Senin, 12 Oktober 2015

BHARATAYUDHAseritiga (Part 24)



                Esoknya, Raf sedang melakukan sholat Dhuha diaula didalam gedung sekolah tempatnya mengajar sebagai guru pengganti. Setelahnya melakukan shalat Dhuha, Raf pun menyempatkan dirinya untuk membaca Al-Qur’an, surat Al-Ikhlas. Sebelum membaca surat Al-Ikhlas ia berdoa agar bisa kembali berkumpul bersama keluarganya kembali dalam satu atap. Dan kini Raf membaca surat Al-Ikhlas berkali-kali dengan suaranya yang lantang namun indah bila didengar saat membacakan surat tersebut.
                Sementara dijendela sebelah kanannya, ada sosok Ashghari yang dengan sengaja mendengarkannya membaca Al-Qur’an secara diam-diam. Tak lama kemudian, ia pun melihat jika Pak Raf telah selesai dari membaca Al-Qur’an dan segera untuk keluar dari aula tersebut. Dan kini Ashghari telah berada disamping Pak Raf yang baru saja memasangkan sepatunya kembali, begitupula Pak Raf yang baru saja melihat kehadirannya.
                “Assalammu’alaikum, Pak Raf!”. Sapanya penuh kesopanan, melihat Pak Raf.
                “Walaikumsalam, Ashghari!”. Sapa Pak Raf balik melihat kepadanya juga, berdiri tegak.
                “Mendengar suara Pak Raf yang telah membacakan surat Al-Ikhlas! Aku jadi teringat pada rinduku, rindu tuk mendengar lagi Pak Raf mengumandangkan kalimat Adzan sampai akhir!”. Ashghari bercurah tentang kerinduannya.
                “Ternyata kau masih mengingatnya, saat aku belajar mengumandangkan kalimat Adzan sampai akhir dirumah! Dan kalau tidak salah kau masih berumur dua tahun kala itu!”. Pak Raf menjelaskannya dengan mengulang. Ashghari menjadi tersenyum malu kepadanya, menatapnya berbinar-binar.
                Raf menjadi tenang melihat senyumannya. Sedangkan Ashghari mulai berniat akan menemui Pak Raj. Dan kemudian Ashghari berlari penuh manja meninggalkannya, dan Raf masih melihatnya masih dalam ketenangan.

Sementara ditempat lain. . . .

                Diruang perpustakaan, Raj sedang merapikan buku-bukunya dari belajarnya sebagai persiapan untuk mengajar kembali nanti. Saat ketika sedang merapikan buku-bukunya, tiba-tiba saja salah-satu buku diantaranya terjatuh dari meja terlempar tak jauh darinya. Raj pun merasa terkejut berniat akan mengambil bukunya itu. Namun ketika akan menyentuh, mengambil buku itu tiba-tiba saja lagi ada yang membuatnya terkejut.
Sebab telah dilihatnya jika ada tangan seorang siswi yang juga akan mengambil buku miliknya itu. Buku itupun kini telah ada ditangan siswi tersebut, dan Raj hanya bisa berdiri kembali dengan tangan kosong sambil perlahan melihat wajah dari siswi tersebut. Dan Raj pun kini sudah mengetahui wajah dari siswi tersebut saat sudah bersama berdiri tegak, berhadapan saling berpandangan. “Ashghari?”, sapanya masih dalam keterkejutan.
Sedangkan Ashghari memberinya senyuman masih memegang buku miliknya itu. “Pak Raj! Apakah sudah berdoa pada pagi tadi? Seperti Pak Raf yang tadi sudah berdoa diaula sekolah!”. Ashghari menanyakannya memberi perhatian sedikit.
                “Sudah! Dewa Krishna telah memberkatiku kembali untuk mengajar disekolah ini dengan kesehatan yang baik!”. Pak Raj menjawabnya dengan menjelaskannya.
                “Sebelum aku berangkat untuk bersekolah lagi, aku selalu meminta restu kepada Ayah Ibu! Karna bagiku tidak cukup hanya meminta restu atau pemberkatan kepada Dewa Krishna!”. Ashghari menyambungnya dengan sedikit menyindir.
                “Untuk restu dari Ayah Ibu, cukup dengan melihatmu tersenyum saja aku bisa merasakan restu dari mereka berdua! Maka dari itu kumohon, jangan hilangkan senyumanmu pada kami berdua! Terutama pada pagi hari, juga pada siang hari! Karna kami sering badmood pada siang hari!”. Pak Raj meminta juga mengungkap tentang keadaannya bersama Raf.
                Ashghari pun menjadi terdiam ketika mendengar perkataan darinya, begitupula dengan tatapannya yang menjadi kaku. Kemudian memberikan kembali buku yang masih ditangannya kepadanya. Setelahnya memberikan, ia kembali tersenyum lalu pergi meninggalkan. Raj yang masih tak mengerti akan jalan pikirannya pun hanya diam melihatnya merasakan kelegaan. Tanpa Raf dan Raj menyadarinya, Ashghari diam-diam telah bisa membuka pintu hatinya untuk menerima keduanya.

