Senin, 12 Oktober 2015

BHARATAYUDHAseritiga (Part 26)



Tiga hari kemudian. . . .

                Tiga hari sudah berlalu, dari pengetahuannya tentang jati dirinya yang sebenarnya dari sebuah foto akta kelahirannya yang kini masih tersimpan dimemori pada handphonenya. Raizaa yang masih terduduk diruang santai keluarga didalam rumahnya, kini pun mulai beranjak akan menuju kesuatu tempat masih didalam rumahnya, meninggalkan handphonenya dimeja ruang keluarga tersebut. Setelah beberapa saat kemudian, Mellissa mendatangi ruang santai keluarga mencari keberadaan Raizaa.    
                Sesampainya diruang santai keluarga tersebut tidak ditemuinya sosok Raizaa, melainkan hanya menemui handphone milik Raizaa saja. Mellissa pun mulai mengambil handphone milik Raizaa tanpa merasa sebuah keraguan, dan tidak sengaja telah menekan key handphone tersebut hingga terlihatlah sebuah foto yang bergambarkan sebuah akta kelahiran bernamakan “Raizaa Karn Poo”. Sontak Mellissa menjadi terkejut, sementara dibalik dirinya telah ada Raizaa berdiam diri melihatnya diam.
                “Tidak mungkin? Darimana Raizaa mendapatkan sebuah foto akta kelahiran ini?”, katanya begitu terkejut melihat sebuah foto akta kelahiran tersebut. Masih belum menyadari jika Raizaa telah ada dibalik dirinya yang juga telah mendengarnya. Hatinya pun kini menjadi bergemetar takut akan kehilangan Raizaa dari kehidupannya, lalu berbalik kebelakang dan membuatnya semakin terkejut yang kedua kalinya.
                “Apa yang tidak mungkin, Mamah? Itu adalah sebuah foto akta kelahiranku! Bagaimana aku bisa mengelak dari kebenaran itu?”, Raizaa berkata halus menatapnya sedikit kecewa karna kebohongan selama bertahun-tahun dari Mellissa. Sedangkan Mellissa tertunduk gelisah sebab Raizaa telah mengetahui sebuah kebohongan darinya selama bertahun-tahun. “Aku telah hidup dengan kebohongan kurang lebih selama tujuhbelas tahun lamanya!”, sambung Raizaa sedikit menghakimi.
                “Karna bila aku mengatakan yang sebenarnya, maka kau akan cepat meninggalkanku!”, ungkap Mellissa sambil meneteskan airmata kanannya.
                “Tapi bagaimana dengan seorang wanita yang telah melahirkanku disana? Dia telah menderita karna ketiadaanku disisinya! Awalnya aku sempat berfikir, Papah telah menikahi dua orang wanita dan Mamah menjadi korban didalamnya! Tapi, fakta mengatakan jika seorang wanita yang telah melahirkanku disana sangat menderita! Daripada sebuah penderitaan yang sering aku lihat dari kedua tatapan mata Mamah itu?”. Ungkap balik Raizaa menumpahkan rasa bebannya.
                “Kau memang bukan anakku! Bukan juga darah dagingku! Tapi kau sudah mendarah daging dikehidupanku! Dengarkan aku, seorang wanita yang telah melahirkanmu telah merampas Papahmu dariku! Dan aku membalasnya dengan merampasmu dari mereka berdua! Aku hanya ingin menunjukkan, sebuah penderitaan yang masih terjadi padaku hingga sekarang!”. Mellissa mengutarakan penderitaannya, melihat kembali ke Raizaa dari tunduknya.
                 “Ternyata Mamah masih ingin hidup dengan masa lalu Mamah! Bersama dengan dendam yang tak kunjung habis! Mestinya dendam itu sudah tidak ada lagi, Mah! Apakah tidak cukup melampiaskan dendam itu, dengan merampasku dari mereka berdua? Mamah, aku sayang Mamah! Tapi yang kini membuatku selalu tersedih setiap waktu, adalah seorang wanita yang telah melahirkanku disana?”. Raizaa semakin mengungkapnya, mengutarakannya.
                “Apa kau tidak memikirkan perasaanku? Aku sungguh hancur melihatmu berkata seperti itu!”. Mellissa menanyakan tentang pemikirannya dengan perasaannya sendiri. Raizaa menggeleng lemas sambil meneteskan airmatanya.
                “Sesungguhnya aku sedang dilema besar! Disana, ada seorang wanita yang begitu menderita karna ketiadaanku disisinya! Dan tepat dihadapanku, ada seorang wanita juga yang telah lama bersedia tuk merawatku! Aku seperti jatuh kedalam jurang, tapi aku tidak tau harus menggapai tangan siapa diantaranya yang sama-sama akan menyelamatkanku! Dan tangan itu adalah tangan dari dua orang wanita yang telah mengaku sebagai Ibuku!”. Raizaa mengatakannya sambil membayangkannya.
                Mellissa yang sudah terlanjur emosi atas kata-katanya pun langsung meletakkan keras handphone miliknya didada kanan Raizaa, dan Raizaa secara reflek langsung menahan handphonenya didada kanannya menggunakan tangan kanannya sesaat Mellissa akan melepaskan tangannya dari memegang handphonenya. “Pergilah, tinggalkan Mamah disini seorang diri!”, perintah Mellissa kepadanya melihat kearah lain masih meneteskan airmatanya.
                Dan Raizaa pun mulai melangkah kecil akan meninggalkannya dengan menahan tangisannya. “Aku tidak ingin berpisah! Aku teramat menyayangimu! Kau Putraku! Kau Putraku!”. Mellissa berkata dihatinya sambil memejamkan kedua matanya. Mellissa tidak bisa menerima sebuah kenyataan yang sudah terlanjur diketahui oleh Raizaa tanpa diketahuinya. Sementara Raizaa merasa begitu dilema karna dirinya harus bisa memilih Mellissa atau seorang wanita yang telah melahirkannya.

