Selasa, 13 Oktober 2015

BHARATAYUDHAseritiga (Part 39)



                Setelah beberapa minggu berjalan, Ashghari mulai merasakan sebuah kemerdekaannya dalam masih mengikuti pelatihan dikota Bali. Hari ini adalah hari pertamanya merdeka dari mengikuti pelatihan selama satu minggu lima hari. Dan kini ia menikmati liburannya selama dua hari sebelum kembali keJakarta. Dan kini juga ia sedang berjalan-jalan untuk membeli oleh-oleh saat pulang nanti kembali keJakarta. Begitu pula dengan Raizaa bersama teman-temannya juga sibuk mencari oleh-oleh.
                Disaat masih asyiknya mencari oleh-oleh, Ashghari telah tertuju pada sebuah barang yang berupa sehelai bulu merak. Tangannya pun mengambil sehelai bulu merak itu sambil mengamatinya. Kemudian dirinya teringat pada seseorang yang pernah memakai sehelai bulu merak yang sangat mirip dengan yang sedang dipegangnya kini. Dan tanpa berpikir panjang lagi ia pun langsung membelinya dari penjual yang telah menjual sehelai bulu merak tersebut penuh semangat.
                Sedangkan Raizaa disana, ia tertuju pada hiasan lingkaran kepala yang dipenuhi dengan bunga-bunga khas bali berwarna putih. Dan ia mengambilnya perlahan sambil mengamati warna juga bentuk bunga-bunga pada lingkaran kepala itu. Dan kemudian ia membelinya sebanyak dua buah sebagai oleh-olehnya dari kota Bali untuk dua orang wanita sekaligus. Sedangkan Arora yang memerhatikannya mulai merasa bingung sembari bertanya-tanya akan perilakunya yang sudah membeli lingkaran kepala itu.
                Kembali pada Vikram, sudah seminggu lima hari lamanya pertemuannya dengan Arun berlalu. Dan kini ia akan kembali menemui Arun dengan mendatanginya langsung kerumahnya. Saat ketika baru tiba disana dan baru saja menekan bel rumahnya, sudah ada yang membuka pintu rumah tersebut dan itu bukan Arun yang membukakan pintu untuknya, tetapi Shafaq. Vikram pun memberikan senyuman menyapanya.
                Sedangkan Shafaq menyuruhnya untuk duduk diteras rumahnya bersamanya. Dan mereka berduapun kini telah duduk bersama saling berhadapan, juga saling berpandangan.
                “Selamat datang Vikram! Mengapa kau datang kesini sendirian!”. Tanya Shafaq menyapanya.   
                 “Aku ingin menanyakan tentang seorang bayi laki-laki ilusi yang pernah datang padaku! Dan dia juga mengaku sebagai diriku, dan tubuhku adalah tubuhnya juga! Tante Shafaq, apakah ada sesuatu yang tersembunyi dariku mengenai kedatangan seorang bayi laki-laki ilusi itu?”. Vikram langsung menceritakannya, Shafaq melihatnya sedikit kaget karna Vikram sudah setengah mengetahui apa yang belum dimengerti olehnya.
                “Apakah, seorang bayi laki-laki itu menunjukkan sesuatu yang lainnya juga padamu?”. Shafaq menanyakannya balik untuk memastikan, Vikram teringat pada sosok Mellissa setelah seorang bayi laki-laki itu sirna beberapa waktu yang lalu.
                “Ada sosok yang bernama Mellissa, setelah seorang bayi laki-laki itu berkata jika Ibunya akan datang, sementara seorang bayi laki-laki itu menjadi sirna begitu saja!”. Vikram semakin menceritakannya, Shafaq menjadi berdiri masih melihatnya.
                Shafaq yang masih tidak menduganya kembali memberikan tanya padanya, “Kau sedang tidak berbohong atau kau sedang mengarang cerita!?”, tanyanya kembali menegaskan juga dengan tatapannya. Dan Vikram pun menjawab, “Kali ini aku sedang berbicara apa adanya!”, jawabnya dilandasi keujuran dari kedua tatapan matanya. Dan Shafaq sudah melihatnya. Kemudian Shafaq memanggil nama Arun dihatinya, dan Arun yang masih berada didalam rumahnya sudah mendengar panggilannya.