BHARATAYUDHAseritiga
                Disaat jam pulang sekolah tiba, Raizaa mengajak teman baiknya untuk pergi kesebuah café tempat biasanya bersantai bersama teman baiknya itu. Dan kini mereka berdua sudah duduk bersama saling berhadapan dalam satu meja juga sama-sama memakai jacket warna Abu-Abu. Disaat asiknya bercerita dengan teman baiknya itu, tiba-tiba saja ia melihat ada sosok Vin bersama seorang wanita dibalik dirinya. Mengetahui itu, ia pun langsung melihat keteman baiknya kembali membelakangi Vin.
                Kemudian ia berniat dengan diam-diam akan menguping pembicaraan Vin bersama seorang wanita, tak jauh dari mejanya. Dan Vin bersama seorang wanita itupun akan berbicara, seorang wanita itu adalah Poosharm. Keduanya sedang bersantai dicafe tersebut hanya untuk meneduhkan diri mereka sejenak karna hari sedang hujan amat deras.
                “Sampai kapanpun Mellissa menahan Putra Raizaa! Dia akan kembali dengan sebuah kebenaran tentang kita! Dan semoga, Putra kedua kita tidak merasa tersisihkan setelah Putra Raizaa kembali bersama kita!”. Poosharm mengatakannya kepada Vin sambil meminum the hangat pesanannya.
                “Putra Raizaa masih meragu untuk memanggilku, “Papah”! dan semoga saja dia tidak meragu untuk memanggilmu, “Ibunda”!”. Vin mengungkap keraguan dari Putra Raizaa sambil meminum teh hangat pesanannya juga, melihat Poosharm.
                “Aku masih bisa merasakan dia dalam dekapanku! Alunan detak jantungnya sungguh tak pernah hilang dariku! Bahkan saat inipun, aku merasakan bahwa dia ada disekitar kita!”. Poosharm mengungkap apa yang dirasakannya, menatap Vin sembari meyakinkannya.
                “Kontak bathinmu begitu kuat! Sehingga kau tak bisa mengontrolnya! Sayang, bersabarlah! Putra Raizaa akan kembali pada kita berdua yang masih berada dalam jalan kebenaran!”. Vin menenangkannya dengan senyuman, menatapnya haru.
                “Mungkin Putraku disana sudah hidup dengan kebohongan dari Mellissa! Dia yang telah merampas Putraku dari dekapanku! Dan mungkin juga Mellissa telah mengaku sebagai Ibu kandung dari Putraku itu!”. Poosharm kembali mengungkap tentang bebannya meresahkan Putra Raizaa bersama Mellissa.
                Mendengar percakapan dari keduanya, Raizaa tiba-tiba saja mengingat tentang nama seorang Ibu yang telah melahirkannya beserta nama Ayahnya diakte kelahirannya. Kemudian mendapat sebuah firasat jika nama seorang Ibu yang telah melahirkannya adalah seorang wanita itu masih bersama Vin. Sebab telah diingatnya kembali jika Vin berkata hanya menikahi seorang wanita saja. Dan Raizaa pun kini membalikkan tubuhnya setengah melihat diam-diam kepada mereka berdua.
                “Raizaa, lo kenapa?”. Teman baiknya menanyakan karna heran melihatnya yang seperti itu.
                “Apa lo sempat denger, mereka berdua disana sedang membicarakan apa?”. Tanya Raizaa balik menuju kemereka berdua, masih dalam keadaan yang sama.
                “Kurang jelas Bro! Gue cuma denger mereka ngomongin Putra satu, dua, tiga!”. Jawab teman baiknya itu dengan cuek sambil memainkan handphone.
                “Hah, semprul lo!”. Raizaa mengejeknya dengan melihat kepadanya kembali sambil melemparkan botol kosong.
                Dan disaat dirinya menjaili teman baiknya itu, tak sengaja ia mendengar seorang wanita itu berkata, “Raizaa karn Poo, itu adalah nama Putra kita yang masih jauh dari dekapan kita berdua!”. Kemudian ia melihat kembali kepada mereka berdua secara diam-diam menatapinya singkat, ada sedikit keluluhan dihatinya. Dan lalu dilihatnya mereka berdua akan pergi meninggalkan café tersebut karna hujannya sudah sedkit reda.  
                “Seperti ada yang baru saja datang padaku! Kemudian pergi tanpa berpamitan pula!”, Raizaa berbisik dihatinya sambil berdiri dari duduknya meratapi kepergian keduanya yang akan meninggalkan café tersebut. Sementara teman baiknya itu masih cuek terhadapnya masih memainkan handphone.

BHARATAYUDHAseritiga

Tidak ada komentar:

Posting Komentar