Disana,
Raizaa dirumahnya menunjukkan kalung liontin milik Mellissa dengan
menggantungkan ditangannya tepat dihadapan wajahnya. Disaat yang sama, Mellissa
pun merasa terkejut melihat kalung liontin itu yang telah diketahuinya telah
hilang dari genggamannya sewaktu dirinya berada dicafe kantornya. Sedangkan
Raizaa menatapnya biasa akan mengajaknya berbicara.
“Mamah,
telah aku temukan kalung liontin milik Mamah disebuah taman! Mamah sedang apa
disana sehingga kalung liontin Mamah terjatuh tanpa Mamah ketahui!”. Raizaa
berbicara menjelaskan juga mempertanyakannya.
“Kalung
liontin itu telah hilang dari Mamah, sewaktu Mamah berada dicafe dikantor
Mamah! Bagaimana bisa kalung liontin itu bisa berpindah kesebuah taman?”.
Mellissa menjelaskannya dengan melihat ke Raizaa bertanya-tanya.
Kemudian
Raizaa mengingat kembali jika ada seorang remaja putra yang melihat kalung
liontin milik Mamahnya saat dirinya berbalik tak sengaja menghadap keseorang
remaja putra itu. “Bhai, apa yang sedang kau pikirkan? Adakah sesuatu yang lain
kau pikirkan selain….?”, Mellissa berkata sekali lagi menanyakannya lalu
terhenti saat Raizaa dengan tiba-tiba memakaikan kalung liontin tersebut
dilehernya.
“Mamah,
bagaimana bila aku bertemu Papah? Wajah Papah pernah kulihat pada foto kenangan
antara Mamah sama Papah! Mamah, apakah benar Papahku bernama Vin? Maaf Mamah,
aku tidak sengaja menemukannya sewaktu aku mencari buku incaranku!”. Raizaa
berkata jujur ingin mendapat sebuah kebenaran. Meliissa menjadi tersenyum
menatapnya.
“Vin,
adalah nama Papahmu! Tapi kau harus janji, batasmu hanya mengenal namanya saja
juga mengenal wajahnya seperti yang kau lihat!”. Mellissa meluruskannya dengan
menyampaikan sebuah kebenaran namun memberitahukan batasannya.
“Mengapa
harus begitu, Mamah? Apakah Mamah dan Papah sudah tidak mungkin lagi untuk
kembali bersatu! Aku suka melihatnya, Mah! Aku ingin semua itu bisa terulang
kembali sekarang!”. Raizaa mengungkap keinginannya.
“Begitu
banyak aral melintang yang menghalangi, Bhai! Kebahagiaan Mamah sudah cukup
bila kau selalu ada disamping Mamah! Bersama Mamah dalam satu atap selamanya!”.
Ungkap Mellissa hanya membutuhkan dirinya saja seorang.
Setelahnya
mengatakan, Mellissa pun berpamitan untuk pergi karna masih ada pekerjaan yang
harus ia kerjakan. Dan Raizaa hanya menerimanya dengan besar hati tanpa
mempertanyakannya lagi.
Beberapa saat kemudian. . . .
Kini
Raizaa berada dikamarnya kembali sambil menggenggam jepit rambut milik Ashghari
yang masih bersamanya. Ia pun mulai mengamatinya dengan mengingat kenangannya
bersama Ashghari. Dikenangnya, saat pertama kalinya ia menunggu Ashghari
berdiri didepan pagar sekolah Ashghari. Lalu dikenangnya tentang kebersamaannya
saat berada disebuah pohon yang ada sebuah Ayunan sederhana didalamnya saat
festival bunga-bunga sedang berlangsung.
Dan
terakhir dikenangnya saat sarapan bersama, saat dirinya mengungkap perasaannya
sedikit kepadanya. Sementara Ashghari membalasnya, “Aku tidak berpikiran sampai
kearah itu!”. Setelah mengingat kembali kenangannya saat bersama Ashghari,
Raizaa menggenggam erat jepit rambut tersebut seolah-olah tidak ingin
melepaskan jepit rambut tersebut dari tangannya. Sebab baru saja dipikirnya
kalau ia hanya bisa memiliki jepit rambutnya bukan pemilik jempit rambut
tersebut.
“Dunia
pun tau, lo bukan siapa-siapa gue! Tapi sebenarnya, lo udah mengitari hidup
gue! Iya, dan gue gak tau kenapa bisa begitu!”, bisiknya kecil masih menggenggam
jepit rambut tersebut mengamatinya dalam.
BHARATAYUDHAseritiga
Pada
keesokkan harinya, Raizaa mendatangi sebuah taman yang sama dimana ia telah
bertemu dengan seorang remaja putra yang masih asing baginya. Dan ia pun kini sedang
berjalan mengelilingi dari sudut kesudut taman tersebut. Setelah beberapa lama
ia mencari, tiba-tiba ditemuinya seorang remaja putra yang dicarinya berada
didepannya tak jauh darinya. Remaja putra itu sedang duduk sendiri sambil
merangkai sebuah bunga berbentuk lingkaran.
