Senin, 12 Oktober 2015

BHARATAYUDHAseritiga (Part 25)




                Ditempat lain, Vikram pergi dari rumahnya akan mendatangi kantor tempat dimana Mellissa telah bekerja berniat akan membuat sebuah pengakuan padanya. Dan kini vikram telah memasuki perlahan kedalam ruangan Mellissa atas perintah kesediaan darinya. Mellissa yang baru saja melihatnya pun menjadi terhenti dari menulis berkasnya, sebab Vikram telah berdiri menghadapnya diantara dua kursi untuk tamunya dari depan meja kerjanya.
                “Ternyata dirimu, ada apa kau menemuiku sampai kesini?”. Mellissa langsung bertanya tanpa basa-basi lebih dulu.
                “Aku, ingin membuat sebuah pengakuan!”, Vikram mengatakan tujuannya. Mellissa mengangguk sambil mempersilahkanya untuk bicara.
                “Silahkan saja! Karna jam kosong pada pekerjaannku masih terbilang panjang!”. Kata Mellissa dengan baik mempersilahkannya. Vikram menatapnya tegang sembari memberi senyuman kecil.
                “Sebenarnya, aku yang telah diam-diam mengambil kalung liontin itu!”, Vikram memulainya, Mellissa melihat kekalung liontin yang sedang dipakainya lalu melihat ke Vikram kembali.
                “Katakan apa yang telah mendorongmu untuk mengambil diam-diam kalung liontin milikku ini! Bukankah sudah kau ketahui, jika apa yang telah kau lakukan ini sama halnya dengan melakukan percobaan untuk mencuri?”. Mellissa menanyakannya, menatap tegas.
                “Aku melakukannya, karna aku penasaran dengan dirimu! Karna, dirimu….? Maksudku, aku merasa kau pernah berteman dengan Ayahandaku!”. Jawabnya sambil menjelaskan sedikit gugup masih menyembunyikan sesuatu darinya.
                “Siapa Ayahandamu? Aku tidak akan menjawabnya sebelum kau menjelaskannya dulu padaku!”. Mellissa masih menanyakannya, masih menatapnya tegas. Sedangkan Vikram mulai menatapnya penuh kegugupan.
                “Ayahanda, bernama Vin! Dan dirimu adalah, Mellissa! Tujuanku kesini, aku hanya ingin dirimu mengmbalikan saudara kandungku! Raizaa yang masih bersamamu!”. Vikram terpaksa memberitahukannya dan terpaksa menjelaskannya dengan kejujuran. Mellissa menjadi berdiri seketika karna merasa begitu kaget.
                “Sekali lagi kau mengatakan itu padaku! Maka aku tidak segan untuk mengusirmu secara tidak hormat!”. Bentakkan Mellissa menatap marah kepadanya.
                 “Aku hanya ingin meminta suatu keadilan darimu, yaitu memberikan kembali Raizaa kepada kedua orangtuaku!”. Vikram berkata sekali lagi mengulang keinginannya.
                “Dengar, Ibumu sudah bersikap tidak adil padaku! Maka dari itu aku memilih tuk menahan Raizaa bersamaku! Dan harus kau ingat, aku tidak akan pernah memberikan Raizaa kembali kepada keluargamu! Karna Raizaa adalah satu-satunya harta yang paling berharga untukku yang sejak lama kumiliki! Kau mengerti!”. Mellissa masih membetaknya semakin menatapnya penuh kemarahan.
                “Sesuatu yang telah diambil secara paksa, maka sesuatu itu akan kembali walaupun dengan cara paksaan juga! Entah kami yang mengambilnya, atau sesuatu itu sendiri yang akan datang kembali pulang bersama kami! Ibu, jaga Raizaa baik-baik!”. Vikram mengeluarkan kata-kata yang telah menggetarkan hati Mellissa, sekaligus menciutkan pertahanannya sedikit terhadap Raizaa.
                Kemudian Mellissa memalingkan pandangannya kekanan darinya, sementara Vikram baru menyadari kalau dirinya telah memanggil, “Ibu”, pada Mellissa. Namun itu tidak dipikirkannya melainkan memilih untuk pergi berpamitan dengannya. Sedangkan Mellissa melihat kembali ke Vikram ketika pergi melewati pintu ruangannya. Lalu menjadi tertunduk dengan terduduk mendengar kata-kata darinya tadi. Dan Mellissa pun menjadi panik terhadap Raizaa, hatinya mulai terguncang sedikit takut.
                Dan lalu diingatnya saat Vikram sempat menggilnya dengan sebutan, “Ibu”, tadi. Disaat yang bersamaan, ia teringat kembali pada janin didalam rahimnya yang tiba-tiba menghilang pada 16 tahun yang lalu. Mellissa mengingatnya  dengan menyentuh perutnya sendiri.

