Minggu, 11 Oktober 2015

BHARATAYUDHAseritiga (Part 20)



                Sementara disana, Vikram sedang berjalan seorang diri dengan memainkan kalung liontin yang telah diambilnya secara diam-diam dari Mellissa disebuah taman. Saat ketika masih asyik memainkannya, kalung liontin itupun terlempar jauh hingga membuatnya berjalan cepat namun santai untuk mengambil kalung liontin tersebut yang sudah diketahuinya dimana kalung liontin itu terjatuh. Dan kini pun dirinya masih berjalan berjarak satu kilo meter dari terjatuhnya kalung liontin tersebut.
                Namun ketika sudah berjarak satu meter dari tempat jatuhnya kalung liontin tersebut, tiba-tiba saja ada seorang remaja putra yang masih memakai baju seragam sekolah lebih dulu mengambil kalung liontin tersebut, membelakanginya. Vikram pun mulai berjalan kecil mendekati seorang remaja putra itu yang tampaknya sedang mengamati kalung liontin tersebut. Dan kini Vikram sudah berada tepat dibalik seorang remaja putra itu.  
                Beberapa saat kemudian, seorang remaja putra itupun membalikkan dirinya menjadi menghadap kepadanya. Dan seorang remaja putra itu merasa terkejut sebab telah melihat Vikram didepannya, bertanya-tanya. Sementara Vikram baru saja melirikkan kedua matanya kepanya dengan menatapnya, dan Vikram merasa terkejut juga ketika melihat wajah darinya. Karna teringat oleh dirinya jika wajah darinya itu mirip sekali dengan foto pada kalung liontin milik Mellissa.
Keadaan pun menjadi hening dengan mereka berdua saling bertatapan heran. Tak tahan dengan keheningan itu, Vikram yang menjadi penasaran akan melemparkan sebuah tanya padanya.
“Siapa kau?”. Vikram bertanya ingin langsung mengetahuinya, masih menatapnya seperti tadi.
“Gue Raizaa!”. Jawab seorang remaja Putra itu tanpa berbalas melempar tanya.
Dan lagi, Vikram menjadi terkejut masih menatapnya lalu beralih menatapi kalung lontin yang masih berada digenggaman tangan darinya. Tanpa terduga olehnya, jika seorang remaja Putra yang telah berdiri dihadapannya kini adalah Raizaa. Sebuah nama yang telah ia cari demi melengkapi kebahagiaan Ibundanya, pikirnya. Setelahnya, Vikram pun menatap kembali kepadanya dengan kedua matanya sedikit berkaca-kaca lalu berbalik membelakanginya.
Kemudian disaat yang bersamaan, Vikram dan Raizaa bersama meneteskan airmata kanan mereka berdua. Lalu mereka berdua bersama mengusap airmata kanannya menggunakan tangan kanannya juga. Vikram sudah mengerti apa yang telah memancingnya untuk meneteskan airmata kanannya, sedangkan Raizaa menjadi heran mengapa airmata kanannnya bisa menetes secara tiba-tiba. Dan kemudian lagi, mereka bersama meninggalkan tempat tersebut dengan berlawanan arah.
Vikram beranjak pergi kearah kanan, dan Raizaa beranjak pergi dengan berbalik kearah kiri. Disaat masih dalam perjalanan untuk pergi dari tempat itu, Vikram pun berkata dalam hatinya sambil tersedih menahan bendungan airmatanya. “Ibunda, apakah Raizaa yang telah kutemui tadi adalah benar yang akan melengkapi kebahagian Ibunda nantinya?”. Begitupula dengan Raizaa disana yang juga berkata didalam hatinya penuh tanda tanya terheran-heran.
“Siapa gerangan yang telah membuat airmata kananku menetes secara tiba-tiba? Siapakah seorang remaja putra tadi didepanku?”. Kejadian yang telah terjadi pada keduanya sama-sama telah terjadi diluar dari pengetahuan juga kesadaran dari keduanya. Mereka berdua hanya bermain dengan perasaannya masing-masing tanpa mengetahui permainan yang terjadi secara bersamaan dari saat jatuhnya airmata kanan mereka dan saat pergi meninggalkan tempat yang tadinya mereka bertemu.      

