Ditempat
lain, Vikram pergi dari rumahnya akan mendatangi kantor tempat dimana Mellissa
telah bekerja berniat akan membuat sebuah pengakuan padanya. Dan kini vikram
telah memasuki perlahan kedalam ruangan Mellissa atas perintah kesediaan
darinya. Mellissa yang baru saja melihatnya pun menjadi terhenti dari menulis
berkasnya, sebab Vikram telah berdiri menghadapnya diantara dua kursi untuk
tamunya dari depan meja kerjanya.
“Ternyata
dirimu, ada apa kau menemuiku sampai kesini?”. Mellissa langsung bertanya tanpa
basa-basi lebih dulu.
“Aku,
ingin membuat sebuah pengakuan!”, Vikram mengatakan tujuannya. Mellissa
mengangguk sambil mempersilahkanya untuk bicara.
“Silahkan
saja! Karna jam kosong pada pekerjaannku masih terbilang panjang!”. Kata
Mellissa dengan baik mempersilahkannya. Vikram menatapnya tegang sembari
memberi senyuman kecil.
“Sebenarnya,
aku yang telah diam-diam mengambil kalung liontin itu!”, Vikram memulainya,
Mellissa melihat kekalung liontin yang sedang dipakainya lalu melihat ke Vikram
kembali.
“Katakan
apa yang telah mendorongmu untuk mengambil diam-diam kalung liontin milikku
ini! Bukankah sudah kau ketahui, jika apa yang telah kau lakukan ini sama
halnya dengan melakukan percobaan untuk mencuri?”. Mellissa menanyakannya,
menatap tegas.
“Aku
melakukannya, karna aku penasaran dengan dirimu! Karna, dirimu….? Maksudku, aku
merasa kau pernah berteman dengan Ayahandaku!”. Jawabnya sambil menjelaskan
sedikit gugup masih menyembunyikan sesuatu darinya.
“Siapa
Ayahandamu? Aku tidak akan menjawabnya sebelum kau menjelaskannya dulu
padaku!”. Mellissa masih menanyakannya, masih menatapnya tegas. Sedangkan
Vikram mulai menatapnya penuh kegugupan.
“Ayahanda,
bernama Vin! Dan dirimu adalah, Mellissa! Tujuanku kesini, aku hanya ingin
dirimu mengmbalikan saudara kandungku! Raizaa yang masih bersamamu!”. Vikram
terpaksa memberitahukannya dan terpaksa menjelaskannya dengan kejujuran.
Mellissa menjadi berdiri seketika karna merasa begitu kaget.
“Sekali
lagi kau mengatakan itu padaku! Maka aku tidak segan untuk mengusirmu secara
tidak hormat!”. Bentakkan Mellissa menatap marah kepadanya.
“Aku hanya ingin meminta suatu keadilan
darimu, yaitu memberikan kembali Raizaa kepada kedua orangtuaku!”. Vikram
berkata sekali lagi mengulang keinginannya.
“Dengar,
Ibumu sudah bersikap tidak adil padaku! Maka dari itu aku memilih tuk menahan
Raizaa bersamaku! Dan harus kau ingat, aku tidak akan pernah memberikan Raizaa
kembali kepada keluargamu! Karna Raizaa adalah satu-satunya harta yang paling
berharga untukku yang sejak lama kumiliki! Kau mengerti!”. Mellissa masih
membetaknya semakin menatapnya penuh kemarahan.
“Sesuatu
yang telah diambil secara paksa, maka sesuatu itu akan kembali walaupun dengan
cara paksaan juga! Entah kami yang mengambilnya, atau sesuatu itu sendiri yang
akan datang kembali pulang bersama kami! Ibu, jaga Raizaa baik-baik!”. Vikram
mengeluarkan kata-kata yang telah menggetarkan hati Mellissa, sekaligus
menciutkan pertahanannya sedikit terhadap Raizaa.
Kemudian
Mellissa memalingkan pandangannya kekanan darinya, sementara Vikram baru
menyadari kalau dirinya telah memanggil, “Ibu”, pada Mellissa. Namun itu tidak
dipikirkannya melainkan memilih untuk pergi berpamitan dengannya. Sedangkan
Mellissa melihat kembali ke Vikram ketika pergi melewati pintu ruangannya. Lalu
menjadi tertunduk dengan terduduk mendengar kata-kata darinya tadi. Dan
Mellissa pun menjadi panik terhadap Raizaa, hatinya mulai terguncang sedikit
takut.
Dan
lalu diingatnya saat Vikram sempat menggilnya dengan sebutan, “Ibu”, tadi.
Disaat yang bersamaan, ia teringat kembali pada janin didalam rahimnya yang
tiba-tiba menghilang pada 16 tahun yang lalu. Mellissa mengingatnya dengan menyentuh perutnya sendiri.
