Minggu, 11 Oktober 2015

BHARATAYUDHAseritiga (Part 21)



                Disana, Raizaa dirumahnya menunjukkan kalung liontin milik Mellissa dengan menggantungkan ditangannya tepat dihadapan wajahnya. Disaat yang sama, Mellissa pun merasa terkejut melihat kalung liontin itu yang telah diketahuinya telah hilang dari genggamannya sewaktu dirinya berada dicafe kantornya. Sedangkan Raizaa menatapnya biasa akan mengajaknya berbicara.
                “Mamah, telah aku temukan kalung liontin milik Mamah disebuah taman! Mamah sedang apa disana sehingga kalung liontin Mamah terjatuh tanpa Mamah ketahui!”. Raizaa berbicara menjelaskan juga mempertanyakannya.
                “Kalung liontin itu telah hilang dari Mamah, sewaktu Mamah berada dicafe dikantor Mamah! Bagaimana bisa kalung liontin itu bisa berpindah kesebuah taman?”. Mellissa menjelaskannya dengan melihat ke Raizaa bertanya-tanya.
                Kemudian Raizaa mengingat kembali jika ada seorang remaja putra yang melihat kalung liontin milik Mamahnya saat dirinya berbalik tak sengaja menghadap keseorang remaja putra itu. “Bhai, apa yang sedang kau pikirkan? Adakah sesuatu yang lain kau pikirkan selain….?”, Mellissa berkata sekali lagi menanyakannya lalu terhenti saat Raizaa dengan tiba-tiba memakaikan kalung liontin tersebut dilehernya.
                “Mamah, bagaimana bila aku bertemu Papah? Wajah Papah pernah kulihat pada foto kenangan antara Mamah sama Papah! Mamah, apakah benar Papahku bernama Vin? Maaf Mamah, aku tidak sengaja menemukannya sewaktu aku mencari buku incaranku!”. Raizaa berkata jujur ingin mendapat sebuah kebenaran. Meliissa menjadi tersenyum menatapnya.
                “Vin, adalah nama Papahmu! Tapi kau harus janji, batasmu hanya mengenal namanya saja juga mengenal wajahnya seperti yang kau lihat!”. Mellissa meluruskannya dengan menyampaikan sebuah kebenaran namun memberitahukan batasannya.
                “Mengapa harus begitu, Mamah? Apakah Mamah dan Papah sudah tidak mungkin lagi untuk kembali bersatu! Aku suka melihatnya, Mah! Aku ingin semua itu bisa terulang kembali sekarang!”. Raizaa mengungkap keinginannya.
                “Begitu banyak aral melintang yang menghalangi, Bhai! Kebahagiaan Mamah sudah cukup bila kau selalu ada disamping Mamah! Bersama Mamah dalam satu atap selamanya!”. Ungkap Mellissa hanya membutuhkan dirinya saja seorang.
                Setelahnya mengatakan, Mellissa pun berpamitan untuk pergi karna masih ada pekerjaan yang harus ia kerjakan. Dan Raizaa hanya menerimanya dengan besar hati tanpa mempertanyakannya lagi.
               
Beberapa saat kemudian. . . .

                Kini Raizaa berada dikamarnya kembali sambil menggenggam jepit rambut milik Ashghari yang masih bersamanya. Ia pun mulai mengamatinya dengan mengingat kenangannya bersama Ashghari. Dikenangnya, saat pertama kalinya ia menunggu Ashghari berdiri didepan pagar sekolah Ashghari. Lalu dikenangnya tentang kebersamaannya saat berada disebuah pohon yang ada sebuah Ayunan sederhana didalamnya saat festival bunga-bunga sedang berlangsung.
                Dan terakhir dikenangnya saat sarapan bersama, saat dirinya mengungkap perasaannya sedikit kepadanya. Sementara Ashghari membalasnya, “Aku tidak berpikiran sampai kearah itu!”. Setelah mengingat kembali kenangannya saat bersama Ashghari, Raizaa menggenggam erat jepit rambut tersebut seolah-olah tidak ingin melepaskan jepit rambut tersebut dari tangannya. Sebab baru saja dipikirnya kalau ia hanya bisa memiliki jepit rambutnya bukan pemilik jempit rambut tersebut.
                “Dunia pun tau, lo bukan siapa-siapa gue! Tapi sebenarnya, lo udah mengitari hidup gue! Iya, dan gue gak tau kenapa bisa begitu!”, bisiknya kecil masih menggenggam jepit rambut tersebut mengamatinya dalam.

