Tiga hari kemudian. . . .
Tiga
hari sudah berlalu, dari pengetahuannya tentang jati dirinya yang sebenarnya
dari sebuah foto akta kelahirannya yang kini masih tersimpan dimemori pada
handphonenya. Raizaa yang masih terduduk diruang santai keluarga didalam
rumahnya, kini pun mulai beranjak akan menuju kesuatu tempat masih didalam
rumahnya, meninggalkan handphonenya dimeja ruang keluarga tersebut. Setelah
beberapa saat kemudian, Mellissa mendatangi ruang santai keluarga mencari
keberadaan Raizaa.
Sesampainya
diruang santai keluarga tersebut tidak ditemuinya sosok Raizaa, melainkan hanya
menemui handphone milik Raizaa saja. Mellissa pun mulai mengambil handphone
milik Raizaa tanpa merasa sebuah keraguan, dan tidak sengaja telah menekan key
handphone tersebut hingga terlihatlah sebuah foto yang bergambarkan sebuah akta
kelahiran bernamakan “Raizaa Karn Poo”. Sontak Mellissa menjadi terkejut,
sementara dibalik dirinya telah ada Raizaa berdiam diri melihatnya diam.
“Tidak
mungkin? Darimana Raizaa mendapatkan sebuah foto akta kelahiran ini?”, katanya
begitu terkejut melihat sebuah foto akta kelahiran tersebut. Masih belum
menyadari jika Raizaa telah ada dibalik dirinya yang juga telah mendengarnya.
Hatinya pun kini menjadi bergemetar takut akan kehilangan Raizaa dari
kehidupannya, lalu berbalik kebelakang dan membuatnya semakin terkejut yang
kedua kalinya.
“Apa
yang tidak mungkin, Mamah? Itu adalah sebuah foto akta kelahiranku! Bagaimana
aku bisa mengelak dari kebenaran itu?”, Raizaa berkata halus menatapnya sedikit
kecewa karna kebohongan selama bertahun-tahun dari Mellissa. Sedangkan Mellissa
tertunduk gelisah sebab Raizaa telah mengetahui sebuah kebohongan darinya
selama bertahun-tahun. “Aku telah hidup dengan kebohongan kurang lebih selama
tujuhbelas tahun lamanya!”, sambung Raizaa sedikit menghakimi.
“Karna
bila aku mengatakan yang sebenarnya, maka kau akan cepat meninggalkanku!”,
ungkap Mellissa sambil meneteskan airmata kanannya.
“Tapi
bagaimana dengan seorang wanita yang telah melahirkanku disana? Dia telah
menderita karna ketiadaanku disisinya! Awalnya aku sempat berfikir, Papah telah
menikahi dua orang wanita dan Mamah menjadi korban didalamnya! Tapi, fakta
mengatakan jika seorang wanita yang telah melahirkanku disana sangat menderita!
Daripada sebuah penderitaan yang sering aku lihat dari kedua tatapan mata Mamah
itu?”. Ungkap balik Raizaa menumpahkan rasa bebannya.
“Kau
memang bukan anakku! Bukan juga darah dagingku! Tapi kau sudah mendarah daging
dikehidupanku! Dengarkan aku, seorang wanita yang telah melahirkanmu telah merampas
Papahmu dariku! Dan aku membalasnya dengan merampasmu dari mereka berdua! Aku
hanya ingin menunjukkan, sebuah penderitaan yang masih terjadi padaku hingga
sekarang!”. Mellissa mengutarakan penderitaannya, melihat kembali ke Raizaa
dari tunduknya.
“Ternyata Mamah masih ingin hidup dengan masa
lalu Mamah! Bersama dengan dendam yang tak kunjung habis! Mestinya dendam itu
sudah tidak ada lagi, Mah! Apakah tidak cukup melampiaskan dendam itu, dengan
merampasku dari mereka berdua? Mamah, aku sayang Mamah! Tapi yang kini
membuatku selalu tersedih setiap waktu, adalah seorang wanita yang telah
melahirkanku disana?”. Raizaa semakin mengungkapnya, mengutarakannya.
“Apa
kau tidak memikirkan perasaanku? Aku sungguh hancur melihatmu berkata seperti
itu!”. Mellissa menanyakan tentang pemikirannya dengan perasaannya sendiri. Raizaa
menggeleng lemas sambil meneteskan airmatanya.
