Setelah beberapa
minggu berjalan, Ashghari mulai merasakan sebuah kemerdekaannya dalam masih
mengikuti pelatihan dikota Bali. Hari ini adalah hari pertamanya merdeka dari
mengikuti pelatihan selama satu minggu lima hari. Dan kini ia menikmati
liburannya selama dua hari sebelum kembali keJakarta. Dan kini juga ia sedang
berjalan-jalan untuk membeli oleh-oleh saat pulang nanti kembali keJakarta.
Begitu pula dengan Raizaa bersama teman-temannya juga sibuk mencari oleh-oleh.
Disaat masih
asyiknya mencari oleh-oleh, Ashghari telah tertuju pada sebuah barang yang
berupa sehelai bulu merak. Tangannya pun mengambil sehelai bulu merak itu
sambil mengamatinya. Kemudian dirinya teringat pada seseorang yang pernah
memakai sehelai bulu merak yang sangat mirip dengan yang sedang dipegangnya kini.
Dan tanpa berpikir panjang lagi ia pun langsung membelinya dari penjual yang
telah menjual sehelai bulu merak tersebut penuh semangat.
Sedangkan Raizaa
disana, ia tertuju pada hiasan lingkaran kepala yang dipenuhi dengan
bunga-bunga khas bali berwarna putih. Dan ia mengambilnya perlahan sambil
mengamati warna juga bentuk bunga-bunga pada lingkaran kepala itu. Dan kemudian
ia membelinya sebanyak dua buah sebagai oleh-olehnya dari kota Bali untuk dua
orang wanita sekaligus. Sedangkan Arora yang memerhatikannya mulai merasa
bingung sembari bertanya-tanya akan perilakunya yang sudah membeli lingkaran
kepala itu.
Kembali pada
Vikram, sudah seminggu lima hari lamanya pertemuannya dengan Arun berlalu. Dan
kini ia akan kembali menemui Arun dengan mendatanginya langsung kerumahnya. Saat
ketika baru tiba disana dan baru saja menekan bel rumahnya, sudah ada yang
membuka pintu rumah tersebut dan itu bukan Arun yang membukakan pintu untuknya,
tetapi Shafaq. Vikram pun memberikan senyuman menyapanya.
Sedangkan Shafaq
menyuruhnya untuk duduk diteras rumahnya bersamanya. Dan mereka berduapun kini
telah duduk bersama saling berhadapan, juga saling berpandangan.
“Selamat datang
Vikram! Mengapa kau datang kesini sendirian!”. Tanya Shafaq menyapanya.
“Aku ingin menanyakan tentang seorang bayi
laki-laki ilusi yang pernah datang padaku! Dan dia juga mengaku sebagai diriku,
dan tubuhku adalah tubuhnya juga! Tante Shafaq, apakah ada sesuatu yang
tersembunyi dariku mengenai kedatangan seorang bayi laki-laki ilusi itu?”. Vikram
langsung menceritakannya, Shafaq melihatnya sedikit kaget karna Vikram sudah
setengah mengetahui apa yang belum dimengerti olehnya.
“Apakah, seorang
bayi laki-laki itu menunjukkan sesuatu yang lainnya juga padamu?”. Shafaq
menanyakannya balik untuk memastikan, Vikram teringat pada sosok Mellissa
setelah seorang bayi laki-laki itu sirna beberapa waktu yang lalu.
“Ada sosok yang
bernama Mellissa, setelah seorang bayi laki-laki itu berkata jika Ibunya akan
datang, sementara seorang bayi laki-laki itu menjadi sirna begitu saja!”.
Vikram semakin menceritakannya, Shafaq menjadi berdiri masih melihatnya.
Shafaq yang masih
tidak menduganya kembali memberikan tanya padanya, “Kau sedang tidak berbohong
atau kau sedang mengarang cerita!?”, tanyanya kembali menegaskan juga dengan
tatapannya. Dan Vikram pun menjawab, “Kali ini aku sedang berbicara apa
adanya!”, jawabnya dilandasi keujuran dari kedua tatapan matanya. Dan Shafaq
sudah melihatnya. Kemudian Shafaq memanggil nama Arun dihatinya, dan Arun yang
masih berada didalam rumahnya sudah mendengar panggilannya.
