Selasa, 13 Oktober 2015

BHARATAYUDHAseritiga (Part 36)



                Pada malam harinya, Shafaq mencoba akan menutup jendela kamarnya. Namun saat kedua tangannya akan menutup jendela tersebut, mendadak menjadi terhenti karna terpana oleh kecantikan bulan purnama diatas awan jauh didepan pandangannya. Kemudian melipatkan kedua tangannya dikayu penyanggah jendela tersebut semakin meratapi kecantikan bulan purnama itu. Dan ia pun menutup kedua matanya akan membayangkan dengan mengulang lagi kenangannya dulu bersama Arun.
                Dibayangkannya juga diulangnya kembali, saat dirinya secara  tidak sengaja telah menerawangi wajah Arun yang kala itu masih menjadi Pangeran Bheeshma dibawah indahnya bulan purnama, dan dimana keduanya saling bertatapan diam karna sama-sama merasa terkejut. Lalu disambungnya dengan membayangi mengulang kembali, saat dirinya menancapkan panah dilengan tangannya dan Pangeran Bheeshma dengan cepat menangkap dirinya saat akan terjatuh ketanah.  
                Kemudian Shafaq membuka matanya dengan melihat spontan kebulan purnama saat secara tiba-tiba dirinya akan membayangi, mengingatnya kembali saat Raja Wiranata akan memberi kutukan yang berupa hukuman untuk Pangeran Bheeshma. “Kutukan dari Ayah akan segera berakhir! Pangeran Bheeshma akan mendapatkan kebebasannya setelah Pangeran Karanu mendapatkan kebebasannya yang berupa sebuah kematian untuknya!”, bisikkan hatinya setelah beberapa saat menyadarinya.
                Dan kemudian Shafaq menghadapkan dirinya kekanan, pandangannya masih tertuju pada bulan purnama tersebut. Lalu dengan tiba-tiba ada yang berkata didekatnya, “Putri dari Kerajaan Wigura, Tuan Putri Purindah! Temanku, Putri!  Wahai Permaisuriku, yang sebagai istriku kini! Lihatlah kepadaku sejenak!”. Shafaq yang sudah mendengarnya pun melihat kepada siapa yang telah berbicara memakai kata-kata tersebut.
Dan tanpa terduga olehnya Arun telah berdiri dihadapannya dengan menerawangi wajahnya. Kini mereka berdua saling berpandangan dibalik lingkaran kecil yang dipegang Arun. Lalu menjadi sama-sama tersenyum karna merasa lucu karna teringat pada kenangannya dulu. Saat Tuan Putri Purindah secara tidak sengaja telah menerawangi Pangeran Bheeshma dibawah indahnya bulan purnama.
                “Aku telah mencoba untuk membalasmu sekarang! Dimasa sekarang aku telah menerawang wajahmu dengan sengaja! Dan dimasa itu kau telah menerawangi wajahku secara tidak senagja!”. Arun memulai dengan menggodanya sambil tersenyum kecil.
                “Ternyata kau masih mengingatnya, Pangeran Bheeshmaku!”. Shafaq membalasnya dengan menggodanya juga, tersenyum terpaku.
                “Mana mungkin aku melupakannya! Bahkan sangat tidak mungkin aku bisa melupakannya, Putri!”. Arun membalasnya semakin menggodanya, menjadi tersenyum ikut terpaku.
                “Oh Pangeran Bheesmaku!”. Shafaq berkata manja, mengalah.
                Arun pun menjadi tertawa kecil karnanya, lalu menjadi terdiam saat Shafaq memegang kedua telapak tangannya yang masih memegang lingkaran kecil itu masih menerawangi wajah keduanya. Sementara Shafaq memberi senyuman manja kepadanya disertai dengan tatapan kedua matanya yang begitu menggodanya. Dan Arun yang semakin mengetahui perilakunya hanya berdiam namun sedikit tergoda hingga membiarkan Shafaq menurunkan lingkaran kecil itu kebawah.
                Setelahnya melakukannya, Shafaq mendekatkan wajahnya kepadanya seakan-akan ingin mengajaknya bermesraan. Sedangkan Arun yang sudah tak kuasa dengan tatapan darinya, memilih memejamkan kedua matanya lalu menyatukan keningnya kekening Shafaq. Shafaq yang mengertipun juga memejamkan kedua matanya, dan mereka berdua bersama akan mencoba mengingat kenangannya dimasa itu.

