Sementara
disana, Vikram sedang berjalan seorang diri dengan memainkan kalung liontin
yang telah diambilnya secara diam-diam dari Mellissa disebuah taman. Saat
ketika masih asyik memainkannya, kalung liontin itupun terlempar jauh hingga
membuatnya berjalan cepat namun santai untuk mengambil kalung liontin tersebut
yang sudah diketahuinya dimana kalung liontin itu terjatuh. Dan kini pun
dirinya masih berjalan berjarak satu kilo meter dari terjatuhnya kalung liontin
tersebut.
Namun
ketika sudah berjarak satu meter dari tempat jatuhnya kalung liontin tersebut,
tiba-tiba saja ada seorang remaja putra yang masih memakai baju seragam sekolah
lebih dulu mengambil kalung liontin tersebut, membelakanginya. Vikram pun mulai
berjalan kecil mendekati seorang remaja putra itu yang tampaknya sedang
mengamati kalung liontin tersebut. Dan kini Vikram sudah berada tepat dibalik
seorang remaja putra itu.
Beberapa
saat kemudian, seorang remaja putra itupun membalikkan dirinya menjadi
menghadap kepadanya. Dan seorang remaja putra itu merasa terkejut sebab telah melihat
Vikram didepannya, bertanya-tanya. Sementara Vikram baru saja melirikkan kedua
matanya kepanya dengan menatapnya, dan Vikram merasa terkejut juga ketika
melihat wajah darinya. Karna teringat oleh dirinya jika wajah darinya itu mirip
sekali dengan foto pada kalung liontin milik Mellissa.
Keadaan pun menjadi hening dengan
mereka berdua saling bertatapan heran. Tak tahan dengan keheningan itu, Vikram
yang menjadi penasaran akan melemparkan sebuah tanya padanya.
“Siapa kau?”. Vikram bertanya
ingin langsung mengetahuinya, masih menatapnya seperti tadi.
“Gue Raizaa!”. Jawab seorang
remaja Putra itu tanpa berbalas melempar tanya.
Dan lagi, Vikram menjadi terkejut
masih menatapnya lalu beralih menatapi kalung lontin yang masih berada digenggaman
tangan darinya. Tanpa terduga olehnya, jika seorang remaja Putra yang telah
berdiri dihadapannya kini adalah Raizaa. Sebuah nama yang telah ia cari demi
melengkapi kebahagiaan Ibundanya, pikirnya. Setelahnya, Vikram pun menatap
kembali kepadanya dengan kedua matanya sedikit berkaca-kaca lalu berbalik
membelakanginya.
Kemudian disaat yang bersamaan,
Vikram dan Raizaa bersama meneteskan airmata kanan mereka berdua. Lalu mereka
berdua bersama mengusap airmata kanannya menggunakan tangan kanannya juga.
Vikram sudah mengerti apa yang telah memancingnya untuk meneteskan airmata
kanannya, sedangkan Raizaa menjadi heran mengapa airmata kanannnya bisa menetes
secara tiba-tiba. Dan kemudian lagi, mereka bersama meninggalkan tempat tersebut
dengan berlawanan arah.
Vikram beranjak pergi kearah
kanan, dan Raizaa beranjak pergi dengan berbalik kearah kiri. Disaat masih
dalam perjalanan untuk pergi dari tempat itu, Vikram pun berkata dalam hatinya
sambil tersedih menahan bendungan airmatanya. “Ibunda, apakah Raizaa yang telah
kutemui tadi adalah benar yang akan melengkapi kebahagian Ibunda nantinya?”.
Begitupula dengan Raizaa disana yang juga berkata didalam hatinya penuh tanda
tanya terheran-heran.
“Siapa gerangan yang telah membuat
airmata kananku menetes secara tiba-tiba? Siapakah seorang remaja putra tadi
didepanku?”. Kejadian yang telah terjadi pada keduanya sama-sama telah terjadi diluar
dari pengetahuan juga kesadaran dari keduanya. Mereka berdua hanya bermain
dengan perasaannya masing-masing tanpa mengetahui permainan yang terjadi secara
bersamaan dari saat jatuhnya airmata kanan mereka dan saat pergi meninggalkan
tempat yang tadinya mereka bertemu.
