Setelah beberapa
hari telah berlalu, Vikram masih memendam keresahannya. Jiwanya masih
terguncang, dan khayalannya semakin kuat tuk berpisah dengan kedua orangtuanya
sebab keinginannya tuk kembali bersama orangtua kandungnya semakin kuat. Namun
yang paling menjadi bebannya adalah saat dirinya masih menerka jika Mellissa
ialah sebagai Ibu kandungnya. Ibu kandungnya yang telah mempercayakan Poosharm
untuk merawat dirinya hingga sebesar kini, masih didalam pikirannya.
Dan kini disore
hari, ia sedang berada disebuah taman bermain dengan berdiri dari kursi persegi
panjang yang sempat didudukinya tadi. Kemudian ia membuka mahkota kecilnya lalu
memegangnya dengan kedua tangannya kembali memperhatikan bundaran berisi
berlian warna merah pada mahkota kecilnya. Tanpa disadari olehnya, ada langkah
kaki yang perlahan mendekat pada dirinya. Disaat yang sama, ia juga mendengar
kembali suara jeritan seorang bayi perempuan yang begitu pilu.
Disaat itu juga,
ia menoleh kearah kanan-kirinya tuk bisa mengetahui siapa yang telah mengilhami
suara jeritan seorang bayi perempuan yang masih didengarnya. Kemudian memakai
mahkota kecilnya kembali dengan melihat lurus kedepan. Dan tiba-tiba ada yang
menyematkan bulu merak dikepala kanannya dari arah belakang diwaktu yang bersamaan.
Sontak Vikram pun menjadi terdiam menahan rasa kagetnya.
Kemudian disaat
yang bersamaan juga, Vikram menolehkan kepalanya kesamping lalu dilihatnya ada
wajah Ashghari yang juga melihat kepadanya tersenyum mesra. “Ashghari?”,
katanya betanya-tanya. Sedangkan Ashghari masih tersenyum mesra menganggukkan
kepalanya. Lalu mereka sama-sama memilih untuk duduk dikursi yang sama. Vikram
duduk ditempat duduk dikursi itu, dan Ashgari duduk diatasnya sedikit
disampingnya dengan duduk disandaran kursi itu.
Setelah keadaan
keduanya sama-sama terduduk, Ashgahri pun mulai berkata padanya, “Vikram! Kau
tampak rupawan dengan sehelai bulu merak itu?”, dengan melihat kebulu merak
yang telah terpakai oleh Vikram. Vikram baru menoleh melihat kepadanya.
“Bukankah aku pernah
memakai bulu merak seperti yang sudah kau pakaikan padaku, dulu? Itupun kalau
kau masih mengingatnya!”. Vikram memberi sebuah pertanyaan dengan sedikit
mencoba mengingatinya.
“Tentu aku masih
mengingatnya, karna itu aku membelinya lalu kuberikan padamu!”, ujar Ashghari.
Vikram memberikan senyuman kecil padanya karna merasa tersanjung. “Vikram,
apakah kau pernah merindukanku? Karna, aku merasa kalau kita pernah hidup
bersama! Walaupun, kenyataan tidak berceritakan tentang itu?”. Sambungnya
mencurahkan apa yang dirasakannya dengan bertanya.
“Seperti kata
pepatah, tak kenal maka tak sayang! Dan sebuah kata pepatah dariku untuk
pertanyaanmu yang tadi, jika tidak diawali dengan pertemuan maka tidak akan ada
rasa rindu menyertainya!”. Vikram mengatakan sebuah pepatah juga memberikannya
sebuah pepatah berbahasa puitis, begitupula dengan tatapannya yang meyakinkan.
Ashghari menjadi
tertawa kecil karnanya, sebab telah merasakan kepuasan dari perkataannya yang
telah menjawab pertanyaannya. Ashghari masih belum memahami kalau mahkota kecil
yang kini sedang dipakai Vikram sangatlah sama dengan mahkota kecil yang juga
dipakai dirinya. Dan lalu keduanya sama-sama tidak menyadarinya karna larut
dalam canda, gurauan, juga dalam kebersamaan pada pertemuannya saat ini setelah
lama tidak bertemu.
BHARATAYUDHAseritiga
Kembali pada
cerita sekolah, Ashgari sedang berdiri didepan pintu gerbang sekolahnya. Ia
sedang menunggu mobil Taxi lewat didepannya tuk mengantarnya pulang kerumah.
