Pada malam
harinya, Shafaq mencoba akan menutup jendela kamarnya. Namun saat kedua
tangannya akan menutup jendela tersebut, mendadak menjadi terhenti karna
terpana oleh kecantikan bulan purnama diatas awan jauh didepan pandangannya.
Kemudian melipatkan kedua tangannya dikayu penyanggah jendela tersebut semakin
meratapi kecantikan bulan purnama itu. Dan ia pun menutup kedua matanya akan
membayangkan dengan mengulang lagi kenangannya dulu bersama Arun.
Dibayangkannya
juga diulangnya kembali, saat dirinya secara
tidak sengaja telah menerawangi wajah Arun yang kala itu masih menjadi
Pangeran Bheeshma dibawah indahnya bulan purnama, dan dimana keduanya saling
bertatapan diam karna sama-sama merasa terkejut. Lalu disambungnya dengan
membayangi mengulang kembali, saat dirinya menancapkan panah dilengan tangannya
dan Pangeran Bheeshma dengan cepat menangkap dirinya saat akan terjatuh
ketanah.
Kemudian Shafaq
membuka matanya dengan melihat spontan kebulan purnama saat secara tiba-tiba dirinya
akan membayangi, mengingatnya kembali saat Raja Wiranata akan memberi kutukan
yang berupa hukuman untuk Pangeran Bheeshma. “Kutukan dari Ayah akan segera
berakhir! Pangeran Bheeshma akan mendapatkan kebebasannya setelah Pangeran
Karanu mendapatkan kebebasannya yang berupa sebuah kematian untuknya!”,
bisikkan hatinya setelah beberapa saat menyadarinya.
Dan kemudian
Shafaq menghadapkan dirinya kekanan, pandangannya masih tertuju pada bulan
purnama tersebut. Lalu dengan tiba-tiba ada yang berkata didekatnya, “Putri
dari Kerajaan Wigura, Tuan Putri Purindah! Temanku, Putri! Wahai Permaisuriku, yang sebagai istriku
kini! Lihatlah kepadaku sejenak!”. Shafaq yang sudah mendengarnya pun melihat
kepada siapa yang telah berbicara memakai kata-kata tersebut.
Dan tanpa terduga olehnya Arun telah berdiri
dihadapannya dengan menerawangi wajahnya. Kini mereka berdua saling
berpandangan dibalik lingkaran kecil yang dipegang Arun. Lalu menjadi sama-sama
tersenyum karna merasa lucu karna teringat pada kenangannya dulu. Saat Tuan
Putri Purindah secara tidak sengaja telah menerawangi Pangeran Bheeshma dibawah
indahnya bulan purnama.
“Aku telah
mencoba untuk membalasmu sekarang! Dimasa sekarang aku telah menerawang wajahmu
dengan sengaja! Dan dimasa itu kau telah menerawangi wajahku secara tidak
senagja!”. Arun memulai dengan menggodanya sambil tersenyum kecil.
“Ternyata kau
masih mengingatnya, Pangeran Bheeshmaku!”. Shafaq membalasnya dengan
menggodanya juga, tersenyum terpaku.
“Mana mungkin aku
melupakannya! Bahkan sangat tidak mungkin aku bisa melupakannya, Putri!”. Arun
membalasnya semakin menggodanya, menjadi tersenyum ikut terpaku.
“Oh Pangeran
Bheesmaku!”. Shafaq berkata manja, mengalah.
Arun pun menjadi
tertawa kecil karnanya, lalu menjadi terdiam saat Shafaq memegang kedua telapak
tangannya yang masih memegang lingkaran kecil itu masih menerawangi wajah
keduanya. Sementara Shafaq memberi senyuman manja kepadanya disertai dengan
tatapan kedua matanya yang begitu menggodanya. Dan Arun yang semakin mengetahui
perilakunya hanya berdiam namun sedikit tergoda hingga membiarkan Shafaq
menurunkan lingkaran kecil itu kebawah.
