepan!”. Raizaa
mengungkapnya berbahasa lembut.
“Aku gak akan nangis! Tapi, aku merasa sedih aja!
Karna dihari yang sama, ada tiga orang sekaligus yang harus pergi meninggalkan
aku!”, Ashghari berkata dengan menggeleng resah juga kedua matanya yang
berkaca-kaca. Raizaa pun menjadi tersenyum palsu namun bahagia karna Asghari
telah menghampirinya. Lalu didengarnya jika informasi memberitahukan bahwa
pesawat yang akan ditumpanginya untuk pergi keluar negeri dalam waktu tigapuluh
menit akan segera lepas landas.
BHARATAYUDHAseritiga
Mendengar informasi tersebut, Raizaa melihat Ashghari
sedikit rasa ketidak relaannya tuk segera beranjak pergi meninggalkannya.
“Raizaa, akan kembali, hanya untuk Ashghari seorang!”, katanya merayu sebelum
benar-benar berpisah. Ashghari yang mendengar katanya itupun merasa getaran
yang hebat seolah-olah tidak menginginkan Raizaa pergi darinya. Sedangkan
Raizaa mulai berjalan mundur masih melihat kepadanya sambil melambaikan tangan
kanannya.
“Raizaa, katakan apa arti diriku dalam hidupmu?”.
Ashghari melemparkan tanya dengan bersuara sedikit keras penuh kecemasan. Dan
Raizaa hanya menjawab dengan bersuara keras pula, “I love you!”, masih berjalan
mundur melambaikan tangan kanannya. Melihat langkah mundur Raizaa yang semakin
menjauh, Ashghari membalasnya dengan bersuarakan pelan, “Thank’s for your love!
I love you too!”, sambil memberikan bahasa isyarat.
Raizaa pun menjadi terhenti dari langkah mundurnya
karna bahagia ketika melihat Ashghari yang berkata mencintainya juga. Kemudian
dirinya menabrak pintu masuk kedalam Bandara ketika berbalik akan memasukinya.
Dirinya pun tiba-tiba menjadi pusat perhatian orang disekitarnya, lalu memilih
memasuki kedalam bandara tuk menghindarinya. Sementara Ashghari menjadi tertawa
kecil secara cuma-cuma karna ulahnya yang demikian.
Setelah beberapa saat kemudian, Ashghari melihat
pesawat yang ditumpangi kedua kakaknya sudah terbang diudara masih dibandara
tersebut. Lalu beberapa saat kemudian pula ia melihat pesawat yang ditumpangi
Raizaa sudah terbang diudara. Setelahnya menyaksikan yang demikian, Ashghari
pun bergegas untuk pulang karna hari sudah semakin sore.
Esok harinya. . . .
Tepatnya disore
hari, Vikram berada ditepi jalanan Ibu kota, ia sedang berdiri didepan halte
bus sambil mengamati bundaran berisi berlian warna merah pada mahkota
kecillnya, dipegangan kedua tangannya dengan menunduk. Kemudian dilihatnya
kembali seorang bayi ilusi disamping kanannya yang akan mengajaknya kesuatu
tempat. Mau tidak mau Vikram pun mengikutinya disertai rasa penasaran kemana
seorang bayi laki-laki itu akan membawanya.
Selang beberapa
waktu berjalan, ia kini telah sampai disebuah rumah yang pada pintu gerbangnya
tertulis nama Mellissa. Dirinya yang mulai kaget terkagetnya, langsung melempar
tanya pada seorang bayi laki-laki tersebut yang masih terlihat olehnya.
“Mengapa kau mengajakku ketempat ini! Rumah ini bukan rumahku!”, Vikram
bertanya dengan berbisik kecil melihatnya lemas. Sedangkan seorang bayi
laki-laki itu menggelengkan kepalanya lalu menganggukkan kepalanya kemudian
berkata.
“Dia Ibu kita!
Tanyakan pada Om Arun segera! Karda dia yang telah memisahkan kita dari Ibu
kita!”, usainya berkata seorang bayi laki-laki itupun menghilang dan Vikram
melihat kepintu rumah mendapati Mellissa yang baru saja keluar membuka pintu
rumahnya. Dan Vikram memilih untuk tetap berdiri didepan pintu gerbang menunggu
Mellissa membuka pintu gerbangnya. Dan kini Mellissa sudah berada didepan pintu
gerbangnya tanpa membukanya karna merasa kaget melihat Vikram.
Dan mereka berdua
kini saling berpandangan secara seksama dibalik pintu gerbang yang masih
tertutup tersebut. Hanya celah kecil yang dapat membuat wajah mereka berdua
saling bertemu juga saling bertatapan mata. Kemudian Vikram melihat kembali
seorang bayi laki-laki yang tadi sempat menghilang, tiba-tiba saja muncul
dengan bersembunyi dibalik Mellissa dan hanya menunjukkan wajahnya saja padanya
seperti mengajaknya bermain petak umpat.
Vikram yang mulai merasa geram pun langsung
memalingkan wajahnya beranjak pergi. Sedangkan Mellissa merasakan keanehan pada
Vikram, kemudian membuka pintu gerbangnya lalu melihatnya yang masih berjalan
cepat dikejauhan diarah samping kanannya.
BHARATAYUDHAseritiga
Tidak ada komentar:
Posting Komentar