“Haruskah
aku memanggilmu Papah? Sementara kau tak pernah ada bersama kami selama
bertahun-tahun!”. Raizaa mengungkap tanya yang terbesit dibenaknya, menatap
menajamkan namun mengharukan.
“Bagaimanapun
juga aku adalah seorang Papah kandungmu!”. Vin berkata singkat mengakui dirinya
sendiri sebagai orangtua kandungnya. Masih menatap kaget penuh harap.
“Kau
telah meninggalkan Mamah seorang diri selama bertahun-tahun! Mamah merawatku
hanya seorang diri tanpa bantuan dari siapapun! Kalau boleh aku tau, dimanakah
peran seorang Papah kandung didalam dirimu? Mamah selalu mengelak dan marah
ketika aku menanyakan tentang Papah? Apakah Papah sudah memiliki seorang Istri
lagi selain Mamahku?”. Raizaa semakin menanyakannya sehingga membuat Vin
menjadi bergetar sedikit haru.
“Aku
hanya memliki seorang istri! Dan aku hanya menikahi satu wanita saja!”. Vin
akan menjelaskannya namun Raizaa memotongnya dengan bentakan kecil,
“Dan
kau mau bilang kalau wanita itu bukan Mamahku? Mamahku selalu menderita, itu
dapat aku lihat dari tatapan kedua matanya! Dimana tanggung jawabmu, Papah?
Sekali lagi, haruskah aku memanggilmu dengan sebutan Papahku?”. Raizaa
mengatakannya dengan bentakkan kecil, matanya mulai berkaca-kaca. Vin langsung
memeluknya erat tak mau melepaskannya ketika Raizaa berusaha tuk melepaskan
pelukannya.
“Papah
tidak seburuk itu, Putraku! Biarkan Papah memelukmu sejenak! Apakah dirimu
tidak merindukan pelukan ini, Putraku!”. Kata tersedihnya Vin masih menahan
Raizaa yang berusaha tuk melepaskan pelukannya. Sedangkan Raizaa menjadi
menangis kecil mulai tak kuasa tuk melepaskan pelukan darinya.
“Aku
membenci Papah, sama seperti aku melihat penderitaan pada Mamah! Aku merindukan
pelukan Papah, sama seperti aku merindukan pelukan dari Mamah kala dia masih
dalam kesibukkannya! Lepaskan Papah, aku mau pergi sekarang! Aku tidak mau
semakin membenci Papah dalam pelukan ini!”. Raizaa mengutarakan sambil
memerintahkannya untuk melepaskannya.
Vin
yang masih ingin memeluknya pun terpaksa melepaskannya. Sementara Raizaa
langsung beranjak pergi meninggalkannya masih dalam kemarahannya. “Putraku!”,
kata tersedihnya sambil menangis kecil meratapi kepergiannya yang semakin
menjauh.
Beberapa saat kemudian. . . .
Didanau
biasa, Ashghari berdiri ditepi air danau tersebut sambil mencerminkan dirinya
sendiri. Ia sedang menanti Raizaa datang kepadanya setelah Raizaa mengirimkan
sebuah pesan mengajaknya untuk bertemu melalui teman baiknya. Dan tiba-tiba ada
yang memasangkan jepitan dirambutnya sebelah kanan. Ashghari yang sudah merasakannya
pun akan melihat kepada siapa yang telah memakaikan jepitan dirambutnya melalui
air danau tersebut.
Kemudian
terlihatlah sosok Raizaa yang juga melihat kepadanya disamping kanannya. Lalu
mereka berdua saling melihat menolehkan kepalanya masing-masing secara
bersamaan. Raizaa pun menyentuh pipi kanan darinya lembut sambil berjalan
mendekatinya, berdiam dihadapannya. Sedangkan Ashghari hanya melihatnya masih
diam tak bersuara.
BHARATAYUDHAseritiga
Raizaa
masih menyentuh pipi kanannya lembut, dan Ashghari mulai menegurnya saat
setelah beberapa saat bertukar tatapan mesra. Dan merekapun kini akan saling
berbicara masih dalam keadaan yang sama.
