Senin, 12 Oktober 2015

BHARATAYUDHAseritiga (Part 28)



                Hari tlah berganti, Ashghari telah berada diaula didalam gedung sekolahnya. Ia sedang duduk berdampingan bersama Pak Raf demi mendengarkan suara Pak Raf yang masih melantunkan Ayat Suci Al-Qur’an. Ashghari begitu mengagumi suaranya dalam membacanya, penghayatannya dalam masih melantunkan Ayat Suci Al-Qur’an tersebut. Bibirnya pun tak henti untuk tersenyum karnanya, dan kini Pak Raf baru saja selesai membaca Ayat Suci Al-Qur’an tersebut.               
                “Kalau boleh aku tau, kalimat terakhir yang Pak Raf baca telah bercerita tetang apa?”. Tanya Ashghari melihatnya masih dengan kekaguman. Pak Raf tersenyum melihat kagum padanya juga.
                “Maha suci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami! Sesungguhnya Engkaulah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana! Itulah artinya dan bercerita tentang, “Mohon Ditambahkan Ilmu”!”. Pak Raf menjelaskannya secara rinci.
                “Aku mengagumi agama Islam! Terkadang aku menjadi hening, ketika suara Adzan dari Masjid ke Masjid mulai dikumandangkan! Dan pada saat yang sama juga, aku merindukan Kaka Raf! Dan bila aku kembali berdoa pada agamaku, aku juga merindukan Kaka Raj!”. Ashghari mengutarakan rasa rindunya terhadap kedua Kakaknya.
                “Ashghari, ada saatnya kita semua akan berkumpul kembali menjadi satu keluarga! Bersabarlah, jangan kau tanyakan lagi kapan kami berdua akan kembali kerumahmu, kerumah Ayah Arun, dan juga kerumah Ibu Shafaq!”. Arun mengingatkannya kembali.
                “Aku akan berusaha untuk tidak menanyakannya kembali, Kakak! Aku gak akan berhenti berdoa pada Dewa Khrishna, untuk mengumpulkan kita semua kembali hingga menjadi satu dalam keluarga!”. Ashghari mengatakan tekadnya, menatap sedikit haru.
                “Adik Kaka Raf gak boleh cengeng! Ayo kita keluar dari tempat ini! Kita bermain lagi diluar sana!”. Ajak Raf memalingkan kesedihannya yang mulai terasa saat ketika melihat Ashghari menatap sedikit haru pada dirinya sendiri.
                Ashghari pun menjadi sedikit tersenyum menghentikan tatapan harunya, lalu mereka berdua bersama berdiri meninggalkan aula. Melupakan kesedihan namun masih terasa didalam diri mereka berdua masing-masing.

Sementara ditempat lain. . . .

                Ditempat lain, diluar sana Raizaa sedang merenung diperpustakaan sekolahnya. Ia sedang merenungkan pertemuannya bersama Ibundanya, juga dengan Ayahandanya yang baru terlihat saat terbangun dari tidurnya dipangkuan Ibundannya dihari kemarin. “Ayahanda, Ibunda, sesungguhnya aku ingin kembali! Tapi aku telah berjanji untuk tidak meninggalkan, Mamah Mellissa!”, bisiknya didalam hati sambil meremas kertas kecil ditangannya.
                Kemudian dingatnya kembali wajah Vikram yang kemarin sempat betemu dengannya beberapa kali. Ia pun semakin mengingatnya sedikit dalam kecemasan saat baru menyadari jika Vikram adalah saudara kandungnya. “Vikram, andai saja kau tau, jika aku adalah saudaramu sebagai seorang Kakak kandungmu!”, bisiknya didalam hati kedua kalinya.

BHARATAYUDHAseritiga

                Disore harinya, Vikram tertidur seorang diri dibangku taman disebuah taman tempat biasanya disinggahinya. Didalam masih tertidurnya itu, ia bermimpi jika Raizaa sudah kembali kerumahanya dan berkumpul kembali layaknya sudah menjadi satu keluarga. Didalam mimpinya, dirinya sedang bercanda bersama Raizaa juga bersama kedua orang tuanya. Namun disaat sedang asyiknya bercanda bersama, tiba-tiba saja ia terpandang pada Mellissa dikejauhan yang menangis perih melihat kepadanya.
                Bersamaan dengan itupula, Vikram menjadi terbangun dari tidurnya dengan terduduk penuh rasa keterkejutannya. Kemudian dilihatnya sosok remaja  putra telah berdiri didepannya, dan Vikram kembali merasa terkejut kedua kalinya ketika sudah mengetahui wajah dari sosok remaja Putra itu. Sosok remaja putra itu adalah Raizaa, Raizaa yang kini sudah berlutut dihadapannya. Dan mereka akan berbicara saling bertatapan.
                “Raizaa, apa yang kau lakukan? Berdirilah, aku bukanlah seorang Raja!”. Sebuah tanya berpadu dengan sebuah perintah, menolak sikap Raizaa padanya.
                “Kau memang bukanlah seorang Raja! Tapi kau memang benar seorang Adik kandungku!”. Raizaa memberitahukan kebenaran. Vikram menggeleng berpura-pura tidak mengetahuinya.   
                “Aku tidak bisa mempercayaimu! Kau masih asing dikehidupanku! Sebagai perisai tentang kebenarannya, kau harus ikut denganku!”. Vikram masih berpura-pura, menolak lalu menantangnya sembari mengajaknya.
                “Kemana kita akan pergi? Kemana kau akan membawaku?”. Raizaa bertanya balik dengan berdiri kembali, begitupun dengan Vikram yang juga berdiri dari tempat duduknya.
                “Sebentar, aku akan menuliskan alamat yang harus kau datangi!”. Perintahnya sambil mengambil kertas kecil dari saku celananya juga bolpoin akan menuliskan alamatnya.
                “Haruskah aku mendatanginya? Atau malah kau akan mengerjaiku?”. Raizaa bertanya sambil melihatnya menuliskan alamatnya.
                “Aku takut kau berniat jahat padaku! Jangan berfikir dengan kau mengaku sebagai Kakak kandungku! Kau bisa memperdayaiku dengan semaumu saja!”. Vikram mengatakannya dengan memberikan kertas kecil yang sudah ditulisnya.
                “Jadi kapan aku harus mendatangi alamat ini?”. Raizaa bertanya kembali sambil membaca alamat dikertas kecil tersebut.
                “Dua hari mendatang, pada malam hari tepatnya jam tujuh malam! Aku akan menunggumu didepan pintu gerbang rumahku!”. Vikram memberitahukan, melihatnya cuek.
                Sementara Raizaa baru saja melihat kembali kepadanya, bertanya-tanya dalam hatinya sebab telah dibacanya jika alamat yang telah dibacanya berbeda dengan alamat rumah Vikram yang sempat dikunjunginya. Sedangkan Vikram hanya memberi senyuman lalu pergi meninggalkan. Melihat Vikram yang seperti itu, Raizaa pun semakin bertanya-tanya lalu berfikir jika ada konspirasi yang telah dirancang oleh Vikram untuknya. 
                “Vikram adalah seorang anak yang baik! Dia tidak mungkin mempersulit, tapi mengapa alamat yang Vikram tuliskan sangat berbeda jauh dari alamat rumah yang sebelumnya!”, bisikkannya melihat kealamat yang semakin membuatnya bertanya-tanya.

BHARATAYUDHAseritiga

Tidak ada komentar:

Posting Komentar