BHARATAYUDHAseritiga

                Pada keesokkan harinya, Raizaa mendatangi sebuah taman yang sama dimana ia telah bertemu dengan seorang remaja putra yang masih asing baginya. Dan ia pun kini sedang berjalan mengelilingi dari sudut kesudut taman tersebut. Setelah beberapa lama ia mencari, tiba-tiba ditemuinya seorang remaja putra yang dicarinya berada didepannya tak jauh darinya. Remaja putra itu sedang duduk sendiri sambil merangkai sebuah bunga berbentuk lingkaran.
                Dan kinipun Raizaa sudah berada disampingnya dengan duduk bersamanya sambil menyapa, “Hai”, melihat lurus kedepan. Seorang remaja lelaki itu merasa terusik menoleh kepadanya. Sementara Raizaa masih melihat lurus kedepan bersikap angkuh. “Sedang apa kau disini? Hari selasa bukannya masih hari sekolah yah?”, tanya Raizaa berkata sekali lagi basa-basi. Sedangkan seorang remaja putra itu hanya melihatnya tanpa menjawab, membalas sapa juga pertanyaannya.
“Kacang mahal, Bro!”. Raizaa kembali berkata menunjukkan keangkuhannya masih melihat lurus kedepan. Seorang remaja putra itu juga memalingkan pandangannya lurus kedepan.
“Gue Vikram! Pendidikan gue home schooling! Dan gue belajar pada jam satu siang nanti! Dan lo kenapa gak sekolah! Bukannya hari selasa masih hari sekolah juga yah?”. Seorang remaja putra itu menjawabnya dengan mengenalkan namanya juga menanyakannya balik, mengulang kata darinya.
“Guru lagi rapat! Gue datengin lo, karna gue butuh bantuan lo! Dan lo akan tau disaat lo dan gue sudah berada dihadapan Mamah gue!”. Balasnya masih melihat lurus kedepan.
“Kenapa harus gue?”. Vikram bertanya sambil mengingat pertemuannya dengan Raizaa pada hari kemarin, menoleh ke Raizaa kembali.
Kemudian Raizaa menjelaskan kalau dirinya membutuhkannya sebagai saksi yang ada kaitannya dengan kalung liontin milik Mamahnya. Sebab pertanyaan telah muncul pada Mamahnya yang merasa bingung mengapa bisa kalung liontin milik Mamahnya berpindah jauh sampai kesebuah taman. Vikram yang sudah mendengarkan penjelasannya pun menyutujuinya, sebab baru saja dipikirnya kalau ia akan bisa mengenal lebih dekat dengan sosok Mellissa melalui pertemuan nanti.
Selang waktu berjalan, Raizaa bersama Vikram pun kini sudah berada didalam ruangan kantor Mellissa. Mereka berdua berdiri bersebelahan menunggu Mellissa memutarkan tubuhnya menghadap kepada mereka berdua. Tak berapa lama kemudian, Mellissa pun memutarkan tubuhnya menghadap kemereka berdua. Vikram yang melihat jelas wajahnya menjadi kaget namun tak menunjukkannya. “Mellissa? Siapa dia sebenarnya?”, tanya hatinya seketika masih melihatnya.
“Mamah, aku telah menemukan seseorang yang mungkin bisa menjelaskan tentang kalung liontin Mamah itu? Sebelum aku mengambil kalung liontin milik Mamah, aku tidak sengaja telah melihat Vikram disampingku ini sedang memain-mainkan kalung liontin itu! Lalu aku memilih untuk mengikutinya dan kalung liontin itu sempat terlempar jauh! Mungkin kami berdua sama-sama mengejarnya tuk mengambilnya! Tapi masih beruntung, aku lebih dulu mengambilnya!”. Penjelasannya.
“Kau tidak menceritakan itu sebelumnya padaku?”. Vikram menyambungnya dengan melihat Raizaa disebelahnya.
“Jika aku mengatakannya lebih dulu padamu, maka kau tidak akan setuju untuk datang kesini bersamaku! Menemui Mamahku!”. Ungkap Raizaa karna telah menyembunyikan, melihat balik ke Vikram.
“Apakah kau mengambil kalung liontin milik saya secara paksa, tanpa sepengetahuan saya?”. Mellissa berkata sedikit menghakimi, Vikram menatap bersalah menundukkan keaplanya, melihat kebawah. Raizaa merasakan suasana ketegangan diantaranya. Sedangkan Mellissa berjalan tiga langkah mendekati Vikram mengamati wajahnya yang mirip sekali dengan Putra kedua dari Vin. “Anak ini? Bagaimana bisa sampai kesini?”, tanya Mellissa diadalam hati menunjukkan ketakutan diraut wajahnya.
Kemudian Mellissa mengangkat tangannya menunjukkan kelima jarinya kepada Vikram seperti akan menamparnya. Raizaa yang melihatnya pun semakin merasakan ketegangan begitupula dengan Vikram. Sementara Mellissa semakin mendekatkan tangannya kewajah Vikram sambil berkata didalam hatinya. “Jika aku menanyakan tentang kedua orang tuanya! Maka Raizaa akan bertanya lagi padaku! Dan juga pada anak ini!”, lalu tangannya menyentuh wajah Vikram lembut merasakan sesuatu.

BHARATAYUDHAseritiga

Tidak ada komentar:

Posting Komentar