Senin, 12 Oktober 2015

BHARATAYUDHAseritiga (Part 23)



                “Haruskah aku memanggilmu Papah? Sementara kau tak pernah ada bersama kami selama bertahun-tahun!”. Raizaa mengungkap tanya yang terbesit dibenaknya, menatap menajamkan namun mengharukan.
                “Bagaimanapun juga aku adalah seorang Papah kandungmu!”. Vin berkata singkat mengakui dirinya sendiri sebagai orangtua kandungnya. Masih menatap kaget penuh harap.
                “Kau telah meninggalkan Mamah seorang diri selama bertahun-tahun! Mamah merawatku hanya seorang diri tanpa bantuan dari siapapun! Kalau boleh aku tau, dimanakah peran seorang Papah kandung didalam dirimu? Mamah selalu mengelak dan marah ketika aku menanyakan tentang Papah? Apakah Papah sudah memiliki seorang Istri lagi selain Mamahku?”. Raizaa semakin menanyakannya sehingga membuat Vin menjadi bergetar sedikit haru.
                “Aku hanya memliki seorang istri! Dan aku hanya menikahi satu wanita saja!”. Vin akan menjelaskannya namun Raizaa memotongnya dengan bentakan kecil,
                “Dan kau mau bilang kalau wanita itu bukan Mamahku? Mamahku selalu menderita, itu dapat aku lihat dari tatapan kedua matanya! Dimana tanggung jawabmu, Papah? Sekali lagi, haruskah aku memanggilmu dengan sebutan Papahku?”. Raizaa mengatakannya dengan bentakkan kecil, matanya mulai berkaca-kaca. Vin langsung memeluknya erat tak mau melepaskannya ketika Raizaa berusaha tuk melepaskan pelukannya.
                “Papah tidak seburuk itu, Putraku! Biarkan Papah memelukmu sejenak! Apakah dirimu tidak merindukan pelukan ini, Putraku!”. Kata tersedihnya Vin masih menahan Raizaa yang berusaha tuk melepaskan pelukannya. Sedangkan Raizaa menjadi menangis kecil mulai tak kuasa tuk melepaskan pelukan darinya.
                “Aku membenci Papah, sama seperti aku melihat penderitaan pada Mamah! Aku merindukan pelukan Papah, sama seperti aku merindukan pelukan dari Mamah kala dia masih dalam kesibukkannya! Lepaskan Papah, aku mau pergi sekarang! Aku tidak mau semakin membenci Papah dalam pelukan ini!”. Raizaa mengutarakan sambil memerintahkannya untuk melepaskannya.
                Vin yang masih ingin memeluknya pun terpaksa melepaskannya. Sementara Raizaa langsung beranjak pergi meninggalkannya masih dalam kemarahannya. “Putraku!”, kata tersedihnya sambil menangis kecil meratapi kepergiannya yang semakin menjauh.

Beberapa saat kemudian. . . .

                Didanau biasa, Ashghari berdiri ditepi air danau tersebut sambil mencerminkan dirinya sendiri. Ia sedang menanti Raizaa datang kepadanya setelah Raizaa mengirimkan sebuah pesan mengajaknya untuk bertemu melalui teman baiknya. Dan tiba-tiba ada yang memasangkan jepitan dirambutnya sebelah kanan. Ashghari yang sudah merasakannya pun akan melihat kepada siapa yang telah memakaikan jepitan dirambutnya melalui air danau tersebut.
                Kemudian terlihatlah sosok Raizaa yang juga melihat kepadanya disamping kanannya. Lalu mereka berdua saling melihat menolehkan kepalanya masing-masing secara bersamaan. Raizaa pun menyentuh pipi kanan darinya lembut sambil berjalan mendekatinya, berdiam dihadapannya. Sedangkan Ashghari hanya melihatnya masih diam tak bersuara.