BHARATAYUDHAseritiga

                Malam harinya, Mellissa mendapatkan sebuah surat kecil dimeja kerjanya dirumahnya sendiri sepulangnya dari kantor. Ia pun langsung membuka surat kecil tersebut akan membaca isinya. “Mamah, Mamah jangan mendatangi mereka yang mungkin telah Mamah curigai! Mereka belum mengetahui tentang diriku, Mah! Dan yang mengetahui hanya aku sama Mamah saja!”, tertanda Raizaa. Itulah isi surat kecil tersebut. Dan Mellissa sudah mengerti, menerimanya dengan berbesar hati.
                Keesokkan harinya, Raizaa sedang menghabiskan waktu bersama teman karibnya dengan bernyanyi bersama memainkan sebuah gitar. Disaat asyiknya bernyanyi bersama, tiba-tiba saja ada seorang teman wanitanya mencubit gemas kedua pipinya dari arah belakangnya. Raizaa pun terpaksa melangkahkan dirinya kedepan sambil melepaskan keras cubitan dari teman wanitanya itu. Namun setelah melepaskan cubitan teman wanitanya itu, teman wanitanya malah merangkulnya dari belakang.
                Lalu bercanda manja dengannya, sedangkan Raizaa kembali bernyanyi bersama teman karibnya juga bersama teman wanitanya itu, dengan membiarkan teman wanitanya itu merangkulnya dari belakang. Sementara didepannya, ada sebuah mobil taxi yang berhenti tanpa disadari olehnya. Didalam mobil Taxi tersebut ada sosok Ashghari yang menyuruh pak supir untuk berhenti sejenak ketika dilihatnya tadi ada seorang teman wanita dari Raizaa yang telah mencubit kedua pipinya gemas.
                Kemudian dilihatnya jika Raizaa bersama teman-temannya begitu senang hingga tak sedikitpun menoleh kemobil Taxi yang masih dikendarainya itu. Ashghari pun memutuskan untuk pergi kembali akan menuju kesuatu tempat, setelah melihat keseruan Raizaa bersama teman-temannya juga kemesraan pada seorang teman wanitanya itu.

Beberapa saat kemudian. . . .