“Sesungguhnya
aku sedang dilema besar! Disana, ada seorang wanita yang begitu menderita karna
ketiadaanku disisinya! Dan tepat dihadapanku, ada seorang wanita juga yang
telah lama bersedia tuk merawatku! Aku seperti jatuh kedalam jurang, tapi aku
tidak tau harus menggapai tangan siapa diantaranya yang sama-sama akan
menyelamatkanku! Dan tangan itu adalah tangan dari dua orang wanita yang telah
mengaku sebagai Ibuku!”. Raizaa mengatakannya sambil membayangkannya.
Mellissa yang
sudah terlanjur emosi atas kata-katanya pun langsung meletakkan keras handphone
miliknya didada kanan Raizaa, dan Raizaa secara reflek langsung menahan
handphonenya didada kanannya menggunakan tangan kanannya sesaat Mellissa akan melepaskan
tangannya dari memegang handphonenya. “Pergilah, tinggalkan Mamah disini
seorang diri!”, perintah Mellissa kepadanya melihat kearah lain masih
meneteskan airmatanya.
Dan Raizaa pun
mulai melangkah kecil akan meninggalkannya dengan menahan tangisannya. “Aku
tidak ingin berpisah! Aku teramat menyayangimu! Kau Putraku! Kau Putraku!”.
Mellissa berkata dihatinya sambil memejamkan kedua matanya. Mellissa tidak bisa
menerima sebuah kenyataan yang sudah terlanjur diketahui oleh Raizaa tanpa
diketahuinya. Sementara Raizaa merasa begitu dilema karna dirinya harus bisa
memilih Mellissa atau seorang wanita yang telah melahirkannya.
BHARATAYUDHAseritiga
Malam harinya,
Mellissa mendapatkan sebuah surat kecil dimeja kerjanya dirumahnya sendiri
sepulangnya dari kantor. Ia pun langsung membuka surat kecil tersebut akan
membaca isinya. “Mamah, Mamah jangan mendatangi mereka yang mungkin telah Mamah
curigai! Mereka belum mengetahui tentang diriku, Mah! Dan yang mengetahui hanya
aku sama Mamah saja!”, tertanda Raizaa. Itulah isi surat kecil tersebut. Dan
Mellissa sudah mengerti, menerimanya dengan berbesar hati.
Keesokkan
harinya, Raizaa sedang menghabiskan waktu bersama teman karibnya dengan
bernyanyi bersama memainkan sebuah gitar. Disaat asyiknya bernyanyi bersama,
tiba-tiba saja ada seorang teman wanitanya mencubit gemas kedua pipinya dari
arah belakangnya. Raizaa pun terpaksa melangkahkan dirinya kedepan sambil
melepaskan keras cubitan dari teman wanitanya itu. Namun setelah melepaskan
cubitan teman wanitanya itu, teman wanitanya malah merangkulnya dari belakang.
Lalu bercanda
manja dengannya, sedangkan Raizaa kembali bernyanyi bersama teman karibnya juga
bersama teman wanitanya itu, dengan membiarkan teman wanitanya itu merangkulnya
dari belakang. Sementara didepannya, ada sebuah mobil taxi yang berhenti tanpa
disadari olehnya. Didalam mobil Taxi tersebut ada sosok Ashghari yang menyuruh
pak supir untuk berhenti sejenak ketika dilihatnya tadi ada seorang teman
wanita dari Raizaa yang telah mencubit kedua pipinya gemas.
Kemudian
dilihatnya jika Raizaa bersama teman-temannya begitu senang hingga tak
sedikitpun menoleh kemobil Taxi yang masih dikendarainya itu. Ashghari pun
memutuskan untuk pergi kembali akan menuju kesuatu tempat, setelah melihat
keseruan Raizaa bersama teman-temannya juga kemesraan pada seorang teman
wanitanya itu.
Beberapa saat kemudian. . . .
Kini Ashghari telah
berada disebuah danau tempat biasanya untuk menghibur dirinya sendiri. Kali ini
Ashghari tidak mencerminkan dirinya diair danau tersebut, tapi hanya berdiri
ditepi melihat lurus kedepan melawan rasa-rasa tidak normal ketika melihat
Raizaa bersama seorang temannya tadi. “Rasa-rasa apa ini? Aku merasa seperti
tidak terima melihat Raizaa bermesraan dengan seorang teman wanitanya itu?!”,
bisikkan hatinya sambil merenungkannya.