BHARATAYUDHAseritiga

                “Lalu, apa yang terlintas didalam pikiranmu saat menyaksikan peristiwa yang telah kau ceritakan tadi?”, tanya Shafaq kembali ingin mengetahui. Vikram berdiri dari duduknya masih melihatnya.
                “Apakah benar, jika seorang bayi laki-laki ilusi itu adalah sukmaku? Apakah benar dia telah hidup bersamaku didalam tubuhku? Dan apakah benar juga didalam tubuhku telah hidup dua sukma, namun hanya satu yang dapat berperan menyertai hidupku?”. Vikram bertanya memakai perasaannya, lalu dilihatnya Arun baru datang dibalik Shafaq dan berdiam disamping kiri Shafaq.
                “Apakah, seorang bayi laki-laki ilusi itu yang telah memberitahukanmu tentang semuanya? Katakan jika apa yang aku tanyakan tadi memang benar!”. Tanyanya sambil memancingnya untuk mengatakan “iya”, menegaskannya.
                Sementara Vikram tidak mengatakan “Iya” tetapi ia mengangguk masih menahan bebannya. Sedangkan Shafaq menoleh ke Arun melihatnya memohon pertolongan atas jawaban dari pertanyaan Vikram. Namun Arun tidak memperdulikannya justru dia berjalan dua langkah mendekati Vikram.
                “Selain seorang bayi laki-laki ilusi, hal apakah lagi yang kini masih membebanimu?”. Tanya Arun semakin ingin mengetahuinya.
                “Apakah sosok Mellissa, ada hubungannya tentang jati diriku yang sebenarnya?”. Tanyanya sedikit mematikan kepada Arun dan Shafaq hingga membuat keduanya menjadi bisu sesaat.
                Kemudian Arun memejamkan kedua matanya melakukan penerawangan terhadap Mellissa. Dan Arun melihat jika ada seorang wanita menangis disampingnya dengan berdiri secara berdampingan. Dan mereka berdua akan berdialog pendek.
                “Awalnya, aku mau menggugurkan janin dirahimku ini! Tapi, kau lebih dulu mengambilnya lalu menghidupkannya!”. Ujar wanita itu memegangi perutnya. “Dan kalaupun aku tidak bisa mengenalnya, maka dia akan mengenaliku lebih dulu! Sebelumnya, aku ucapkan terimakasih karna kau telah mengambil janin dirahimku dan menghidupkannya sebagai manusia!”, sambung wanita itu lagi lalu menoleh melihat kepadanya. Dan Arun yang baru saja mengetahui wajahnya pun menjadi amat terkejut.
                Karna wanita yang sedang berbicara padanya tadi, berwajahkan sosok Mellissa sedang tersenyum kepadanya sehabisnya berduka. “Mellissa, jadi kau seorang Ibu dari janin yang telah aku ambil secara paksa!”, Arun berbalas tanya masih dalam penerawangannya. Kini usai sudah dirinya melakukan penerawangan dengan kembali melihat ke Vikram mengatakan, “Mellissa ada hubungannya denganmu, nak!”, singkat Arun memberitahukannya hingga membuat Vikram sedikit tercengang.
                “Apakah dia ada hubungannya juga dengan seorang bayi laki-laki ilusi itu? Sebab aku mendengar jerit tangisan seorang bayi laki-laki ilusi tersebut dari dalam perut Mellissa!”. Vikram menceritakan lebih memperjelaskannya.
                Dengan reflek Shafaq memanggil nama Arun dengan melihat padanya penuh keterkejutan. Sedangkan Arun baru saja melihat kepadanya mengangguk lesuh, dan Vikram hanya melihat ekspresi dari keduanya yang tidak dimengerti olehnya. Keheningan pun mulai terjadi saat ketika Arun dan Shafaq telah duduk berdampingan menghadap Vikram yang juga sudah duduk kembali menghadap ke mereka berdua. Dan mereka bertiga akan kembali berdialog setelah keheningan berjalan beberapa saat.

