Sementara disana,
Poosharm sedang bersantai dihalaman depan rumahnya bersama Vin. Mereka berdua
akan membincang-bincangkan sesuatu sambil menikmati waktu luang yang ada. Dan
kini mereka berdua telah duduk bersama dalam sebuah Ayunan dengan menghadap
kedepan.
“Esok, kita
berdua akan mengadakan rapat kembali bersama Arun juga Shafaq!”. Vin
memberirahukannya dengan melihat ke Poosharm lalu melihat kedepan kembali.
“Vin, apakah kau
sudah siap untuk rapat besok?”. Poosharm menanyakan kesiapannya dengan menoleh
melihat kepadanya.
“Tentu saja!”,
dengan menganggukkan kepalanya masih melihat kedepan.
“Aku juga sudah
siap! Sudah ikhlas! Tapi bagaimana dengan Vikram, Raizaa? Mereka berdualah yang
kini menjadi bebanku, rasa takutku, juga dengan rasa cemasku!”. Poosharm
mengungkap resah.
“Kau jangan
takut, mereka berdua akan mengerti! Setelah mengetahui kisah sebelumnya yang
pernah terjadi pada Ayahnya, Papahnya!”. Vin mengatakannya dengan melihat
kebawah sambil tersenyum kecil.
“Kau masih bisa
tersenyum! Ketika anugerah kematian yang merupakan sebuah kebebasan untukmu
semakin dekat! Apakah, kau tidak sedikitpun merasa berat tuk meninggalkan
keluargamu disini?”. Poosharm semakin mengungkapnya resah, begitupula dengan
tatapannya kepadanya.
“Aku sudah puas
menghabiskan waktu hidupku bersama Istriku, Putra pertamaku, dan juga dengan
Putra keduaku!”. Vin berkata memberi sanjungan dengan melihat ke Poosharm,
masih dengan senyum keclnya.
Setelahnya
memberi kata sanjungan kepada Poosharm, ia pun beralih akan mengambil minuman
teh hangat dimeja didepan mereka berdua. Namun Poosharm lebih dulu mengambil
minuman teh miliknya kemudian menyuapinya, meminumkannya. Vin merasa
tersanjungi balik darinya, dan Poosharm menjadi tersenyum menunjukkan rasa
kasih sayangnya. Sementara ditempat lain disana, Vikram terhenti dari
langkahnya yang sudah amat jauh meninggalkan tempat kediaman Mellissa.
“Kenapa aku harus
meninggalkan? Harusnya aku bertanya sesuatu padanya!”, katanya berbisik kecil
melihat kebawah. Kemudian secara tiba-tiba ada yang memegang tangan kanannya,
dan ternyata yang memegang tangan kanannya adalah seorang bayi laki-laki ilusi itu
lagi. Vikram yang baru megetahuinya pun langsung bersimpuh semakin melihatnya.
“Kau lagi, kau lagi! Aku masih tidak mengerti maksud dari apa yang telah kau
tunjukkan padaku!”, kata geramnya menatap dingin.
“Tanyakan lagi
pada Om Arun! Semuanya akan baik-baik saja setelah dirinya bertindak!”, balas
seorang bayi laki-laki ilusi itu dengan senyuman sembari melepaskan tangannya
dari memegang tangan Vikram. Dan Vikram berdiri kembali masih melihatnya geram,
lalu dilihatnya seorang bayi laki-laki ilusi itu menjadi sirna, menghilang
lagi. Melihat ketiadaan seorang bayi laki-laki ilusi tersebut sudah menghilang,
ia pun beralih untuk pulang dengan menghentikan kendaraan Taxi yang lewat
didepannya.
BHARATAYUDHAseritiga
Hari telah
berganti, dan hari ini adalah hari dimana Arun akan kembali melanjuti sebuah
rapat seperti pada sebuah rapat yang sudah pernah dilakukannya. Dan kini Arun,
Shafaq, Vin juga Poosharm telah duduk bersama disebuah restaurant ternama diIbu
kota. Dengan beberapa makanan dan minuman dimeja bundar tempat mereka duduk
bersama saling berhadapan, mereka pun akan segera memulainya.
“Sudah tinggal
menghitung hari untukku mendapatkan kebebasanku yang berupa sebuah kematian
hanya untukku seorang!”. Vin mengungkap dengan melihat kemereka berempat, berakhir
melihat ke Arun.
“Namun sebelum
itu terjadi, akan ada sebuah perang antar saudara yang sama-sama akan
memperjuangkan hak kemanusiaannya masing-masing! Maksud dari perkataanku adalah
akan ada yang tidak bisa menerima untuk
melakukan itu salah-satu dari mereka bertiga!”. Arun memberitahukan hasil
penerawangannya melihat ke Vin lalu ke Poosharm.
“Aku sudah
mengetahui jika perang antar saudara sudah pernah terjadi sebanyak dua kali
diantara Ashghari, Raf dan Raj! Tetapi aku tidak mengetahui, siapa yang akan
bersikap tidak terima seperti yang baru kau katakan tadi, Arun?!”. Shafaq
menyambungnya melihat ke Arun bertanya-tanya.
“Bukan maksudku
untuk merahasiakannya! Tapi sangat benar aku tidak mengetahuinya juga siapa
yang akan melakukan hal yang demikian!”. Arun mengungkap ketidaktahuannya
dengan melihat ke Shafaq.
Shafaq menjadi
terdiam saat setelah mendengar kata darinya, begitupula dengan Vin juga
Poosharm yang mendadak menjadi terdiam disertai rasa bingung. Kemudian Arun
mengajak mereka semua untuk segera menyantap hidangan yang telah beberapa menit
nganggur dimeja. Dan mereka pun kini beralih untuk menyantap hidangan yang
telah beberapa menit mereka diamkan karna masih membahas dalam rapatnya tadi.
Sementara disana,
Ashghari sedang mengamati bundaran berisi berlian warna merah pada mahkota
kecilnya dengan duduk dimeja belajar didalam kamarnya. Saatnya masih mengamati
serius bundaran berisi berlian warna merah itu, ia teringat pada waktunya dulu
menyerang Raf yang tiba-tiba menjadi amat kesakitan, saat dirinya menggeserkan
sedikit bundaran kecil tersebut dari menutupi ubun-ubun dikepalanya. Lalu ia merasakan
keanehan mengapa secara tiba-tiba mengingat kejadian itu lagi.
Kembali pada
mereka berempat masih direstaurant ternama diIbu kota, masih dalam menyantap
hidangannya Arun memberi pesan kepada
Vin dan Poosharm. Bahwa pada hari esok Vin dan Poosharm wajib untuk membawa
Vikram, karna pada hari esok Arun akan melanjutkan rapat kembali yang
berhubungan dengan Vikram dan Ashghari. Maka dari sebuah alasan itulah Arun
meminta keduanya untuk menghadirkan Vikram, dan dirinya akan menghadirkan
Ashghari.
Tak ada pilihan
lain, Poosharm dan Vin pun mengangguk melihat ke Arun masih menikmati menyantap
hidangannya. Dan Arun juga mengangguk disertai senyuman lalu melihat ke Shafaq
yang baru saja melihat kepadanya dengan disertai senyuman pula.
BHARATAYUDHAseritiga
Tidak ada komentar:
Posting Komentar