BHARATAYUDHAseritiga

                Dimulai dengan Arun yang mengingat tentang perenungannya dimasa itu saat masih menjadi Pangeran Bheeshma, lalu disambung dengan Shafaq. Dan inilah perenungannya, kemudian dilanjuti dengan perenungan Tuan Putri Purindah.

Kembali lagi pada masa itu. . . .

Perenungan Pangeran Bheeshma . . . .

Dimulai dengan Pangeran Bheeshma yang kini telah bersandar diri ditempat tidurnya didalam ruangannya, merenungi peristiwa yang sudah terlanjur menimpa padanya dengan kedua kakinya berdiam lurus dikasur tempat tidurnya. Posisi kepala dan pandangannya lurus kedepan namun kedua matanya melirik setengah kebawah. kemudian ia terbayang kembali dengan saatnya bersama Tuan Putri Purindah sedang menari-nari bersamanya.
“Kau temanku! Kau temanku! Kau temanku! Tapi mengapa kau berani menjadikan dirimu sebagai kekasihku! Rasa sayang apakah ini? Mengapa ia baru menyadarkan disaat semuanya sudah menuntut lebih banyak?!”. Kata jeritan hatinya memberontak penuh kehisterisan sedikit memberatkan nafasnya.

Perenungan Tuan Putri Purindah . . . .

Kemudian dilanjuti dengan Tuan Putri Purindah yang berlari kecil menuju kejendela didalam ruangannya, dimana dijendela itulah pernah dijadikan sebuah jalan untuk masuk oleh Pangeran Bheeshma demi mengetahui keadaannya yang kala itu sedang mengalami kesakitan dikedua kakinya. Tiba-tiba terbayang kembali saatnya sedang bersama Pangeran Bheeshma bercanda ditempat tidurnya didalam diruangannya hingga pada saat mereka berdua sama-sama tertidur.
                Usainya terbayang dengan yang demikian, ia pun berkata sesuatu sambil melihat kelangit malam diatasnya masih berdiri didepan jendelanya. “Pangeran, malam terasa panjang bila aku melewatinya bersamamu! Tapi mengapa disaat baru saja kita mengumbarkan rasa-rasa kita berdua, kau seperti akan menjauh dan aku seperti akan menghilang?!”. Keluhnya seakan-akan tak mau mengungkapnya meskipun hanya mengungkap didalam hatinya saja.
                Dua kenangan itulah yang kembali diingat oleh keduanya. Dan setelah bersama saling mengingatnya tentang perenungannya masing-masing, mereka berdua beralih saling berpelukan sedikit keharuan diantaranya. “Kau dan aku, masih sama seperti pada masa itu!”, Arun mengungkap kata harunya. Sedangkan Shafaq mencium pipinya ketika mendengar katanya, dan Arun hanya merasakan ciumannya dengan kedua matanya terpejam masih memeluknya dan semakin erat.