Setelahnya
melakukannya, Shafaq mendekatkan wajahnya kepadanya seakan-akan ingin
mengajaknya bermesraan. Sedangkan Arun yang sudah tak kuasa dengan tatapan
darinya, memilih memejamkan kedua matanya lalu menyatukan keningnya kekening
Shafaq. Shafaq yang mengertipun juga memejamkan kedua matanya, dan mereka
berdua bersama akan mencoba mengingat kenangannya dimasa itu.
BHARATAYUDHAseritiga
Dimulai dengan
Arun yang mengingat tentang perenungannya dimasa itu saat masih menjadi
Pangeran Bheeshma, lalu disambung dengan Shafaq. Dan inilah perenungannya,
kemudian dilanjuti dengan perenungan Tuan Putri Purindah.
Kembali lagi
pada masa itu. . . .
Perenungan
Pangeran Bheeshma . . . .
Dimulai dengan Pangeran Bheeshma yang kini telah
bersandar diri ditempat tidurnya didalam ruangannya, merenungi peristiwa yang
sudah terlanjur menimpa padanya dengan kedua kakinya berdiam lurus dikasur
tempat tidurnya. Posisi kepala dan pandangannya lurus kedepan namun kedua
matanya melirik setengah kebawah. kemudian ia terbayang kembali dengan saatnya
bersama Tuan Putri Purindah sedang menari-nari bersamanya.
“Kau temanku! Kau temanku! Kau temanku! Tapi mengapa
kau berani menjadikan dirimu sebagai kekasihku! Rasa sayang apakah ini? Mengapa
ia baru menyadarkan disaat semuanya sudah menuntut lebih banyak?!”. Kata
jeritan hatinya memberontak penuh kehisterisan sedikit memberatkan nafasnya.
Perenungan
Tuan Putri Purindah . . . .
Kemudian dilanjuti dengan Tuan Putri Purindah yang
berlari kecil menuju kejendela didalam ruangannya, dimana dijendela itulah
pernah dijadikan sebuah jalan untuk masuk oleh Pangeran Bheeshma demi
mengetahui keadaannya yang kala itu sedang mengalami kesakitan dikedua kakinya.
Tiba-tiba terbayang kembali saatnya sedang bersama Pangeran Bheeshma bercanda
ditempat tidurnya didalam diruangannya hingga pada saat mereka berdua sama-sama
tertidur.
Usainya terbayang
dengan yang demikian, ia pun berkata sesuatu sambil melihat kelangit malam diatasnya
masih berdiri didepan jendelanya. “Pangeran, malam terasa panjang bila aku
melewatinya bersamamu! Tapi mengapa disaat baru saja kita mengumbarkan
rasa-rasa kita berdua, kau seperti akan menjauh dan aku seperti akan
menghilang?!”. Keluhnya seakan-akan tak mau mengungkapnya meskipun hanya
mengungkap didalam hatinya saja.
Dua kenangan itulah yang kembali diingat oleh
keduanya. Dan setelah bersama saling mengingatnya tentang perenungannya
masing-masing, mereka berdua beralih saling berpelukan sedikit keharuan
diantaranya. “Kau dan aku, masih sama seperti pada masa itu!”, Arun mengungkap
kata harunya. Sedangkan Shafaq mencium pipinya ketika mendengar katanya, dan
Arun hanya merasakan ciumannya dengan kedua matanya terpejam masih memeluknya dan
semakin erat.
BHARATAYUDHAseritiga
Masih dimalam
yang sama, disana Poosharm sedang berbaring ditempat tidurnya bersama Vin
dengan saling berhadapan, berpandangan secara seksama. Mereka berdua akan
saling mengeluhkan sesuatu.
“Vin, aku ingin
membawa Raizaa pulang kerumah ini! Kita sudah berhasil menemukan keberadaannya!
Tapi mengapa harus dipersulit untuk membawanya pulang kembali kerumah ini!”.
Poosharm mulai mengungkap keluhnya.