Dan tiba-tiba ada seseorang datang kepadanya, berdiam
disampingnya dengan menghadapnya. Begitupula Ashghari yang juga menghadap
keseseorang tersebut secara reflek. Seseorang itu adalah Raizaa yang menatapnya
diam seperti akan mengatakan sesuatu. Sedangkan Ashghari menatapnya merenung
lalu melirikkan kedua matanya kebawah. “Look at, gue!”, Raizaa memerintahkannya
dengan menempelkan telapak kedua tangannya diwajah kanan-kirinya.
Dan Ashghari kembali melirikkan kedua matanya
melihatnya yang seperti itu. Raizaa memberi senyuman masih dalam keadaan
dirinya yang sama, begitupula Ashghari mulai tersenyum karna melihat kekonyolan
darinya.
BHARATAYUDHAseritiga
“Lo nutupin wajah
kiri-kanan lo, Cuma buat mengenang cubitan dari teman wanita, lo?”. Ashghari
bertanya dengan canda.
“Gue worry lo
akan nyentuh kedua pipi gue! Sementara cubitan dari dia masih membekas
perihnya!”. Raizaa meluruskan, cuek. Lau memekarkan jemarinya menutupi telinga
kiri-kanannya juga. “Gue juga takut lo akan narik telinga gue! Seperti elo
menarik telinga seorang pemuda yang seumuran dengan gue dulu!”. Raizaa
mengulang, Ashghari terdiam seketika menatapnya.
“Sampai kapan lo
akan bertahan dengan keadaan lo yang seperti itu?”. Ashghari bertanya berniat
akan menghentikannya.
“Sampai aku
merasa puas melakukannya!”. Jawab singkat Raizaa sambil tersenyum mengejek.
sedangkan Ashghari membuang muka setelah mendengar jawabannya.
Lain halnya
dengan Raizaa, ia masih dalam keadaannya yang sama namun ditambah dengan
menutup kedua matanya masih dengan senyumannya. Ashghari yang tak sengaja
melihat wajahnya kembali pun menjadi terpana karna pesona ketampanannya. Lalu
Ashghari mencium pinggir bibirnya kemudian melepaskannya dengan menatap dekat
kewajahnya. Sementara Raizaa baru saja membuka kedua matanya kembali melihat
Ashghari menatapnya yang begitu dekat kewajahnya.
“Apa arti dari
kecupanmu itu?”. Raizaa bertanya, menatap diam berbahasa sopan.
“Aku hanya ingin
menghilangkan perih yang masih membekas dikedua wajahmu dari tangan teman
wanitamu itu!”. Ashghari berkata jujur, namun sedikit berbohong.
“Kau cemburu
padanya?”. Raizaa langsung menanyakan tentang kecemburuan darinya, Ashghari
menggeleng pelan. “Aku pikir, kecupan tadi adalah sebuah penyampaiian rasa
sayang darimu untukku! Dan ternyata aku telah salah!”. Raizaa mengatakannya
dengan senyuman namun sedikit kecewa.
“Apakah ini
adalah sebuah hal yang serius?”. Ashghari bertanya tentang keseriusan, Raizaa
menggeleng lalu tertunduk sedikit gelisah.
“Entahlah!”.
Jawabnya menyerah atas pertanyaan darinya.
Kemudian Ashghari
menyambungnya didalam hatinya, “Aku belum tau, apakah aku punya rasa sama dirimu
atau tidak?! Yang jelas aku tidak suka ketika melihatmu bercanda dengan seorang
teman cewemu itu!”. Ashghari mengatakannya masih menatapi Raizaa yang masih
tertunduk. Dan kini Raizaa menegakkan kepalanya melihat kembali ke Ashghari,
lalu memundurkan dirinya kebelakang. Dan lalu berbalik membelakangi Ashghari.
“Pergilah Raizaa!
Aku tau, semakin kau bertahan disini semakin kau akan terluka! Maafkan aku yang
sudah tidak sengaja memberi harapan padamu!”, Ashghari memerintahkannya dengan
rasa pengertiannya terhadapnya melihat Raizaa yang masih berdiam
membelakanginya. Raizaa pun pergi meninggalkannya atas perintahnya, Dan
Ashghari menghadapkan dirinya kedepan air danau tersebut lalu meneteskan
airmata kanannya hingga terjatuh diair danau yang tenang tersebut.
BHARATAYUDHAseritiga
Tidak ada komentar:
Posting Komentar