Senin, 12 Oktober 2015

BHARATAYUDHAseritiga (Part 27)



                Pada malam harinya, Raizaa membaringkan tubuhnya dikasur tempat tidurnya sambil memikirkan sesuatu. Memikirkan kebersamaannya dengan Ashghari yang jarang sekali dirasa akur, pada setiap kali mereka bertemu. Terlebih lagi pada kebersamaannya dengan Ashghari pada siang tadi. Maksud hatinya ingin menghibur, justru malah terjadi lagi sebuah perdebatan kecil yang tak seharusnya terjadi pada mereka berdua.
                Raizaa yang masih dalam keadaan yang sama, tiba-tiba mendengar ada yang membuka pintu kamarnya. Dengan cepat Raizaa pun menutup kedua matanya berpura-pura untuk tidur. Ternyata yang membuka pintu kamarnya itu adalah Mellissa, yang ingin mengetahui keadaan Putra kesayangannya. Dilihatnya kini Putra kesayangannya itu sedang tertidur, dan Mellissa memasangkan selimut menutupi tubuhnya agar tidak merasa kedinginan.
                “Entah sampai kapan aku bisa menahanmu untuk tetap berada disini? Hampir semua rasa percaya diriku sirna sampai disini! Tapi aku masih berusaha untuk tetap percaya diri menahanmu disini!”, Mellissa berkata pelan sambil mengelus rambutnya, meratapi wajahnya yang masih tertidur. Namun ketika akan berbalik meninggalkannya, Raizaa menjadi terbangun dalam kepura-puraannya yang sudah tertidur sambil mengatakan sesuatu.
“Mamah”, Mellissa menjadi terkejut dengan berbalik lagi melihat ke Raizaa. “Mamah, peluk aku sebelum Mamah merasa cemburu disaat aku sudah berada dipelukan wanita itu, wanita yang juga sebagai Ibuku selain Mamah!”. Raizaa mengatakannya dengan membangunkan dirinya dari baringnya, melihat ceria. Mellissa pun menyentuh wajah kanannya lalu mencium keningnya, kemudian memeluknya penuh kasih sayangnya.
“Aku janji, aku gak akan ninggalin Mamah sendiri! Cukup Papah aja yang berperilaku seperti itu!”, Raizaa berkata sekali lagi sembari menenangkannya, memberikan pelukan.

Esok harinya. . . .

Raizaa sedang berjalan kecil dipinggir jalan tak jauh dari jarak sekolahnya sambil memainkan bola kecil ditangan kanannya. Namun ketika sedang asyiknya berjalan kecil sambil memainkan bola kecil ditangan kanannya, tiba-tiba pandangannya tertuju kesebuah mobil yang sebelumnya telah dimasuki oleh seorang wanita yang begitu tak asing dirasanya. Raizaa pun kini mencoba berlari demi mengejar mobil tersebut.
                Setelah beberapa jam kemudian, Raizaa pun menjadi terhenti berjarak tiga meter dari mobil tersebut, lalu dilihatnya seorang wanita yang tak begitu asing dirasanya keluar dari mobil tersebut berjalan memasuki sebuah taman. “Mamah kandung!”, bisikkannya lalu berlari kembali mengejar seorang wanita itu.

Beberapa saat kemudian. . . .

                Poosharm sedang berada ditepi kolam didalam sebuah taman, sebuah taman yang tadinya Raizaa telah berlari memasukinya demi mengejar seorang wanita yang begitu tak asing dirasanya. Poosharm ditempat itu sedang merasakan kedatangan Putra pertamanya yang telah menemui Vin disekitar tempatnya berdiam, didalam taman tersebut. Meskipun hanya dalam halusinasinya, ia tetap merasakannya dan berharap jika Putra pertamanya itu akan datang kepadanya juga ditempat itu.
                Kemudian dengan tiba-tiba didengarnya ada suara yang menyanyikan sebuah lagu, “Bundaaaa, engkaulah muara kasih dan sayang! Apapun pasti kau lakukan, demi anakmu yang tersayang!”, suara itu menyanyikan sebuah lagu “Bunda” yang dipopulerkan oleh Arie Suzan. “Siapa itu?”, tanya Poosharm masih membelakangi suara yang telah menyanyikan sebuah lagu bunda dibaliknya. Lalu terdengar suara bisikkan langkah kaki misterius mendekatinya secara perlahan.