“Dia kini sedang
berada dalam kedilemaan! Dia baru saja mengetahui kalau dia mempunyai dua
tempat tinggal! Dua orang Ibu, namun satu Ayah dan satu saudara kandung!”. Vin
menjelaskan dengan memberi pengertian.
“Iya, aku sudah
mengetahui tentang semua itu! Tapi bagaimanapun juga, rumah ini adalah tempat
pulangnya setelah meninggalkan rumah sakit dimana dia telah dilahirkan!”.
Poosharm berusaha mengingatkannya.
“Poosharm, dia
telah memiliki dua rumah saat ini! Rumah kita, adalah tempat pulangnya ketika
usianya baru berumur dua hari sejak dia dilahirkan dari rumah sakit! Dan rumah
Mellissa, adalah tempat dimana ia telah dirawat dan dapat tumbuh besar seperti
yang kita saksikan dihari kemarin!”. Vin menjelaskannya lagi semakin memberi
pengertian.
“Tapi, aku adalah
Ibunda darinya yang sudah melahirkannya! Bagaimana bisa kau memperlampat
Putraku untuk pulang kembali kerumah ini!”. Poosharm mengungkap rasa kesalnya.
“Bersikaplah
dewasa untuk masalah ini, Poosharm! Bersabarlah sedikit lagi, aku yakin
semuanya akan kembali dengan segera!”. Vin berkata mengakhirinya dengan
mengelus rambut Poosharm, sedangkan Poosharm menatap tidak suka lalu memejamkan
kedua matanya. “Lebih baik kau tidur saja! Ingat, aku lebih mencintaimu dari
yang kau tau, juga dari yang kau rasakan! Saat ini aku hanya berkorban tuk
merebut kembali hak kita darinya!”, katanya sambil menenangkan, masih
mengelusnya.
Sementara Vikram
dikamarnya, ia sedang duduk sendiri didepan jendela kamarnya sambil menatapi
terangnya bulan purnama. Lalu airmatanya menetes seketika merasakan sedikit
kesakitan mengingat jika Ibunda yang telah merawatnya bukanlah Ibunda
kandungnya. Dan yang lebih menyakitinya lagi ia kini sudah bisa menerka jika
Ibunda kandungnya adalah Mellissa. “Oh Tuhan, khayalan apakah ini? Apakah Mellissa
telah salah merawat Putranya?”, bisiknya sedikit pilu.
Vikram berkata
demikian karna mengingat jika Mellissa telah merawat Raizaa sebagai Putranya
sendiri, sementara Raizaa adalah Putra dari Poosharm. Sedangkan dirinya adalah
Putra dari Mellissa yang telah dirawat oleh Poosharm sebagai Putranya juga.
Itulah isi dalam pikirannya masih menerkanya. Dan kini kesimpulan yang ada
dalam pikirannya adalah jika Poosharm, Mellissa telah merawat seorang anak yang
salah selama bertahun-tahun lamanya.
Vikram masih
menatapi bulan purnama dan masih meneteskan airmatanya. Ia menangis tak
bersuara mengingat kembali kasih sayang dari Poosharm dan Vin. Kemudian
berkata, “Ayahanda, ibunda, begitu sakit ketika aku baru mengetahui kenyataan
ini! Bahkan lebih sakit ketika kenyataan ini semakin lama kusembunykan!”, ia
mengatakannya amat pilu bersamaan dengan linangan airmatanya yang semakin
mengalir deras.
Dalam linangan
airmatanya, ia mengingat kembali wajah Poosharm dan Vin saat dalam
mengasihinya. Lalu beralih mengingat tatapan Raizaa yang baru pertama kalinya
mengaku sebagai kakak kandungnya. Dan kemudian disambung dengan mengingat wajah
Mellissa yang kini masih diterkanya sebagai Ibunda kandungnya.
“Astaghfirullah….!”, bisiknya mengucapkan kalimat istighfar dalam jeritannya
untuk menenangkan dirinya sendiri.
BHARATAYUDHAseritiga
Tidak ada komentar:
Posting Komentar