BHARATAYUDHAseritiga

                Raizaa masih menyentuh pipi kanannya lembut, dan Ashghari mulai menegurnya saat setelah beberapa saat bertukar tatapan mesra. Dan merekapun kini akan saling berbicara masih dalam keadaan yang sama.
                “Lo udah lama nungguin gue?”, Raizaa bertanya, Ashghari menggeleng pelan. “Gue tadi sempat lupa, kalo kita ketemuan ditempat ini?”. Sambungnya menceritakan.
                “Lo mesra banget! Lepasin tangannya!”, Ashghari mulai berkata dengan melihat ketangan Raizaa yang masih menyentuh wajahnya lembut. Raizaa pun melepaskan tangannya dari menyentuh wajahnya lembut.
                “Kenapa sih, lo harus nyebelin kaya gini? Lo bener-bener cewe songong yang ngebuat gue gak tau harus melakukan apalagi buat lo?”. Raizaa mengungkap kesebalannya terhadapnya, menatap tegas.
                “kenapa lo marah? Jangan-jangan lo ngajakin gue ketemuan disini, cuma untuk berperang lagi gitu? Sorry gue masih cinta damai!”. Ashghari berkata menantangnya dengan melihat sinish padanya.
                Raizaa yang mendengarnya hanya diam sambil berkata dihatinya, “Sorry juga gue udah suka sama lo!”, dengan menatapi keduamatanya. Lalu memberikan tangannya kepadanya mengajaknya untuk berjabat tangan. Ashghari yang sudah melihatnya menyembunyikan kedua tanggannya dibelakang dirinyanya. “Bahkan tanganmu pun tak mau kau sentuhkan dengan tanganku! Penyiksaan apa lagi ini?”, Raizaa kembali berkata dengan suara melihat kebawah menyembunyikan kesedihannya.
                Kemudian Raizaa pergi meninggalkannya dengan berbalik tanpa berkata lagi. Sedangkan Ashghari menggelengkan kepalanya melihatnya dan juga pergi meninggalkan.   

Pada malam harinya. . . .

                Vin sedang bersantai dengan rebahan dikasur tempat tidurnya bersama Poosharm, jelang saatnya mereka berdua akan beristirahat. Dan Vin pun akan menceritakan tenttang Raizaa yang sudah datang kepadanya pada siang tadi dengan Poosharm sudah merebahkan kepalanya didada samping kanannya, bersandar manja.
                “Siang tadi, aku telah kedatangan Putra kita yang dulu! Dia memarahiku karna kesalah pahaman dalam melihatku! Tak kusangka, Putra kita itu begitu tampan! Setampan diriku dulu sewaktu masih menjadi Pangeran Karanu!”. Vin mulai menceritakannya sedkit sambil membelai rambut Poosharm.
                “Kalau begitu, pertemukan aku dengannya! Tapi jangan kau pertemukan aku dengan Mellissa! Aku masih teringat dengan kejahatannya yang telah merebut Putraku Raizaa bersama dendamku kala itu!”. Poosharm mengutarakan keinginannya setelah mendengar ceritanya.
“Kita harus pelan-pelan untuk membuatnya kembali pada kita! Biarlah dia membenci kita lebih dulu! Karna orang yang benar, akan menerima kebencian darinya dulu! Setelah itu baru akan menerima keluluhan darinya! Poosharm, aku harap kau sabar menunggunya! Karna bagaimanapun juga, seorang anak yang telah hilang akan kembali pada kedua orangtua kandungnya! Kebenaran akan terjadi dengan seiring berjalannya waktu!”. Vin memberi nasehat sekaligus menenangkannya penuh harap.
Kemudian dilihatnya jika Poosharm sudah tertidur karna belaiaannya yang tiada henti. Melihatnya yang seperti itu, Vin pun tersenyum ikut tidur bersamanya. Begitupula dengan Vikram yang baru saja menutup kedua matanya untuk tidur. Sementara disana Ashghari menyelimuti dirinya lalu menjadi tertidur seketika. Dan Raizaa disana pula sudah tertidur dengan tangannya memeluk lukisan Ashghari yang telah dilukisnya memakai tangannya sendiri beberapa waktu lalu.

BHARATAYUDHAseritiga

Tidak ada komentar:

Posting Komentar