                Kini Ashghari telah berada disebuah danau tempat biasanya untuk menghibur dirinya sendiri. Kali ini Ashghari tidak mencerminkan dirinya diair danau tersebut, tapi hanya berdiri ditepi melihat lurus kedepan melawan rasa-rasa tidak normal ketika melihat Raizaa bersama seorang temannya tadi. “Rasa-rasa apa ini? Aku merasa seperti tidak terima melihat Raizaa bermesraan dengan seorang teman wanitanya itu?!”, bisikkan hatinya sambil merenungkannya.
Dan tiba-tiba ada seseorang datang kepadanya, berdiam disampingnya dengan menghadapnya. Begitupula Ashghari yang juga menghadap keseseorang tersebut secara reflek. Seseorang itu adalah Raizaa yang menatapnya diam seperti akan mengatakan sesuatu. Sedangkan Ashghari menatapnya merenung lalu melirikkan kedua matanya kebawah. “Look at, gue!”, Raizaa memerintahkannya dengan menempelkan telapak kedua tangannya diwajah kanan-kirinya.
Dan Ashghari kembali melirikkan kedua matanya melihatnya yang seperti itu. Raizaa memberi senyuman masih dalam keadaan dirinya yang sama, begitupula Ashghari mulai tersenyum karna melihat kekonyolan darinya.

BHARATAYUDHAseritiga

                “Lo nutupin wajah kiri-kanan lo, Cuma buat mengenang cubitan dari teman wanita, lo?”. Ashghari bertanya dengan canda.
                “Gue worry lo akan nyentuh kedua pipi gue! Sementara cubitan dari dia masih membekas perihnya!”. Raizaa meluruskan, cuek. Lau memekarkan jemarinya menutupi telinga kiri-kanannya juga. “Gue juga takut lo akan narik telinga gue! Seperti elo menarik telinga seorang pemuda yang seumuran dengan gue dulu!”. Raizaa mengulang, Ashghari terdiam seketika menatapnya.
                “Sampai kapan lo akan bertahan dengan keadaan lo yang seperti itu?”. Ashghari bertanya berniat akan menghentikannya.
                “Sampai aku merasa puas melakukannya!”. Jawab singkat Raizaa sambil tersenyum mengejek. sedangkan Ashghari membuang muka setelah mendengar jawabannya.
                Lain halnya dengan Raizaa, ia masih dalam keadaannya yang sama namun ditambah dengan menutup kedua matanya masih dengan senyumannya. Ashghari yang tak sengaja melihat wajahnya kembali pun menjadi terpana karna pesona ketampanannya. Lalu Ashghari mencium pinggir bibirnya kemudian melepaskannya dengan menatap dekat kewajahnya. Sementara Raizaa baru saja membuka kedua matanya kembali melihat Ashghari menatapnya yang begitu dekat kewajahnya.  
                “Apa arti dari kecupanmu itu?”. Raizaa bertanya, menatap diam berbahasa sopan.
                “Aku hanya ingin menghilangkan perih yang masih membekas dikedua wajahmu dari tangan teman wanitamu itu!”. Ashghari berkata jujur, namun sedikit berbohong.
                “Kau cemburu padanya?”. Raizaa langsung menanyakan tentang kecemburuan darinya, Ashghari menggeleng pelan. “Aku pikir, kecupan tadi adalah sebuah penyampaiian rasa sayang darimu untukku! Dan ternyata aku telah salah!”. Raizaa mengatakannya dengan senyuman namun sedikit kecewa.
                “Apakah ini adalah sebuah hal yang serius?”. Ashghari bertanya tentang keseriusan, Raizaa menggeleng lalu tertunduk sedikit gelisah.
                “Entahlah!”. Jawabnya menyerah atas pertanyaan darinya.
                Kemudian Ashghari menyambungnya didalam hatinya, “Aku belum tau, apakah aku punya rasa sama dirimu atau tidak?! Yang jelas aku tidak suka ketika melihatmu bercanda dengan seorang teman cewemu itu!”. Ashghari mengatakannya masih menatapi Raizaa yang masih tertunduk. Dan kini Raizaa menegakkan kepalanya melihat kembali ke Ashghari, lalu memundurkan dirinya kebelakang. Dan lalu berbalik membelakangi Ashghari.
                “Pergilah Raizaa! Aku tau, semakin kau bertahan disini semakin kau akan terluka! Maafkan aku yang sudah tidak sengaja memberi harapan padamu!”, Ashghari memerintahkannya dengan rasa pengertiannya terhadapnya melihat Raizaa yang masih berdiam membelakanginya. Raizaa pun pergi meninggalkannya atas perintahnya, Dan Ashghari menghadapkan dirinya kedepan air danau tersebut lalu meneteskan airmata kanannya hingga terjatuh diair danau yang tenang tersebut.

BHARATAYUDHAseritiga

Tidak ada komentar:

Posting Komentar