BHARATAYUDHAseritiga

                Pada keesokkan harinya, Vikram pergi keluar dari pintu gerbang rumahnya untuk membuang sampah kertas dari kamarnya sendiri sebanyak satu karung. Saat ketika sudah berada diluar pintu gerbangnya, tepatnya baru saja memasukkan sampah kertas dari kamarnya sendiri tiba-tiba ada yang membunyikan suara klakson dari arah belakangnya. Vikram pun langsung mellihat kearah belakangnya dan terlihatlah sosok Raizaa masih duduk dimotor gedenya.
                “Eh, anak moge ada apa kesini?”. Vikram menyapanya sedikit akrab.
                “Temen baik gue ada halangan buat bareng gue! Biasanya gue sama dia nongkrong dulu dicafe sebelum pulang kerumah!”. Raizaa menjelaskan dengan membuka kaca helm dari menutupi wajahnya.
                “Bersantai maksudnya? Ya sudah masuk dulu kedalam! Aku juga lagi butuh teman!”. Vikram mempersilahkannya.
                Dan mereka berduapun kini bersama masuk kedalam dari sisi luar pintu gerbang, dengan Raizaa yang rela turun ikut berjalan bersamanya sambil mendorong motornya. Setelahnya memasuki dan berdiam ditaman rumahnya, Vikram menyuruh Raizaa untuk memakirkan motornya dulu baru menyusulnya kelantai atas didalam rumahnya. Raizaa pun mengangguk sudah mengerti, dan Vikram mulai memasuki rumahnya lebih dulu.
                Sesampainya dikamarnya kembali, Vikram berpikir semoga Raizaa memasuki sebuah kamar yang terbuka. Karna sebuah kamar yang terbuka adalah sebuah kamar rahasia, yang kini masih dibersihkan oleh asisten rumahnya. Sementara diruang tamu, tampak Raizaa sudah memasukinya kemudian melihat sebuah kamar yang terbuka. “Dasar, kamarnya sengaja dibuat terbuka seperti itu biar gue gampang mencarinya!”, kata Raizaa pelan dengan mulai melangkah menaiki anak tangga, berjalan menujunya.
                Setelah sesaat baru saja memasuki kamar tersebut, mendadak langkahnya menjadi terhenti karna melihat sebuah kamar bayi lengkap dengan pernak-perniknya tersusun rapi dikamar tersebut. “Seriously?”, tanya hatinya mengamati. Namun ketika akan berbalik, tiba-tiba saja ia menjadi terkejut karna baru saja melihat sebuah foto diarah sisi kanannya. Lalu didekatinya perlahan sambil mengamati foto yang masih dilihatnya itu, didepannya.
                “Ini adalah sebuah foto bayi, dan foto ini adalah gambar diriku sendiri! Diriku sewaktu aku masih menjadi seorang bayi!”. Raizaa mengatakannya dengan mengangkat tangan kanannya akan menyentuhnya. Ketika akan menyentuh foto tersebut, mendadak pandangannya tertuju pada sebuah foto yang berselisih satu buah foto dari foto tersebut. Raizaa pun menggeserkan dirinya dan kini tepat berdiri dihadapan foto yang lainnya, yang hanya berselisih satu dari foto yang tadi.
                Foto itu adalah sebuah akta kelahiran yang bertuliskan nama, “Raizaa Karn Poo”. Dengan nama Ayah, “Maharaj Karanu Kharishma”. “Poosharm? Jadi nama dari Ibu yang telah melahirkanku adalah, Poosharm?! Aktanya sama dengan akta kelahiran dari Mamah! Hanya berbeda nama Ibunya saja!”, katanya terkejut kecil setelah mengamati foto akta kelahiran dirinya yang sebenarnya itu. Kemudian Raizaa mengambil foto akta kelahiran tersebut dengan kamera handphone miliknya.
                Tanpa diketahui olehnya, Asisten rumah Vikram telah melihatnya yang sempat memotret foto akta kelahiran tersebut dari pintu kamar. Asisten rumah Vikram pun menjadi bertanya-tanya, mencoba menerka apa maksud darinya memotret kembali foto tersebut. Sementara Raizaa baru saja melihat keberadaannya lalu menjadi terdiam menahan rasa keterjutannya. Dan mereka berduapun kini saling berpandangan diam karna sama-sama merasa terkejut.
                Kemudian dengan tiba-tiba datanglah sosok Vikram yang baru saja menemukan Raizaa dikamar tersebut. “Raizaa, ayo bermain bersamaku! Gamenya sudah siap!”, Vikram mengajaknya dengan memasuki kamar tersebut lalu menarik tangan Raizaa keluar dari kamar tersebut. Sedangkan asisten rumahnya masih terdiam melihat Vikram dan Raizaa yang pergi dengan sudah membelakanginya.

BHARATAYUDHAseritiga

Tidak ada komentar:

Posting Komentar