BHARATAYUDHAseritiga
Vikram
kini sedang duduk dipinggir ditempat tidurnya, masih memikirkan apa yang telah
terjadi padanya tadi. Diingatnya kembali wajah dari seorang remaja putra yang
mengaku dirinya adalah Raizaa. Lalu diingatnya kembali saat ia mengatakan
kepada Ibundanya bahwa ia akan melengkapi kebahagiaannya. Dan teringat waktu ia
mengatakan jikalau Ibundanya akan lebih menyayanginya saat sudah melengkapi
kebahagiaan Ibundanya. Namun saat ini ia menjadi takut akan sebuaah kenyataan.
Hatinya
saat ini sedang menangis lagi berusaha melawan rasa ketakutannya untuk menerima
kenyataan yang akan dibuat dirinya sendiri demi kebahagiaan Ibundanya juga
kebahagiaan Ayahandanya. Dengan mengambil sebuah boneka kelinci kecil
kesayangannya, ia pun menumpahkan airmatanya deras menjerit dalam hatinya
sambil memeluk erat boneka kecil kesayangannya dalam dekapannya.
“Aku
yang telah membuatnya! Aku juga yang akan mendekatkannya! Setelah kenyataan itu
terjadi karna dirku, maka aku akan melanjutinya akan mencari Ibuku yang
sebenarnya! Ayahanda, Ibunda, maafkan aku jika pada nantinya aku akan membagi kasih
sayang dengan orang lain yang sebagai orang tua kandungku!”. Bisiknya masih
menjerit begitu pilu. Lalu dilihatnya jika asisten rumahnya melihat dirinya
dengan berdiri dari pintu kamarnya.
Kemudian dirinya menjadi berdiri
dari duduknya sebab telah dilihatnya asisten rumahnya berlari akan segera
menghampirinya. Dan kini mereka berduapun berdiri saling berhadapan satu sama
lain.
“Bibi sudah mendengar semuanya,
Bhai! Bhai Vikram jangan berbicara seperti tadi lagi ya?”. Asisten rumahnya
berkata menenangkannya, menatapnya sedikit pilu.
“Jadi Bibi sudah mengintipku dari
tadi, juga mendengarkan apa yang aku katakan tadi dengan cara diam-diam?!”.
Vikram menanyakannya masih menangis meneteskan airmatanya.
“Kalaupun Bhai Raizaa akan kembali
kerumah ini! Nyonya tidak akan merasa lengkap bahagianya jika Bhai Vikram pergi
dari rumah ini! Bhai Vikram, pahami kembali kasih sayang dari Nyonya! Maafkan
Nyonya karna tidak pernah menceritakan tentang Bhai Raizaa! Itu dilakukannya
karna tidak mau membuat bhai Vikram merasa cemburu!”. Asisten rumahnya
menjelaskannya memberi pengertian.
“Aku belum berniat untuk
meninggalkan Ibunda sendrian tanpa diriku didekatnya! Tapi aku terbayang jika
aku harus pergi dulu demi mencari orangtua kandungku! Seorang anak dimanapun
pasti mereka ingin merasakan kasih sayang dari orangtua kandungnya! Dan itu
telah menjadi bebanku saat ini!”. Vikram megungkap bebannya, menatap begitu
pilu padanya.
Kemudian dengan tiba-tiba
terdengar suara Poosharm memanggil asisten rumahnya dari bawah, asisten rumahnya
pun menjadi kaget seketika masih melihat Vikram. Dan Vikram menyuruhnya untuk
segera turun kebawah menemui Ibundanya, juga menyuruhnya untuk merahasiakan apa
yang telah terjadi barusan dari Ibundanya.
Beberapa saat kemudian. . . .
Vikram
sudah membersihkan bekas tangisnya dari wajahnya, dan kini telah berada bersama
Ibundanya dengan duduk dikursi sofa yang sama. “Ibunda, aku ingin tidur
dipangkuan Ibunda!”, Poosharm yang sudah mendengarnya juga melihatnya pun
langsung mempersilahkannya. Sedangkan Vikram mulai merebahkan kepalanya
dipangkuannya dengan berbaring dikursi sofa tersebut manja. Kemudian mereka
saling berpandangan sambil berbalas senyuman.
Lalu
Poosharm mengelus rambutnya lembut sehingga membuatnya memutuskan untuk tidur
karna terbuai dari elusannya yang begitu lembut. “Tidur lah sayang! Putraku
sayang! Jangan khawatir, Ibunda disini disampingmu!”, Poosharm menyanyikannya
sebuah lagu ketika baru saja dilihatnya Putranya sudah sedikit tertidur.
Setelah menyanyikannya sebuah lagi Poosharm pun mencium keningnya penuh rasa
kasih sayang.
BHARATAYUDHAseritiga
Tidak ada komentar:
Posting Komentar