“Lo
udah lama nungguin gue?”, Raizaa bertanya, Ashghari menggeleng pelan. “Gue tadi
sempat lupa, kalo kita ketemuan ditempat ini?”. Sambungnya menceritakan.
“Lo
mesra banget! Lepasin tangannya!”, Ashghari mulai berkata dengan melihat
ketangan Raizaa yang masih menyentuh wajahnya lembut. Raizaa pun melepaskan
tangannya dari menyentuh wajahnya lembut.
“Kenapa
sih, lo harus nyebelin kaya gini? Lo bener-bener cewe songong yang ngebuat gue
gak tau harus melakukan apalagi buat lo?”. Raizaa mengungkap kesebalannya
terhadapnya, menatap tegas.
“kenapa
lo marah? Jangan-jangan lo ngajakin gue ketemuan disini, cuma untuk berperang
lagi gitu? Sorry gue masih cinta damai!”. Ashghari berkata menantangnya dengan
melihat sinish padanya.
Raizaa
yang mendengarnya hanya diam sambil berkata dihatinya, “Sorry juga gue udah
suka sama lo!”, dengan menatapi keduamatanya. Lalu memberikan tangannya
kepadanya mengajaknya untuk berjabat tangan. Ashghari yang sudah melihatnya
menyembunyikan kedua tanggannya dibelakang dirinyanya. “Bahkan tanganmu pun tak
mau kau sentuhkan dengan tanganku! Penyiksaan apa lagi ini?”, Raizaa kembali berkata
dengan suara melihat kebawah menyembunyikan kesedihannya.
Kemudian
Raizaa pergi meninggalkannya dengan berbalik tanpa berkata lagi. Sedangkan
Ashghari menggelengkan kepalanya melihatnya dan juga pergi meninggalkan.
Pada malam harinya. . . .
Vin
sedang bersantai dengan rebahan dikasur tempat tidurnya bersama Poosharm,
jelang saatnya mereka berdua akan beristirahat. Dan Vin pun akan menceritakan
tenttang Raizaa yang sudah datang kepadanya pada siang tadi dengan Poosharm
sudah merebahkan kepalanya didada samping kanannya, bersandar manja.
“Siang
tadi, aku telah kedatangan Putra kita yang dulu! Dia memarahiku karna kesalah
pahaman dalam melihatku! Tak kusangka, Putra kita itu begitu tampan! Setampan
diriku dulu sewaktu masih menjadi Pangeran Karanu!”. Vin mulai menceritakannya
sedkit sambil membelai rambut Poosharm.
“Kalau
begitu, pertemukan aku dengannya! Tapi jangan kau pertemukan aku dengan
Mellissa! Aku masih teringat dengan kejahatannya yang telah merebut Putraku
Raizaa bersama dendamku kala itu!”. Poosharm mengutarakan keinginannya setelah
mendengar ceritanya.
“Kita harus pelan-pelan untuk
membuatnya kembali pada kita! Biarlah dia membenci kita lebih dulu! Karna orang
yang benar, akan menerima kebencian darinya dulu! Setelah itu baru akan
menerima keluluhan darinya! Poosharm, aku harap kau sabar menunggunya! Karna
bagaimanapun juga, seorang anak yang telah hilang akan kembali pada kedua
orangtua kandungnya! Kebenaran akan terjadi dengan seiring berjalannya waktu!”.
Vin memberi nasehat sekaligus menenangkannya penuh harap.
Kemudian dilihatnya jika Poosharm
sudah tertidur karna belaiaannya yang tiada henti. Melihatnya yang seperti itu,
Vin pun tersenyum ikut tidur bersamanya. Begitupula dengan Vikram yang baru
saja menutup kedua matanya untuk tidur. Sementara disana Ashghari menyelimuti
dirinya lalu menjadi tertidur seketika. Dan Raizaa disana pula sudah tertidur
dengan tangannya memeluk lukisan Ashghari yang telah dilukisnya memakai tangannya
sendiri beberapa waktu lalu.
BHARATAYUDHAseritiga
Tidak ada komentar:
Posting Komentar