BHARATAYUDHAseritiga

                “Kami berdua sudah mendengar semua ceritamu dan kami juga dapat mengertikannya! Tapi bagaimanapun juga akan ada hari dimana kami berdua, bahkan tidak hanya dari kami berdua yang akan memberikan sebuah jawaban yang saat ini masih wajib untuk kami semua merahasiakannya darimu!”. Arun berkata memberi pengertian sembari memohon pengertian darinya, melihatnya dengan meyakinkannya.
                “Vikram, bersabarlah sebentar! Jalani saja dulu apa yang membuatmu bahagia, palingkan dulu tentang ini dari dalam dirimu! Demi aku, berjanjilah untuk bersabar dulu!”. Shafaq juga memohon pengertian darinya.
                “Om, Tante, aku sudah lelah tuk menangisinya lagi! Betapa berat beban ini! Sangat tidak mungkin aku membagi beban ini kepada Ayahanda, apalagi dengan Ibunda! Sebab aku telah berhanji pada Om Arun untuk merahasiakannya dari mereka berdua!”, Vikram berkeluh kesah melihat mereka berdua.
                Sedangkan Shafaq berdiri lalu berjalan menghampirinya dan memeluknya dari samping. “Jangan takut, kau sama seperti gadisku dirumah ini! Ceritakan saja pada kami disini, karna disini tempat yang paling aman untukmu menceritakan tentang bebanmu itu, Vikram!”, Shafaq berkata menenangkannya. Lalu disambung Arun yang sudah berada disamping keduanya sambil menyentuh wajah Vikram yang baru bersandar dipundak Shafaq masih dalam pelukannya.   
                “Vikram, kau jangan pernah merasa sendiri! Datanglah kesini lagi bila kau merasa terbebani, karna kau akan menjumpai gadisku dan bermainlah bersamanya! Karna gadisku masih berstatus seorang anak tunggal dirumah ini, selagi kedua kakaknya belum kembali kerumah ini karna bersekolah!”, Arun juga memberi kata tuk lebih menenangkannya sambil membelai wajahnya dengan rasa kasihnya. Dan kinipun Vikram telah dimanja oleh mereka berdua akan menghilangkan sedikit beban dalam dirinya.
               
Sementara pada sore harinya. . . .

                Kini Vikram telah kembali pulang kerumahnya sendiri, dan yang menyambutnya ketika telah tiba dirumahnya adalah Ibundanya dengan membukakan pintu rumah untuknya. Secara reflek Vikram berjalan memasuki lalu berhenti menghadapnya. Sedangkan Ibundanya baru saja selesai menutup pintu rumahnya dengan menghadap kepadanya.
                “Ibunda, aku habis bermanja bersama Om Arun beserta istrinya! Dan mereka berdua berhasil mengobati rasa rinduku untuk bermanja dengan Ibunda!”. Vikram berkata sedikit berbohong lalu memeluknya.
                “Sebenarnya, kau anak Ayahanda atau Ibunda! Kok sepertinya kau begitu mengagungkan Ibunda dibanding Ayahandamu!”. Tanya Poosharm menggodanya.
                Lalu Vikram melepaskan pelukannya sambil berkata dalam hatinya, “Kenyataan telah berbalik! Tapi mengapa Ibunda dan yang lainnya masih saja merahasiakannya!”, sambil tersenyum palsu melihat ke Ibundanya. Dan ketika dirinya berkeluh kalau dirinya sedang merasa lapar, Poosharm langsung membawanya menuju ke meja makan untuk makan bersama.

BHARATAYUDHAseritiga

Tidak ada komentar:

Posting Komentar