BHARATAYUDHAseritiga
“Lalu, apa yang
terlintas didalam pikiranmu saat menyaksikan peristiwa yang telah kau ceritakan
tadi?”, tanya Shafaq kembali ingin mengetahui. Vikram berdiri dari duduknya
masih melihatnya.
“Apakah benar,
jika seorang bayi laki-laki ilusi itu adalah sukmaku? Apakah benar dia telah
hidup bersamaku didalam tubuhku? Dan apakah benar juga didalam tubuhku telah
hidup dua sukma, namun hanya satu yang dapat berperan menyertai hidupku?”.
Vikram bertanya memakai perasaannya, lalu dilihatnya Arun baru datang dibalik
Shafaq dan berdiam disamping kiri Shafaq.
“Apakah, seorang
bayi laki-laki ilusi itu yang telah memberitahukanmu tentang semuanya? Katakan
jika apa yang aku tanyakan tadi memang benar!”. Tanyanya sambil memancingnya
untuk mengatakan “iya”, menegaskannya.
Sementara Vikram
tidak mengatakan “Iya” tetapi ia mengangguk masih menahan bebannya. Sedangkan
Shafaq menoleh ke Arun melihatnya memohon pertolongan atas jawaban dari
pertanyaan Vikram. Namun Arun tidak memperdulikannya justru dia berjalan dua
langkah mendekati Vikram.
“Selain seorang
bayi laki-laki ilusi, hal apakah lagi yang kini masih membebanimu?”. Tanya Arun
semakin ingin mengetahuinya.
“Apakah sosok
Mellissa, ada hubungannya tentang jati diriku yang sebenarnya?”. Tanyanya
sedikit mematikan kepada Arun dan Shafaq hingga membuat keduanya menjadi bisu
sesaat.
Kemudian Arun
memejamkan kedua matanya melakukan penerawangan terhadap Mellissa. Dan Arun
melihat jika ada seorang wanita menangis disampingnya dengan berdiri secara
berdampingan. Dan mereka berdua akan berdialog pendek.
“Awalnya, aku mau
menggugurkan janin dirahimku ini! Tapi, kau lebih dulu mengambilnya lalu
menghidupkannya!”. Ujar wanita itu memegangi perutnya. “Dan kalaupun aku tidak
bisa mengenalnya, maka dia akan mengenaliku lebih dulu! Sebelumnya, aku ucapkan
terimakasih karna kau telah mengambil janin dirahimku dan menghidupkannya
sebagai manusia!”, sambung wanita itu lagi lalu menoleh melihat kepadanya. Dan
Arun yang baru saja mengetahui wajahnya pun menjadi amat terkejut.
Karna wanita yang
sedang berbicara padanya tadi, berwajahkan sosok Mellissa sedang tersenyum
kepadanya sehabisnya berduka. “Mellissa, jadi kau seorang Ibu dari janin yang
telah aku ambil secara paksa!”, Arun berbalas tanya masih dalam
penerawangannya. Kini usai sudah dirinya melakukan penerawangan dengan kembali
melihat ke Vikram mengatakan, “Mellissa ada hubungannya denganmu, nak!”,
singkat Arun memberitahukannya hingga membuat Vikram sedikit tercengang.
“Apakah dia ada
hubungannya juga dengan seorang bayi laki-laki ilusi itu? Sebab aku mendengar
jerit tangisan seorang bayi laki-laki ilusi tersebut dari dalam perut
Mellissa!”. Vikram menceritakan lebih memperjelaskannya.