BHARATAYUDHAseritiga

                Vikram kini sedang duduk dipinggir ditempat tidurnya, masih memikirkan apa yang telah terjadi padanya tadi. Diingatnya kembali wajah dari seorang remaja putra yang mengaku dirinya adalah Raizaa. Lalu diingatnya kembali saat ia mengatakan kepada Ibundanya bahwa ia akan melengkapi kebahagiaannya. Dan teringat waktu ia mengatakan jikalau Ibundanya akan lebih menyayanginya saat sudah melengkapi kebahagiaan Ibundanya. Namun saat ini ia menjadi takut akan sebuaah kenyataan.
                Hatinya saat ini sedang menangis lagi berusaha melawan rasa ketakutannya untuk menerima kenyataan yang akan dibuat dirinya sendiri demi kebahagiaan Ibundanya juga kebahagiaan Ayahandanya. Dengan mengambil sebuah boneka kelinci kecil kesayangannya, ia pun menumpahkan airmatanya deras menjerit dalam hatinya sambil memeluk erat boneka kecil kesayangannya dalam dekapannya.
                “Aku yang telah membuatnya! Aku juga yang akan mendekatkannya! Setelah kenyataan itu terjadi karna dirku, maka aku akan melanjutinya akan mencari Ibuku yang sebenarnya! Ayahanda, Ibunda, maafkan aku jika pada nantinya aku akan membagi kasih sayang dengan orang lain yang sebagai orang tua kandungku!”. Bisiknya masih menjerit begitu pilu. Lalu dilihatnya jika asisten rumahnya melihat dirinya dengan berdiri dari pintu kamarnya.
Kemudian dirinya menjadi berdiri dari duduknya sebab telah dilihatnya asisten rumahnya berlari akan segera menghampirinya. Dan kini mereka berduapun berdiri saling berhadapan satu sama lain.
“Bibi sudah mendengar semuanya, Bhai! Bhai Vikram jangan berbicara seperti tadi lagi ya?”. Asisten rumahnya berkata menenangkannya, menatapnya sedikit pilu.
“Jadi Bibi sudah mengintipku dari tadi, juga mendengarkan apa yang aku katakan tadi dengan cara diam-diam?!”. Vikram menanyakannya masih menangis meneteskan airmatanya.
“Kalaupun Bhai Raizaa akan kembali kerumah ini! Nyonya tidak akan merasa lengkap bahagianya jika Bhai Vikram pergi dari rumah ini! Bhai Vikram, pahami kembali kasih sayang dari Nyonya! Maafkan Nyonya karna tidak pernah menceritakan tentang Bhai Raizaa! Itu dilakukannya karna tidak mau membuat bhai Vikram merasa cemburu!”. Asisten rumahnya menjelaskannya memberi pengertian.
“Aku belum berniat untuk meninggalkan Ibunda sendrian tanpa diriku didekatnya! Tapi aku terbayang jika aku harus pergi dulu demi mencari orangtua kandungku! Seorang anak dimanapun pasti mereka ingin merasakan kasih sayang dari orangtua kandungnya! Dan itu telah menjadi bebanku saat ini!”. Vikram megungkap bebannya, menatap begitu pilu padanya.
Kemudian dengan tiba-tiba terdengar suara Poosharm memanggil asisten rumahnya dari bawah, asisten rumahnya pun menjadi kaget seketika masih melihat Vikram. Dan Vikram menyuruhnya untuk segera turun kebawah menemui Ibundanya, juga menyuruhnya untuk merahasiakan apa yang telah terjadi barusan dari Ibundanya.   

Beberapa saat kemudian. . . .

                Vikram sudah membersihkan bekas tangisnya dari wajahnya, dan kini telah berada bersama Ibundanya dengan duduk dikursi sofa yang sama. “Ibunda, aku ingin tidur dipangkuan Ibunda!”, Poosharm yang sudah mendengarnya juga melihatnya pun langsung mempersilahkannya. Sedangkan Vikram mulai merebahkan kepalanya dipangkuannya dengan berbaring dikursi sofa tersebut manja. Kemudian mereka saling berpandangan sambil berbalas senyuman.
                Lalu Poosharm mengelus rambutnya lembut sehingga membuatnya memutuskan untuk tidur karna terbuai dari elusannya yang begitu lembut. “Tidur lah sayang! Putraku sayang! Jangan khawatir, Ibunda disini disampingmu!”, Poosharm menyanyikannya sebuah lagu ketika baru saja dilihatnya Putranya sudah sedikit tertidur. Setelah menyanyikannya sebuah lagi Poosharm pun mencium keningnya penuh rasa kasih sayang.

BHARATAYUDHAseritiga

Tidak ada komentar:

Posting Komentar