Selasa, 13 Oktober 2015

BHARATAYUDHAseritiga (Part 31)



                Pada esoknya disiang harinya, Ashghari sedang terduduk diatas rumput ditepi air danau. Ia kembali menghibur dirinya sendiri sambil memainkan air danau tersebut dengan tangan kanannya, menunggu jam latihannya disekolahnya tiba. Dan tiba-tiba saja ada yang menghujani dirinya yang masih terduduk dengan bunga kumis kucing dari atas dirinya. Ashghari pun mengangkat pelan kepalanya keatas akan melihat siapa yang telah menghujani bunga ke dirinya.
                Kemudian terlihatlah wajah dari Raizaa sedang tersenyum melihatnya dari atas dirinya hingga bunga yang menghujaninya sudah habis. Mengetahui kehadirannya, Ashghari pun mendirikan dirinya lalu menghadapkan dirinya ke Raizaa. “Aku baru saja menghujani dirimu dengan bunga kumis kucing itu! Sama disaat dimana kita berdua telah dihujani bunga-bunga, saat festival diadakan disebuah taman itu!”. Raizaa langsung berbicara mengulangnya, Ashghari memalingkan wajahnya kesamping.
“Hay, sudah lama kita tidak bertemu!”, Raizaa berbicara sekali lagi memancingnya untuk bicara. Sementara Ashghari mulai beranjak untuk pergi, namun ditahan oleh Raizaa dengan memegang keras pergelangan tangannya. “Berbicaralah sebentar denganku disini! Jika kau tak suka dengan bahasa sopan dariku! Maka aku akan mengubahnya menjadi bahasa alay! Bahasa yang telah aku gunakan sebelum ini!”, Raizaa membujuknya. Ashghari melihat kepadanya kembali memberontak kecil.
“Menghindarlah cepat dari gue! Gue gak mau ngeliat lo semakin terluka! Gue tau lo suka sama gue! Please, lo harus tinggalin gue sekarang dan kalo perlu lo tahan dulu untuk nggak ketemu sama gue!”. Ashghari memberitahukan rasa pengertiannya dengan menasehatinya.
“Gue, kangen aja sama lo! Gue, udah lama gak ketemu sama lo! Please, temenin gue lagi! Kesepian gue begitu memuncak, saat gue belom liat lo disekitar gue!”. Raizaa mencurahkan isi hatinya.
“Cukup lo bercerita tentang gue sampai disini aja! Dan cukup lo hanya bercerita tentang dia!”. Ashghari berkata sedikit bersuara keras masih berusaha berontak tuk melepaskan pergelangan tangannya dari pegangan Raizaa.
“Siapa lagi yang akan aku ceritakan! Kalau bukan dirimu seorang! Siapa lagi yang bikin gue kadang-kadang mencari, kalo bukan diri lo seorang!”. Raizaa mengutarakan pertanyaan disertai jawabannya.
“Kata “Siapa” itu adalah, Rahika! Bukan gue!”, Ashghari berkata bijak namun menyakiti dirinya sendiri sambil menahan bendungan airmatanya. Raizaa yang kaget mendengarnya pun langsung melepaskan pegangannya keras lalu menjorokinya keras karna kekesalan dari kagetnya. Kemudian Raizaa meneriakkan namanya, “Ashghaaaaariiiiii!”, dengan sekeras-kerasnya meluapkan emosi dari kekesalannya. Sedangkan Ashghari menutup kedua telinganya disaat yang bersamaan,
Setelah meneriakkan nama Ashghari, Raizaa pun pergi dengan berlari kencang. Dan Ashghari menjadi lemas hingga terduduk kembali diatas rumput melihat kepergian dari Raizaa yang masih terlihat. Kemudian ia mendapat telephone dari salah seorang temannya mengabarkan jika waktunya untuk menjalani latihan disekolahnya akan tiba, dan ia yang sudah mengetahuinya pun akan segera pergi meninggalkan danau tersebut kembali menuju kesekolahnya.