Dan
kinipun Raizaa sudah berada disampingnya dengan duduk bersamanya sambil
menyapa, “Hai”, melihat lurus kedepan. Seorang remaja lelaki itu merasa terusik
menoleh kepadanya. Sementara Raizaa masih melihat lurus kedepan bersikap
angkuh. “Sedang apa kau disini? Hari selasa bukannya masih hari sekolah yah?”,
tanya Raizaa berkata sekali lagi basa-basi. Sedangkan seorang remaja putra itu
hanya melihatnya tanpa menjawab, membalas sapa juga pertanyaannya.
“Kacang mahal, Bro!”. Raizaa
kembali berkata menunjukkan keangkuhannya masih melihat lurus kedepan. Seorang
remaja putra itu juga memalingkan pandangannya lurus kedepan.
“Gue Vikram! Pendidikan gue home
schooling! Dan gue belajar pada jam satu siang nanti! Dan lo kenapa gak
sekolah! Bukannya hari selasa masih hari sekolah juga yah?”. Seorang remaja
putra itu menjawabnya dengan mengenalkan namanya juga menanyakannya balik,
mengulang kata darinya.
“Guru lagi rapat! Gue datengin lo,
karna gue butuh bantuan lo! Dan lo akan tau disaat lo dan gue sudah berada
dihadapan Mamah gue!”. Balasnya masih melihat lurus kedepan.
“Kenapa harus gue?”. Vikram
bertanya sambil mengingat pertemuannya dengan Raizaa pada hari kemarin, menoleh
ke Raizaa kembali.
Kemudian Raizaa menjelaskan kalau
dirinya membutuhkannya sebagai saksi yang ada kaitannya dengan kalung liontin
milik Mamahnya. Sebab pertanyaan telah muncul pada Mamahnya yang merasa bingung
mengapa bisa kalung liontin milik Mamahnya berpindah jauh sampai kesebuah
taman. Vikram yang sudah mendengarkan penjelasannya pun menyutujuinya, sebab
baru saja dipikirnya kalau ia akan bisa mengenal lebih dekat dengan sosok
Mellissa melalui pertemuan nanti.
Selang waktu berjalan, Raizaa
bersama Vikram pun kini sudah berada didalam ruangan kantor Mellissa. Mereka
berdua berdiri bersebelahan menunggu Mellissa memutarkan tubuhnya menghadap
kepada mereka berdua. Tak berapa lama kemudian, Mellissa pun memutarkan
tubuhnya menghadap kemereka berdua. Vikram yang melihat jelas wajahnya menjadi
kaget namun tak menunjukkannya. “Mellissa? Siapa dia sebenarnya?”, tanya
hatinya seketika masih melihatnya.
“Mamah, aku telah menemukan
seseorang yang mungkin bisa menjelaskan tentang kalung liontin Mamah itu?
Sebelum aku mengambil kalung liontin milik Mamah, aku tidak sengaja telah
melihat Vikram disampingku ini sedang memain-mainkan kalung liontin itu! Lalu
aku memilih untuk mengikutinya dan kalung liontin itu sempat terlempar jauh!
Mungkin kami berdua sama-sama mengejarnya tuk mengambilnya! Tapi masih
beruntung, aku lebih dulu mengambilnya!”. Penjelasannya.
“Kau tidak menceritakan itu
sebelumnya padaku?”. Vikram menyambungnya dengan melihat Raizaa disebelahnya.
“Jika aku mengatakannya lebih dulu
padamu, maka kau tidak akan setuju untuk datang kesini bersamaku! Menemui
Mamahku!”. Ungkap Raizaa karna telah menyembunyikan, melihat balik ke Vikram.
“Apakah kau mengambil kalung
liontin milik saya secara paksa, tanpa sepengetahuan saya?”. Mellissa berkata
sedikit menghakimi, Vikram menatap bersalah menundukkan keaplanya, melihat
kebawah. Raizaa merasakan suasana ketegangan diantaranya. Sedangkan Mellissa
berjalan tiga langkah mendekati Vikram mengamati wajahnya yang mirip sekali
dengan Putra kedua dari Vin. “Anak ini? Bagaimana bisa sampai kesini?”, tanya
Mellissa diadalam hati menunjukkan ketakutan diraut wajahnya.
Kemudian Mellissa mengangkat
tangannya menunjukkan kelima jarinya kepada Vikram seperti akan menamparnya.
Raizaa yang melihatnya pun semakin merasakan ketegangan begitupula dengan
Vikram. Sementara Mellissa semakin mendekatkan tangannya kewajah Vikram sambil berkata
didalam hatinya. “Jika aku menanyakan tentang kedua orang tuanya! Maka Raizaa
akan bertanya lagi padaku! Dan juga pada anak ini!”, lalu tangannya menyentuh
wajah Vikram lembut merasakan sesuatu.
BHARATAYUDHAseritiga
Tidak ada komentar:
Posting Komentar