BHARATAYUDHAseritiga

                Masih dimalam yang sama, disana Poosharm sedang berbaring ditempat tidurnya bersama Vin dengan saling berhadapan, berpandangan secara seksama. Mereka berdua akan saling mengeluhkan sesuatu.             
                “Vin, aku ingin membawa Raizaa pulang kerumah ini! Kita sudah berhasil menemukan keberadaannya! Tapi mengapa harus dipersulit untuk membawanya pulang kembali kerumah ini!”. Poosharm mulai mengungkap keluhnya.
                “Dia kini sedang berada dalam kedilemaan! Dia baru saja mengetahui kalau dia mempunyai dua tempat tinggal! Dua orang Ibu, namun satu Ayah dan satu saudara kandung!”. Vin menjelaskan dengan memberi pengertian.
                “Iya, aku sudah mengetahui tentang semua itu! Tapi bagaimanapun juga, rumah ini adalah tempat pulangnya setelah meninggalkan rumah sakit dimana dia telah dilahirkan!”. Poosharm berusaha mengingatkannya.
                “Poosharm, dia telah memiliki dua rumah saat ini! Rumah kita, adalah tempat pulangnya ketika usianya baru berumur dua hari sejak dia dilahirkan dari rumah sakit! Dan rumah Mellissa, adalah tempat dimana ia telah dirawat dan dapat tumbuh besar seperti yang kita saksikan dihari kemarin!”. Vin menjelaskannya lagi semakin memberi pengertian.
                “Tapi, aku adalah Ibunda darinya yang sudah melahirkannya! Bagaimana bisa kau memperlampat Putraku untuk pulang kembali kerumah ini!”. Poosharm mengungkap rasa kesalnya.
                “Bersikaplah dewasa untuk masalah ini, Poosharm! Bersabarlah sedikit lagi, aku yakin semuanya akan kembali dengan segera!”. Vin berkata mengakhirinya dengan mengelus rambut Poosharm, sedangkan Poosharm menatap tidak suka lalu memejamkan kedua matanya. “Lebih baik kau tidur saja! Ingat, aku lebih mencintaimu dari yang kau tau, juga dari yang kau rasakan! Saat ini aku hanya berkorban tuk merebut kembali hak kita darinya!”, katanya sambil menenangkan, masih mengelusnya.
                Sementara Vikram dikamarnya, ia sedang duduk sendiri didepan jendela kamarnya sambil menatapi terangnya bulan purnama. Lalu airmatanya menetes seketika merasakan sedikit kesakitan mengingat jika Ibunda yang telah merawatnya bukanlah Ibunda kandungnya. Dan yang lebih menyakitinya lagi ia kini sudah bisa menerka jika Ibunda kandungnya adalah Mellissa. “Oh Tuhan, khayalan apakah ini? Apakah Mellissa telah salah merawat Putranya?”, bisiknya sedikit pilu.
                Vikram berkata demikian karna mengingat jika Mellissa telah merawat Raizaa sebagai Putranya sendiri, sementara Raizaa adalah Putra dari Poosharm. Sedangkan dirinya adalah Putra dari Mellissa yang telah dirawat oleh Poosharm sebagai Putranya juga. Itulah isi dalam pikirannya masih menerkanya. Dan kini kesimpulan yang ada dalam pikirannya adalah jika Poosharm, Mellissa telah merawat seorang anak yang salah selama bertahun-tahun lamanya.
                Vikram masih menatapi bulan purnama dan masih meneteskan airmatanya. Ia menangis tak bersuara mengingat kembali kasih sayang dari Poosharm dan Vin. Kemudian berkata, “Ayahanda, ibunda, begitu sakit ketika aku baru mengetahui kenyataan ini! Bahkan lebih sakit ketika kenyataan ini semakin lama kusembunykan!”, ia mengatakannya amat pilu bersamaan dengan linangan airmatanya yang semakin mengalir deras.
                Dalam linangan airmatanya, ia mengingat kembali wajah Poosharm dan Vin saat dalam mengasihinya. Lalu beralih mengingat tatapan Raizaa yang baru pertama kalinya mengaku sebagai kakak kandungnya. Dan kemudian disambung dengan mengingat wajah Mellissa yang kini masih diterkanya sebagai Ibunda kandungnya. “Astaghfirullah….!”, bisiknya mengucapkan kalimat istighfar dalam jeritannya untuk menenangkan dirinya sendiri.

BHARATAYUDHAseritiga

Tidak ada komentar:

Posting Komentar