BHARATAYUDHAseritiga

                Masih dihari yang sama, Poosharm sedang menuju kesebuah kantor tempat dimana Mellissa telah bekerja menggunakan kendaraan pribadinya dengan seorang supir setianya. Ia berniat untuk mengetahui wajah dari Mellissa tersebut, yang dulu telah berani menculik Putra pertamanya. Setelah beberapa saat kemudian, Poosharm pun kini telah sampai kesebuah kantor dimana Mellissa telah bekerja tanpa membuat izin dengannya lebih dulu.
                Dan kini Poosharm telah memasuki ruangan Mellissa berdiri didepan meja kerjanya diantara dua buah kursi tamu, dengan memakai kacamata hitam menutupi kedua matanya. Sedangkan Mellissa baru saja berhenti dari mengetik juga menyambutnya dengan sangat hangat. Saat ketika Poosharm melepaskan kacamata hitamnya, mendadak Mellissa menjadi berdiri karna merasa terkejut atas kedatangannya yang secara tiba-tiba.
                “Jadi kau yang bernama Mellissa? Aku sudah lama ingin sekali melihat wajah dari seorang wanita yang sudah berani menculik, Putra pertamaku!”. Poosharm bertanya, berkata tegas dengan tatapannya kepadanya.
                “Begitupula dengan kau yang sudah berani mengambil Vin dariku!”. Mellissa menyamakannya.
                “Hubunganmu dengan suamiku hanya terjadi pada masa kalian dulu, masa sebelum dia bertemu denganku! Kau saja yang bodoh yang telah pergi meninggalkannya, dan mendadak ingin kembali lagi disaat dia sudah move on dari dirimu!”. Poosharm menjelaskan kembali, mengulang masa lalu Mellissa.
                “Iya, aku memang sangat bodoh! Tapi aku lebih bodoh lagi, karna aku tidak berusaha untuk memisahkanmu dari Vin! Dan kau tau itu karna apa? Itu karna aku terlalu memikirkan kebahagiaan Vin!”. Mellissa berkata menggunakan bahasa halus lalu mengeraskan kecil.
                “Jika kau memang memikirkan itu, lantas mengapa kau telah merampas Putra pertama kami dari kesejahteraan keluarga kecil kami?”. Poosharm mempertanyakan lagi, menajamkan.
                “Itu karna aku sangat marah padamu! Bahkan sangat lebih marah daripada hari-hari dimana aku telah berhasil menculik Putramu, dan hidup bersamaku hingga dia telah tumbuh besar seperti sekarang ini!”. Mellissa membalasnya semakin mengeraskan.
                “Sungguh tidak akan ada habisnya bila masih berseteru denganmu! Bersiaplah, Putraku yang telah kau besarkan akan segera kembali padaku! Dia akan segera memanggilku Ibunda kembali! Dan kau, tidak akan bisa menahannya lagi untuk tidak kembali padaku!”. Poosharm mengakhiri mencoba menggertak Mellissa.
                Mereka berduapun menjadi perang dalam tatapan dingin dari keduanya. Dimana keduanya telah ada emosi yang sudah meluap namun mereka menutupinya secara bijak. “Aku sama sekali tidak takut dengan kata gertakkanmu itu!”, sambung lagi Mellissa mengungkap sedikit emosinya. Sedangkan Poosharm hanya tersenyum sombong sambil menggelengkan kepalanya, lalu memasangkan kembali kacamata hitamnya dan berbalik pergi bberanjak keluar ruangan Mellissa.
                “Raizaa tidak akan pernah meninggalkanku! Dia akan meminta aku untuk selalu menjadi Mamahnya!”, kata kekhawatirannya berbisik kecil setelah melihat Poosharm keluar dari ruangannya. Kemudian diingatnya kembali saat pertama kali dirinya menculik Raizaa saat Poosharm meninggalkannya sebentar. Lalu disambungnya mengingat Raizaa yang meminta tuk memeluknya sebelum wanita lain yang mengaku sebagai Ibunya akan memeluknya.

BHARATAYUDHAseritiga

Tidak ada komentar:

Posting Komentar