Selasa, 13 Oktober 2015

BHARATAYUDHAseritiga (Part 37)



                Esok harinya, Vikram sedang berjalan-berjalan ditaman biasa ia kunjungi demi menghabiskan waktu luangnya. Ia berjalan sambil melamun melihat kebawah, masih memikirkan kenyataan yang kian membuatnya menjadi pilu. Lalu dengan tiba-tiba dilihatnya sosok Arun yang sedang bersantai seorang diri menikmati suasana, saat ketika tidak sengaja menoleh kearah kanannya. Dan dengan cepat otaknya pun memerintahkannya untuk segera menghampiri Arun sambil memanfaatkan waktu yang ada.
                Kini Vikram sudah berada didekatnya, tepatnya dibelakang Arun. Dan Arun pun baru berbalik menghadapnya, baru mengetahui keberadaannya. “Selamat pagi menjelang siang, Om Arun!”, sapanya sedikit bergemetar menatapnya gugup. Sedangkan Arun melihatnya aneh karna kedatangannya yang secara tiba-tiba tanpa membuat janji dulu dengannya. “Om Arun, aku ingin menceritakan pengalamanku kemarin!”, Vikram berkata permisi untuk bercerita dan Arun mengangguk sambil tersenyum.
                “Kemarin aku telah didatangi oleh seorang bayi laki-laki ilusi! Dia mengajakku lalu berhenti disuatu tempat! Kemudian dia menghilang begitu saja!”. Vikram mulai mengutarakannya.
                “Apakah kau mengenal siapa seorang bayi laki-laki ilusi itu?”. Arun bertanya dengan bijak, Vikram menggeleng. “Lalu, apakah dia sempat mengenalkan dirinya padamu?”. Tanya Arun sekali lagi, Vikram mengangguk masih dalam kegugupan.
                “Dia mengenalkan dirinya adalah diriku! Dan tubuhku adalah tubuhnya juga! Tapi sungguh aku tidak mengenal wajah dari seorang bayi tersebut!”. Vikram menjabarkan apa yang telah didengarnya dari pengakuan seorang bayi laki-laki ilusi itu.
                “Apakah ada hal lain yang akan kau sampaikan padaku lagi! Terbukalah lagi Vikram! Aku akan merahasiakannya dari yang lain!”. Arun menanyakannya lagi, Vikram mendesah kecil melihatnya.
                “Om Arun, apakah maksud dari pertemuanku dengan seorang bayi laki-laki ilusi itu? Sungguh aku tidak mengerti!”. Vikram berkata memohon memancingnya tuk memberitahukan maksud dari pertemuannya itu dengan seorang bayi laki-laki ilusi.
                “Kali ini aku harus bersikap keras, tegas, dan rahasia padamu! Karna kau saja bisa begitu padaku!”. Arun berkata menolaknya halus lalu menepuk lengannya, sedangkan Vikram merasa sedikit kecewa atas perkataan menolaknya dan juga dengan tepukkan darinya.
                Kemudian Vikram melepaskan tangan Arun pelan dari menepuk lengannya lalu berbalik pergi berjalan dengan cepat. Sementara Arun melihatnya sedikit tersenyum sambil menggelengkan kepalanya. “Sepertinya dia lebih pintar dari yang kukira! Kecerdasannya sama seperti kecerdasan yang aku punya! Aku sudah dapat membaca jika dia akan melakukan sesuatu yang akan menyakiti dirinya sendiri pada akhirnya!”, bisik Arun dalam masih meratapi kepergiannya yang masih terlihat.
                Setelah beberapa saat kemudian, Vikram berhenti disatu tempat sambil merenungkan kecerdasan yang dimiliki Arun. “Ternyata kecerdasan Om Arun, masih mampu menandingi kecerdasan yang kupunya! Kalau memang benar begitu, maka tujuanku besok adalah pergi kerumah sakit! Om Arun boleh saja merahasiakannya, tapi dokter tidak akan bisa merahasiakannya!”, Vikram berkata tegas penuh optimis melihat keatas awan.

BHARATAYUDHAseritiga

                Keesokkan harinya lagi, Vikram mengendarai sebuah mobil Taxi dengan membawa beberapa helai rambut Poosharm yang didapatinya dari tempat sampah didalam kamar Ibundanya. Ia memasukkan beberapa helai rambut itu dikantong plastik bening serta dengan beberapa helai rambut dirinya sendiri. Ia berniat akan melakukan tes DNA seorang diri secara diam-diam dan tak ada yang mengetahuinya. Itu dilakukannya karna dirinya ingin cepat mengetahui tentang jati dirinya.
                Setelah beberapa lama menempuh jarak menuju kerumah sakit, kini ia pun telah tiba dirumah sakit tersebut dan sudah duduk berhadapan dengan seorang dokter. Vikram menjelaskan tentang keinginannya untuk melakukan sebuah tes DNA yang memakai beberapa helai rambut dari Poosharm juga dari rambutnya sendiri. Tak perlu dirinya lebih menjelaskan, Sang Dokter yang siap melayani keinginannya pun mengangguk menerimanya.
Dan kemudian Dokter itu memintanya untuk kembali pada dua hari mendatang untuk mengetahui hasil dari tes DNAnya. Vikram yang menjadi senang dan tenang pun langsung menjabat tangan Sang Dokter mengucapkan terimakasih. Usainya melakukan yang demikian, Vikram berpamitan dengan Dokter tersebut tanpa ada rasa canggung didalam dirinya.

Dua hari kemudian. . . .

                  Setelah dua hari menunggu, surat pemberitahuan tentang hasil dari tes DNA yang dinantinya itupun sudah berada ditangannya. Dan kini ia sedang duduk dilobby rumah sakit, berniat akan segera membukanya dan juga akan segera megetahuinya. Perlahan ia merobek sedikit amplop dari surat pemberitahuan itu, lalu perlahan mengambil sebuah kertas yang berlipat dua bagian. Kemudian dibacanya jika pada hasil tes DNA Sembilan puluh Sembilan persen tidak ada kecocokkan.
                Sontak Vikram menjadi amat terkejut, karna apa yang telah dicurigainya hingga kini memanglah nyata. Usainya mengetahui itu, dirinya langsung melipat kembali surat tersebut lalu beranjak cepat entah akan menuju kemana.

Setelah beberapa saat kemudian. . . .

                Karna emosinya, jauh dalam kesadarannya ia kembali kerumah memasuki kamar rahasia dengan cara mendobrak pintunya keras. Lalu ia memutarkan dirinya pelan melihat seisi kamar rahasia tersebut. “Ayahanda! Ibunda! Kakak Raizaa! Aku bukanlah seorang anak, seorang saudara kandung dalam kehidupan kalian!”, katanya menjerit kecil sambil berlinangan airmata masih memutarkan dirnya pelan melihat-lihat seisi kamar rahasia. Kemudian terjatuh dengan bersimpuh masih berlinangan airmata.
                Kemudian beranjak menutup pintu kamar rahasia tersebut dari dalam beralih bersantai dibalik pintu kamar rahasia tersebut dengan terduduk melampiaskan emosinya, mulai menangis kecil. “Apakah Mellissa adalah Ibunda kandungku?”, katanya lagi begitu pilu sambil membayangi wajah Mellissa. Dan kemudian mengangkat kepalanya keatas dengan memejamkan kedua matanya dengan kedua telapak tangannya memegang dadanya erat seolah-olah berusaha tuk menenangkan dirinya sendiri.

BHARATAYUDHAseritiga

Tidak ada komentar:

Posting Komentar