Rabu, 14 Oktober 2015

BHARATAYUDHAseritiga (Part 42)



                Sementara disana, Poosharm sedang bersantai dihalaman depan rumahnya bersama Vin. Mereka berdua akan membincang-bincangkan sesuatu sambil menikmati waktu luang yang ada. Dan kini mereka berdua telah duduk bersama dalam sebuah Ayunan dengan menghadap kedepan.
                “Esok, kita berdua akan mengadakan rapat kembali bersama Arun juga Shafaq!”. Vin memberirahukannya dengan melihat ke Poosharm lalu melihat kedepan kembali.
                “Vin, apakah kau sudah siap untuk rapat besok?”. Poosharm menanyakan kesiapannya dengan menoleh melihat kepadanya.
                “Tentu saja!”, dengan menganggukkan kepalanya masih melihat kedepan.
                “Aku juga sudah siap! Sudah ikhlas! Tapi bagaimana dengan Vikram, Raizaa? Mereka berdualah yang kini menjadi bebanku, rasa takutku, juga dengan rasa cemasku!”. Poosharm mengungkap resah.
                “Kau jangan takut, mereka berdua akan mengerti! Setelah mengetahui kisah sebelumnya yang pernah terjadi pada Ayahnya, Papahnya!”. Vin mengatakannya dengan melihat kebawah sambil tersenyum kecil.
                “Kau masih bisa tersenyum! Ketika anugerah kematian yang merupakan sebuah kebebasan untukmu semakin dekat! Apakah, kau tidak sedikitpun merasa berat tuk meninggalkan keluargamu disini?”. Poosharm semakin mengungkapnya resah, begitupula dengan tatapannya kepadanya.
                “Aku sudah puas menghabiskan waktu hidupku bersama Istriku, Putra pertamaku, dan juga dengan Putra keduaku!”. Vin berkata memberi sanjungan dengan melihat ke Poosharm, masih dengan senyum keclnya.
                Setelahnya memberi kata sanjungan kepada Poosharm, ia pun beralih akan mengambil minuman teh hangat dimeja didepan mereka berdua. Namun Poosharm lebih dulu mengambil minuman teh miliknya kemudian menyuapinya, meminumkannya. Vin merasa tersanjungi balik darinya, dan Poosharm menjadi tersenyum menunjukkan rasa kasih sayangnya. Sementara ditempat lain disana, Vikram terhenti dari langkahnya yang sudah amat jauh meninggalkan tempat kediaman Mellissa.
                “Kenapa aku harus meninggalkan? Harusnya aku bertanya sesuatu padanya!”, katanya berbisik kecil melihat kebawah. Kemudian secara tiba-tiba ada yang memegang tangan kanannya, dan ternyata yang memegang tangan kanannya adalah seorang bayi laki-laki ilusi itu lagi. Vikram yang baru megetahuinya pun langsung bersimpuh semakin melihatnya. “Kau lagi, kau lagi! Aku masih tidak mengerti maksud dari apa yang telah kau tunjukkan padaku!”, kata geramnya menatap dingin.
                “Tanyakan lagi pada Om Arun! Semuanya akan baik-baik saja setelah dirinya bertindak!”, balas seorang bayi laki-laki ilusi itu dengan senyuman sembari melepaskan tangannya dari memegang tangan Vikram. Dan Vikram berdiri kembali masih melihatnya geram, lalu dilihatnya seorang bayi laki-laki ilusi itu menjadi sirna, menghilang lagi. Melihat ketiadaan seorang bayi laki-laki ilusi tersebut sudah menghilang, ia pun beralih untuk pulang dengan menghentikan kendaraan Taxi yang lewat didepannya.

BHARATAYUDHAseritiga

                Hari telah berganti, dan hari ini adalah hari dimana Arun akan kembali melanjuti sebuah rapat seperti pada sebuah rapat yang sudah pernah dilakukannya. Dan kini Arun, Shafaq, Vin juga Poosharm telah duduk bersama disebuah restaurant ternama diIbu kota. Dengan beberapa makanan dan minuman dimeja bundar tempat mereka duduk bersama saling berhadapan, mereka pun akan segera memulainya.
                “Sudah tinggal menghitung hari untukku mendapatkan kebebasanku yang berupa sebuah kematian hanya untukku seorang!”. Vin mengungkap dengan melihat kemereka berempat, berakhir melihat ke Arun.
                “Namun sebelum itu terjadi, akan ada sebuah perang antar saudara yang sama-sama akan memperjuangkan hak kemanusiaannya masing-masing! Maksud dari perkataanku adalah akan ada  yang tidak bisa menerima untuk melakukan itu salah-satu dari mereka bertiga!”. Arun memberitahukan hasil penerawangannya melihat ke Vin lalu ke Poosharm.
                “Aku sudah mengetahui jika perang antar saudara sudah pernah terjadi sebanyak dua kali diantara Ashghari, Raf dan Raj! Tetapi aku tidak mengetahui, siapa yang akan bersikap tidak terima seperti yang baru kau katakan tadi, Arun?!”. Shafaq menyambungnya melihat ke Arun bertanya-tanya.
                “Bukan maksudku untuk merahasiakannya! Tapi sangat benar aku tidak mengetahuinya juga siapa yang akan melakukan hal yang demikian!”. Arun mengungkap ketidaktahuannya dengan melihat ke Shafaq.
                Shafaq menjadi terdiam saat setelah mendengar kata darinya, begitupula dengan Vin juga Poosharm yang mendadak menjadi terdiam disertai rasa bingung. Kemudian Arun mengajak mereka semua untuk segera menyantap hidangan yang telah beberapa menit nganggur dimeja. Dan mereka pun kini beralih untuk menyantap hidangan yang telah beberapa menit mereka diamkan karna masih membahas dalam rapatnya tadi.
                Sementara disana, Ashghari sedang mengamati bundaran berisi berlian warna merah pada mahkota kecilnya dengan duduk dimeja belajar didalam kamarnya. Saatnya masih mengamati serius bundaran berisi berlian warna merah itu, ia teringat pada waktunya dulu menyerang Raf yang tiba-tiba menjadi amat kesakitan, saat dirinya menggeserkan sedikit bundaran kecil tersebut dari menutupi ubun-ubun dikepalanya. Lalu ia merasakan keanehan mengapa secara tiba-tiba mengingat kejadian itu lagi.
                Kembali pada mereka berempat masih direstaurant ternama diIbu kota, masih dalam menyantap hidangannya Arun  memberi pesan kepada Vin dan Poosharm. Bahwa pada hari esok Vin dan Poosharm wajib untuk membawa Vikram, karna pada hari esok Arun akan melanjutkan rapat kembali yang berhubungan dengan Vikram dan Ashghari. Maka dari sebuah alasan itulah Arun meminta keduanya untuk menghadirkan Vikram, dan dirinya akan menghadirkan Ashghari.
                Tak ada pilihan lain, Poosharm dan Vin pun mengangguk melihat ke Arun masih menikmati menyantap hidangannya. Dan Arun juga mengangguk disertai senyuman lalu melihat ke Shafaq yang baru saja melihat kepadanya dengan disertai senyuman pula.

BHARATAYUDHAseritiga

Tidak ada komentar:

Posting Komentar