BHARATAYUDHAseritiga

                Setelah beberapa saat mendengar suara bisikkan langkah kaki misterius itu, juga tidak mendapat jawaban dari pertanyaannya. Poosharm pun membalikkan tubuhnya kebelakang melihat sang pemilik suara yang sudah bernyanyi dibaliknya tadi. “Mamah”, sapa sang pemilik suara itu kepadanya. Sedangkan Poosharm menjadi terkejut menatapnya dengan terbayangi wajah Putra pertamanya sewaktu masih bayi dulu.
                “Siapa, kau?”. Tanya Poosharm sekali lagi, sang pemilik suara itu memberinya tatapan kebahagiaan.
                “Aku, Raizaa! Putra Mamah!”. Sang pemilik suara itu memberitahukan namanya juga jati dirinya.
                “Bayi Raizaa? Putra Mamah yang dulu hilang?”, Poosharm masih melempar tanya kembali karna masih tidak percaya.
                Sementara sang pemilik suara itu yang mengaku namanya adalah Raizaa sebagai Putra darinya, mengambil kedua tangan darinya lalu menyentuhkannya kewajahnya sendiri. “Dekap lagi aku, Mah!”, pintanya sedikit menatap haru. Poosharm yang mendengarnya pun mulai mendekapnya perlahan mendengarkan kembali alunan detak jantung darinya. Kemudian Poosharm melepaskan dekapannya dengan menyentuh wajah Putranya kembali, saling bertatapan haru.
                “Darimana saja kau, Putraku? Mengapa baru sekarang kau menemuiku?”. Tanya Poosharm ingin mengetahui alasannya.
                “Aku baru mempercayai tentang kebenarannya, Mah! Karna sebelumnya aku mempercayai tentang kebohongan dari Mamah Mellissa!”. Raizaa menjelaskan tentang alasannya.
                “Mellissa, dia adalah wanita yang sudah tidak berbuat adil denganku! Dia sudah memisahkanku darimu selama bertahun-tahun!”. Poosharm mengungkap kekesalannya.
                “Mamah Mellissa memang sudah tidak berperilaku adil sama Mamah dan Papah! Tapi Mamah Mellissa selalu bersikap adil padaku, meskipun harus dibalut dengan kebohongan darinya dalam membesarkanku!”. Raizaa mengutarakan apa yang ada dipikirannya, sedikit membela Mellissa.
                “Jangan panggil aku Mamah, karna aku bukanlah Mamahmu!”. Poosharm menegaskan sambil melepaskan tangannya dari menyentuh wajahnya. Raizaa pun menjadi terkejut, menatap diam tak bersuara. “Aku bukanlah Mamahmu! Tapi aku adalah seorang wanita yang telah melahirkanmu! Dan panggil aku Ibunda! Karna akulah Ibundamu yang sebenarnya!”. Poosharm menyambungnya dengan lebih memperjelaskannya, Raizaa menjadi tersenyum lalu mendekapnya sekali lagi.
                Tak berapa lama kemudian, Raizaa tertidur masih dalam dekapan Poosharm. Dan Poosharm yang baru saja mengetahui hanya berdiam sambil berkata, “Kau tertidur lagi didalam dekapanku! Kala itu kau masih bayi tertidur dalam dekapanku! Dan sekarang kau sudah besar tertidur lagi dalam dekapanku! Bayi Raizaa ku sayang! Putraku malang!”. Kemudian dengan tiba-tiba Vin datang ada bersama mereka berdua dengan mengelus rambut Raizaa yang masih tertidur dalam dekapannya.
                “Kau tidak lelah menahan Putra kita yang masih tertidur ini, dengan masih berdiri yang seperti ini?”. Vin menegurnya dari arah belakangnya masih mengelus rambut Raizaa. Dan kemudian mereka berdua sama-sama berjalan pelan menuju kesebuah kursi persegi panjang. Dan kini juga Raizaa masih tertidur namun telah berada dipangkuan Poosharm, sedangkan Vin mengenggam tangan darinya semakin membuatnya terlelap dalam tidurnya.
                “Hari ini, saat ini, kita berdua telah berhasil memanjakan Putra pertama kita! Lihatlah, betapa manisnya dia seperti diriku waktu masih menjadi Pangeran Karanu pada masa itu!”, Vin memuji Putra pertamanya meratapi wajahnya yang masih tertidur. Begitupun Poosharm yang tak henti-hentinya tersenyum mengamati wajah Putra pertamanya yang semakin terlelap dipangkuannya.

BHARATAYUDHAseritiga

Tidak ada komentar:

Posting Komentar