“Sudah sepuluh menit berlalu, tapi kok mobil Taxi sebagai jemputan belum juga
dateng?”, pikirnya sambil berkata mendesah melihat kearah sekitarnya. Lalu
didengarnya ada suara motor yang berhenti disampingnya. Ashghari pun menoleh
kesamping melihat pengendara motor tersebut yang perlahan membuka helm.
Dan ternyata
pengendara motor itu adalah Raizaa. Ashghari yang baru saja mengetahuinya
langsung memalingkan pandangannya lurus kedepan. “Apa kabarnya elo, Ashghari?”,
Raizaa menyapa sedikit akrab melihatnya biasa.
“Lo juga apa
kabarnya?”. Balasnya menanyakan balik, Raizaa tersenyum mengejek padanya.
“Gue mau kabarin,
kalau hari ini hari terakhir gue gangguin lo! Sebelum ujian terakhir
dilaksanakan, gue diasramain sama nyokap menjalani les privat! Jadi sehabis
pulang sekolah gue harus ada dirumah, dan selama itu juga gue gak boleh keluar
rumah selain belajar! Doain gue yah biar gue bisa beradaptasi dengan masa yang
akan gue tempuh mulai hari esok, sampai seterusnya sebelum ujian terakhir
dilaksanakan!”. Raizaa menceritakan kesibukkannya berbahasa lembut.
Ashghari merasa
prihatin akan kesibukkan yang telah dikatakan darinya padanya, hingga
menolehkan kepalanya kesamping melihat wajah Raizaa yang baru saja memberinya
senyuman. “Good luck!”, Ashghari membalas katanya terbuka dari bungkamnya.
“Sebagai hari yang terakhir, gue mau lo pulang bareng sama gue!”, balas Raizaa
memintanya tuk pulang bersamanya. Ashghari pun mengangguk melihatnya biasa lalu
berjalan disampingnya.
“Mimpi apa yah
gue kemaren? Beneran gak habis pikir lo mau pulang bareng gue sekarang!”,
Raizaa kembali berkata sedikit gugup sambil memakai helmnya kembali, sedangkan
Ashghari baru duduk dimotornya dengan memegang pinggang Raizaa namun tidak
memeluknya. Kemudian Raizaa menancapkan gas motornya lalu mengendarainya dengan
kecepatan normal. Dan Ashghari tetap memegang pingangg darinya sebagai pusat
pertahanan agar tidak terjatuh.
Sementara disana,
Shafaq dan Arun sedang berada didalam kamar mereka berdua. Shafaq menjahit kain
sarinya yang sedikit robek dikursi sofa didalam kamarnya, Dan Arun berjalan
kecil mendekati jendela didalam kamarnya. “Putri, Permaisuriku! Aku sudah
putuskan untuk melakukan sebuah ritual pelepasan ilmu spiritual tepat saat
Ashghari menyudahi ujian kelulusannya!”, Arun tiba-tiba berkata tentang ritual
pelepasan ilmu spiritual. Shafaq menjadi terhenti dari jahitnya, melihatnya.
“Aku memilih
waktunya yang demikian, karna aku tidak ingin Ashghari merasa terganggu
konsentrasinya untuk mengikuti ujian kelulusannya! Dan aku akan
memberitahukannya dulu kepada Vin, Poosharm, Raj dan Raf!”, sambungnya lagi
semakin meluruskan menjelaskan maksudnya. Dan Shafaq hanya berdiam diri sambil
memkirkan apa yang telah dikatakan olehnya, masih fokus menjahit kain sarinya.
Dipagar rumahnya,
Ashgari baru tiba dengan diboncengi Raizaa kerumahnya. Raizaa pun langsung
membuka kaca helmnya melihat Ashghari yang sudah turun dari motornya yang juga
melihat padanya. “Makasih! Hati-hati dengan perjalananmu yang selanjutnya!”,
Ashghari mengucapkan terimakasihnya sedikit canggung. Sedangkan Raizaa
mengedipkan kedua matanya sambil menunjukkan senyuman centilnya lalu
menancapkan kembali gas motornya beranjak pergi.
Dan Ashghari
membuka pintu gerbang rumahnya saat ketika dilihatnya bahwa Raizaa sudah jauh
melanjuti perjalanannya untuk pulang kerumahnya. Dan tanpa disengaja oleh
dirinya, ia menjadi senyum-senyum sendiri saat sudah memasuki kedalam rumahnya
akan berjalan kecil menuju kamarnya. Sebab ia telah membayangi kembali Raizaa
yang telah mengedipkan kedua matanya sambil menunjukkan senyuman centil padanya
tadi.
BHARATAYUDHAseritiga
Tidak ada komentar:
Posting Komentar