BHARATAYUDHAseritiga
Pada
keesokkan harinya, Vikram pergi keluar dari pintu gerbang rumahnya untuk
membuang sampah kertas dari kamarnya sendiri sebanyak satu karung. Saat ketika
sudah berada diluar pintu gerbangnya, tepatnya baru saja memasukkan sampah
kertas dari kamarnya sendiri tiba-tiba ada yang membunyikan suara klakson dari
arah belakangnya. Vikram pun langsung mellihat kearah belakangnya dan
terlihatlah sosok Raizaa masih duduk dimotor gedenya.
“Eh,
anak moge ada apa kesini?”. Vikram menyapanya sedikit akrab.
“Temen
baik gue ada halangan buat bareng gue! Biasanya gue sama dia nongkrong dulu
dicafe sebelum pulang kerumah!”. Raizaa menjelaskan dengan membuka kaca helm
dari menutupi wajahnya.
“Bersantai
maksudnya? Ya sudah masuk dulu kedalam! Aku juga lagi butuh teman!”. Vikram
mempersilahkannya.
Dan
mereka berduapun kini bersama masuk kedalam dari sisi luar pintu gerbang,
dengan Raizaa yang rela turun ikut berjalan bersamanya sambil mendorong
motornya. Setelahnya memasuki dan berdiam ditaman rumahnya, Vikram menyuruh
Raizaa untuk memakirkan motornya dulu baru menyusulnya kelantai atas didalam
rumahnya. Raizaa pun mengangguk sudah mengerti, dan Vikram mulai memasuki
rumahnya lebih dulu.
Sesampainya
dikamarnya kembali, Vikram berpikir semoga Raizaa memasuki sebuah kamar yang
terbuka. Karna sebuah kamar yang terbuka adalah sebuah kamar rahasia, yang kini
masih dibersihkan oleh asisten rumahnya. Sementara diruang tamu, tampak Raizaa
sudah memasukinya kemudian melihat sebuah kamar yang terbuka. “Dasar, kamarnya
sengaja dibuat terbuka seperti itu biar gue gampang mencarinya!”, kata Raizaa
pelan dengan mulai melangkah menaiki anak tangga, berjalan menujunya.
Setelah
sesaat baru saja memasuki kamar tersebut, mendadak langkahnya menjadi terhenti
karna melihat sebuah kamar bayi lengkap dengan pernak-perniknya tersusun rapi
dikamar tersebut. “Seriously?”, tanya hatinya mengamati. Namun ketika akan
berbalik, tiba-tiba saja ia menjadi terkejut karna baru saja melihat sebuah
foto diarah sisi kanannya. Lalu didekatinya perlahan sambil mengamati foto yang
masih dilihatnya itu, didepannya.
“Ini
adalah sebuah foto bayi, dan foto ini adalah gambar diriku sendiri! Diriku
sewaktu aku masih menjadi seorang bayi!”. Raizaa mengatakannya dengan
mengangkat tangan kanannya akan menyentuhnya. Ketika akan menyentuh foto
tersebut, mendadak pandangannya tertuju pada sebuah foto yang berselisih satu
buah foto dari foto tersebut. Raizaa pun menggeserkan dirinya dan kini tepat
berdiri dihadapan foto yang lainnya, yang hanya berselisih satu dari foto yang tadi.
Foto
itu adalah sebuah akta kelahiran yang bertuliskan nama, “Raizaa Karn Poo”.
Dengan nama Ayah, “Maharaj Karanu Kharishma”. “Poosharm? Jadi nama dari Ibu
yang telah melahirkanku adalah, Poosharm?! Aktanya sama dengan akta kelahiran
dari Mamah! Hanya berbeda nama Ibunya saja!”, katanya terkejut kecil setelah mengamati
foto akta kelahiran dirinya yang sebenarnya itu. Kemudian Raizaa mengambil foto
akta kelahiran tersebut dengan kamera handphone miliknya.
Tanpa
diketahui olehnya, Asisten rumah Vikram telah melihatnya yang sempat memotret
foto akta kelahiran tersebut dari pintu kamar. Asisten rumah Vikram pun menjadi
bertanya-tanya, mencoba menerka apa maksud darinya memotret kembali foto
tersebut. Sementara Raizaa baru saja melihat keberadaannya lalu menjadi terdiam
menahan rasa keterjutannya. Dan mereka berduapun kini saling berpandangan diam
karna sama-sama merasa terkejut.
Kemudian
dengan tiba-tiba datanglah sosok Vikram yang baru saja menemukan Raizaa dikamar
tersebut. “Raizaa, ayo bermain bersamaku! Gamenya sudah siap!”, Vikram
mengajaknya dengan memasuki kamar tersebut lalu menarik tangan Raizaa keluar
dari kamar tersebut. Sedangkan asisten rumahnya masih terdiam melihat Vikram
dan Raizaa yang pergi dengan sudah membelakanginya.
BHARATAYUDHAseritiga
Tidak ada komentar:
Posting Komentar