Minggu, 11 Oktober 2015

BHARATAYUDHAseritiga (Part 22)



                “Mamah, aku kira Mamah akan menamparnya! Ternyata tidak dan itu membuatku merasa lega sekarang!”. Raizaa mengatakannya dengan bernafas lega, memberi senyuman kepada Mamahnya.
                “Sangat tidak mungkin Mamah menyakitinya! Dia seorang anak seusiamu! Dan Mamah menganggap kesalahannya hanyalah sebuah kekonyolan darinya semata!”. Mellissa mengatakannya penuh kasih sayang melepaskan tangannya dari menyentuh wajahnya.
                “Aku beruntung mempunyai seorang Mamah seperti Mamah! Dan ini tuk kesekian kalinya aku menggombali Mamahku sendiri!”. Raizaa berkata manis sambil tertawa kecil melihatnya.
                “Bhai, sekarang kau bermain saja dulu bersama Vikram! Mamah merasakan kalau Vikram adalah seorang anak yang baik!”. Mellissa menyuruhnya untuk bermain diluar ruangannya dengan melihat ke Raizaa lalu ke Vikram.
                Raizaa pun mengangguk lalu berbalik berjalan kecil, sedangkan Vikram meminta maaf lebih dulu kemudian berbalik berjalan kecil mengikuti Raizaa. “Ya Tuhan, mereka berdua telah betemu! Dan entah mengapa aku merasa begitu dekat dengan Vikram! Teman baru dari Putraku, Raizaa!”, bisiknya dihati saat melihat Raizaa dan Vikram berjalan bersama menuju pintu ruangannya.

Beberapa saat kemudian. . . .

                Raizaa dan Vikram kini sudah berada dilobby kantor dengan berdiri bersama bersebelahan saling berpandangan.
                “Makasih, lo udah berani menghadapi Mamah gue! Dengan begitu, Mamah gue gak akan bertanya-tanya lagi!”. Raizaa mengucapkan terimakasih.
                “Sama-sama Bhai Raizaa!”. Vikram berkata singkat menyapanya dengan kata “Bhai Raizaa”.
                “Btw, darimana lo tau nama gue Raizaa? Perasaan kita belum berkenalan!”. Raizaa mempertanyakannya, sedangkan Vikram memberikan senyuman menutupi kesalahannya.
                “Aku mengetahuinya, karna, kemarin kau sempat mengenalkan dirimu dengan nama Raizaa!”. Vikram mengatakannya penuh dengan kegugupan. Raizaa menertawainya kecil.
                “Gue udah tau kok! Tapi aneh aja gitu lo manggil gue dengan sapaan, “Bhai Raizaa”!”. Raizaa mengungkapnya rasa keanehannya.
                “Secara tidak sengaja, aku telah menyambungkan kata “Bhai” dengan “Raizaa”! sehingga jadilah sebuah kata “Bhai Raizaa”! dan sekarang aku ingin segera pulang! Karna waktu jam belajar schooling sudah dekat!”. Vikram mengakui kesalahannya lalu memberitahukan waktu jam belajar schoolingnya.
                “Lo sama kaya temen gue! Disiplin tapi nyebelin! Heeheehee!”, Raizaa berkata mengakhiri.
                Dan kemudian Raizaa mengajaknya untuk memasuki mobilnya berniat akan mengantarkan Vikram pulang kerumahnya, dengan seorang supir sebagai pengendara mobilnya. Dan kini mobil yang digunakan mereka berdua pun berjalan meninggalkan akan segera menuju kerumah Vikram. Setibanya dirumah Vikram, Vikram pun membuka pintu mobil tersebut dan keluar dengan berdiri melihat Raizaa dari kaca mobilnya yang terbuka.
                “Terimakasih Raizaa, kau adalah temanku sekarang!”, kata terimakasih darinya kepada Raizaa. Raizaa pun menganggukkan kepalanya memberinya senyuman. Lalu mereka berdua bersama melambaikan tangannya ketika mobil Raizaa kembali berjalan. Sungguh pemandangan yang sedikit akrab dari mereka berdua.