Dengan reflek
Shafaq memanggil nama Arun dengan melihat padanya penuh keterkejutan. Sedangkan
Arun baru saja melihat kepadanya mengangguk lesuh, dan Vikram hanya melihat
ekspresi dari keduanya yang tidak dimengerti olehnya. Keheningan pun mulai
terjadi saat ketika Arun dan Shafaq telah duduk berdampingan menghadap Vikram
yang juga sudah duduk kembali menghadap ke mereka berdua. Dan mereka bertiga
akan kembali berdialog setelah keheningan berjalan beberapa saat.
BHARATAYUDHAseritiga
“Kami berdua
sudah mendengar semua ceritamu dan kami juga dapat mengertikannya! Tapi
bagaimanapun juga akan ada hari dimana kami berdua, bahkan tidak hanya dari
kami berdua yang akan memberikan sebuah jawaban yang saat ini masih wajib untuk
kami semua merahasiakannya darimu!”. Arun berkata memberi pengertian sembari
memohon pengertian darinya, melihatnya dengan meyakinkannya.
“Vikram,
bersabarlah sebentar! Jalani saja dulu apa yang membuatmu bahagia, palingkan
dulu tentang ini dari dalam dirimu! Demi aku, berjanjilah untuk bersabar dulu!”.
Shafaq juga memohon pengertian darinya.
“Om, Tante, aku
sudah lelah tuk menangisinya lagi! Betapa berat beban ini! Sangat tidak mungkin
aku membagi beban ini kepada Ayahanda, apalagi dengan Ibunda! Sebab aku telah
berhanji pada Om Arun untuk merahasiakannya dari mereka berdua!”, Vikram
berkeluh kesah melihat mereka berdua.
Sedangkan Shafaq
berdiri lalu berjalan menghampirinya dan memeluknya dari samping. “Jangan
takut, kau sama seperti gadisku dirumah ini! Ceritakan saja pada kami disini,
karna disini tempat yang paling aman untukmu menceritakan tentang bebanmu itu,
Vikram!”, Shafaq berkata menenangkannya. Lalu disambung Arun yang sudah berada
disamping keduanya sambil menyentuh wajah Vikram yang baru bersandar dipundak
Shafaq masih dalam pelukannya.
“Vikram, kau
jangan pernah merasa sendiri! Datanglah kesini lagi bila kau merasa terbebani,
karna kau akan menjumpai gadisku dan bermainlah bersamanya! Karna gadisku masih
berstatus seorang anak tunggal dirumah ini, selagi kedua kakaknya belum kembali
kerumah ini karna bersekolah!”, Arun juga memberi kata tuk lebih menenangkannya
sambil membelai wajahnya dengan rasa kasihnya. Dan kinipun Vikram telah dimanja
oleh mereka berdua akan menghilangkan sedikit beban dalam dirinya.
Sementara pada sore harinya. . . .
Kini Vikram telah
kembali pulang kerumahnya sendiri, dan yang menyambutnya ketika telah tiba
dirumahnya adalah Ibundanya dengan membukakan pintu rumah untuknya. Secara
reflek Vikram berjalan memasuki lalu berhenti menghadapnya. Sedangkan Ibundanya
baru saja selesai menutup pintu rumahnya dengan menghadap kepadanya.
“Ibunda, aku
habis bermanja bersama Om Arun beserta istrinya! Dan mereka berdua berhasil
mengobati rasa rinduku untuk bermanja dengan Ibunda!”. Vikram berkata sedikit
berbohong lalu memeluknya.
“Sebenarnya, kau
anak Ayahanda atau Ibunda! Kok sepertinya kau begitu mengagungkan Ibunda
dibanding Ayahandamu!”. Tanya Poosharm menggodanya.
Lalu Vikram
melepaskan pelukannya sambil berkata dalam hatinya, “Kenyataan telah berbalik!
Tapi mengapa Ibunda dan yang lainnya masih saja merahasiakannya!”, sambil
tersenyum palsu melihat ke Ibundanya. Dan ketika dirinya berkeluh kalau dirinya
sedang merasa lapar, Poosharm langsung membawanya menuju ke meja makan untuk
makan bersama.
BHARATAYUDHAseritiga
Tidak ada komentar:
Posting Komentar