BHARATAYUDHAseritiga

                Pada keesokkan harinya, Raizaa kembali bersekolah dan kini sedang mengikuti pelajaran jam pertamanya. Merasakan sedikit jenuh dibenaknya, Raizaa pun akan mengajak bicara kecil kepada teman baiknya, Aror yang telah duduk sebangku dengannya. Mereka berduapun mulai berbicara kecil dengan pandangannya tertuju pada penjelasan guru didepannya.
                “Aror, apa kabar lo?”. Raizaa memulainya.
                “Seperti biasanya, dengerin penjelasan guru pagi-pagi! Yang tadinya tenang sekarang jadi mumet!”. Aror menjawabnya sambil menjelaskan.
                “Gue gak suka dengerin penjelasan dari guru! Gue lebih suka disuruh ngerjain tugas! Tapi yang penting bagi gue sekarang, smsin Ashghari dong! Gue mau ngajakin dia ketemuan ditempat biasa!”. Raizaa mengungkap tujuannya.
                “Ditaman biasa, atau didanau biasa?”. Aror bertanya tentang dua tempat.
                “Didanau aja deh!”. Raizaa memberitahukan tempatnya singkat.             
                Kemudian dengan diam-diam Aror mengirimkan sebuah pesan untuk Ashghari atas perintah dari Raizaa. Dan Raizaa pun telah melihatnya.

Enam jam kemudian. . . .

                Jam sekolah telah usai, Raizaa pun kini sudah berada disebuah taman biasa yang dikunjunginya dan juga pernah menjadi tempat bertemu dengan Ashghari tanpa disengaja. Ada sedikit lupa yang belum disadarinya. Ketika sudah memasuki setengah perjalanan didalam taman itu, dirinya menjadi berhenti karna melihat seorang pria berdasi sedang berjalan bersama seorang temannya didepannya. Dan Raizaa pun berniat akan menghentikan langkah seorang pria berdasi yang telah dilihatnya itu.
                “Berhenti!”, kata Raizaa dengan menghentikan seorang pria tersebut bersama temannya tepat didepannya. “Tinggalkan kami berdua!”, perintah Raizaa mengarah kepada teman seorang pria berdasi itu. Seorang pria berdasi itupun menjadi terkejut lalu melihat ketemannya. Sedangkan temannya menganggukkan kepalanya melihat keseorang pria berdasi tersebut kemudia pergi meninggalkan sejenak. Dan Raizaa pun menatap pria berdasi itu dengan tatapan menajamkan namun mengharukan.
                Sementara seorang Pria berdasi itu merasa bingung menatap biasa padanya. Mengetahui seorang pria berdasi itu yang semakin nyata didepan mata kepalanya, Raizaa pun akan melempar beberapa pertanyaan kepadanya. Dan mereka berdua akan melakukan tanya jawab saling bertatapan masih dengan keadaan yang tadi.
                “Maaf aku telah lancang mengusir temanmu!”. Raizaa memulai dengan meminta maaf.
                “Tidak apa-apa! Apa tujuanmu datang kepadaku seperti ini?”. Seorang pria berdasi itu memaafkan lalu menanyakan tujuan darinya.
                “Apakah kau yang bernama Vin? Jika benar, tentu kau pasti kenal dengan seorang wanita yang bernama Mellissa?!”. Raizaa langsung menanyakannya sambil memberitahukannya.
                Ternyata seorang pria berdasi itu adalah Vin. Vin yang menatap biasa pun menjadi menatap kaget. Sebab telah diingatnya saat masih bersama Mellissa waktu masih SMA dulu, dimana dirinya dan Mellissa selalu bersama disetiap waktu. Lalu disambung dengan diingatnya saat Mellissa telah merebut Putra pertamanya dari dekapan Poosharm. Setelahnya teringat, mengingat dua hal tersebut. Vin pun kini menatapi wajah darinya yang begitu mirip dengan dirinya pada masa kehidupannya dulu.
Saat dirinya masih menjadi Pangeran Karanu. “Mellissa? Dan kau, siapa?”, Vin menanyakannya balik masih menatap kaget.
“Aku adalah seorang Putra darinya! Dia adalah Mamahku! Mungkin kau adalah suaminya! Dan mungkin aku adalah Putramu!”. Jawab Raizaa menegaskan.
Dan lagi, Vin dibuatnya menjadi kaget kembali. Kemudian teringat kembali saat pertemuannya dengan Mellissa yang memberitahukan kabar dari Putranya setelah beberapa tahun berlalu. Dan juga teringat kembali saat pertemuannya dengan Mellissa kembali yang menangis memohon untuk tidak mengambil Putra pertamanya darinya. “Astaga, apakah benar dia adalah Raizaa?”, tanya dalam hatinya masih diam membisu menatapinya.

BHARATAYUDHAseritiga

Tidak ada komentar:

Posting Komentar