Pada malam
harinya, Poosharm memasuki kamar rahasia seorang diri kembali melihat-lihat
semua barang yang masih tersimpan rapi didalamnya. Ia sedang melihat foto yang
bergambarkan Bayi Raizaa, juga menyentuh tempat tidur bayi hingga kesemua
perlengkapan milik Bayi Raizaa dulu. Dan tak bisa dipungkiri olehnya jika malam
ini dirinya sangat merindukan kedatangannya kembali kerumahnya. Dan juga keinginannya agar Raizaa
tinggal dirumahnya masih jauh tuk bisa diwujudkan.
Sebab Mellissa
masih bermain didalamnya. Begitupula dengan Raizaa yang masih menetapkan
dirinya untuk tetap tinggal bersama Mellissa meskipun ia sudah mengetahui kalau
Ibu kandungnya adalah Poosharm. Dan tanpa diketahui oleh Poosharm, Raizaa telah
berjanji tidak akan pernah meninggalkan Mellissa seorang diri dalam keadaan
apapun. Dari hal tersebutlah akan terjadi sebuah peristiwa akan adanya sebuah
pernikahan demi meniadakan rasa dilema pada Raizaa.
Kembali pada
Poosharm yang masih berada didalam kamar rahasia itu, ia kini memeluk guling
kecil milik Bayi Raizaa demi melampiaskan rasa rindunya untuk mendekap kembali
Putra pertamanya itu. Ia pun menjadi begitu terhanyut hingga tak menyadari
kalau dirinya menjatuhkan kesamping kepalanya pelan bersandar dipundak Vin yang
sudah berada disampingnya. Sementara Vin baru saja merangkulnya sambil
menenangkan.
“Apakah kau
kembali merindukannya!”. Vin bertanya melihat kepadanya, masih merangkulnya.
“Kali ini aku
sedang merindukannya lagi! Bahkan ini pertama kalinya aku merasakan rindu yang
sangat hebat untuknya!”. Poosharm mengutarakannya masih menyandarkan kepalanya
dipundak Vin, melihat ketempat tidur Bayi.
“Kalau boleh aku
tau, rasa rindumu lebih hebat yang mana? Rindu untuk menungguku atau rindu
untuk melihat Putra Raizaa?”. Vin bertanya sedikit menggodanya.
“Aku sudah sering
merindukanmu! Kau juga tidak pernah absen tuk menemuiku! Sedangkan dengan Putra
Raizaa, waktupun masih pelit tuk mempertemukan!”. Poosharm semakin mengutarakannya.
“Itu karna aku
juga tak sabar menunggu lama lagi tuk menemuimu! Selagi waktu memihak, aku
harus melakukannya!”. Vin menjelaskannya, Poosharm beralih memeluknya.
Sementara
disamping pintu kamar yang masih terbuka itu, ada sosok Vikram yang sudah
diam-diam mendengarkan percakapan keduanya tentang Bayi Raizaa. Setelahnya
mendengarkan percakapan keduanya yang kini menjadi terhenti sesaat, ia kembali
teringat pada tekadnya untuk menemukan segera sosok Ibu kandungnya. Ibu
kandungnya yang telah rela mempercayakan Poosharm untuk merawatnya hingga
remaja kini, pikirnya. Kemudian beranjak pergi setelah mengingat hal itu.
“Jangan katakan
itu, selamanya aku akan menjadi istrimu! Selamanya kau akan menjadi Ayahanda
dari kedua anak kita!”, Poosharm berkeluh karna secara spontan teringat kembali
tentang kebebasan yang telah lama ditunggu-tunggu oleh Vin. Sedangkan Vin
mengecup keninganya kembali memberikan sebuah ketenangan. “Kecemasanmu adalah
kecemasanku juga! Apapun itu, kita akan melewatinya bersama-sama!”, sambung Vin
masih menenangkannya.
BHARATAYUDHAseritiga
Keesokkan
harinya, Vikram berjalan-jalan disebuah taman tempat biasanya menghabiskan
waktu luangnya menunggu jam belajar home schoolingnya. Dan kini ia berada
ditepi kolam didalam taman tersebut, berdiri seorang diri melihat lurus kedepan
lalu membuka mahkota kecilnya. Kemudian memegangnya menggunakan kedua tangannya
sambil melihat bundaran yang berisi berlian berwarna merah. Ia bertujuan ingin
mengetahui sesuatu dari bundaran kecil yang berisi berlian berwarna merah.
Saat ketika mulai
memasuki keseriusannya untuk segera ingin mengetahui melihat kebundaran yang
berisi berlian berwarna merah itu, kedua matanya pun menjadi tertutup secara
spontan dan akan memasuki penerawangan berdasar dari alam bawah sadarnya.
Kemudian dilihatnya dalam penerawangan ada dua orang balita yang menjerit dalam
tangisannya karna harus dipisahkan dengan dipaksa oleh dua orang wanita dewasa
yang berpakaiian layaknya dua orang bidadari dari kayangan.
Suara jeritan
tangisan dari dua orang balita itu semakin keras didengarnya hingga ia membuka
matanya dengan keterjutan didalam dirinya. Tak berapa lama suara jeritan
tangisan dua orang balita itu menjadi terhenti sunyi, setelahnya terdengar lagi
suara tangisan seorang bayi laki-laki lalu dilihatnya ada seorang bayi yang
perlahan menjauh dari samping kanannya, membelakanginya. Dan Vikram yang masih
melihatnya pun berusaha tuk mengejarnya. Saat ini ia sudah memasuki dunia
ilusi.
Baginya, ia
berjalan seorang diri namun tujuannya masih mengikuti seorang bayi laki-laki
itu yang masih perlahan menjauh membelakanginya. Dan bagi siapa saja yang
melihat dirinya, mereka akan beranggapan kalau Vikram memang berjalan seorang
diri namun dengan tatapan kosong yang
mendalam. Dan kemudian Vikram menjadi terhenti disuatu tempat masih didalam
taman tersebut, mengikuti seorang bayi laki-laki yang baru saja berhenti
menghadap padanya.
“Aku adalah dirimu!
Namun yang berperan penting selama kau hidup, adalah sukma orang lain! Sukma
orang lain itu telah dihidupkan didalam tubuhmu sejak kau masih bayi!”. Seorang
bayi laki-laki itu berkata sambil tersenyum lucu.
“Kalau tidak ada
sukma, mana mungkin aku bisa hidup dan tumbuh seperti sekarang ini! Lalu, kau
siapa dan apa tujuanmu mengajakku kesini?”. Vikram memberi penjelasan sambil
bertanya, melihatnya bingung.
“Aku adalah kau,
sukma dirimu yang sebenarnya! Tapi tubuhku dipinjam dengan sukma orang lain!
Jadi mau tidak mau aku harus rela berbagi dengannya! Karna tubuhmu adalah
tubuhku juga!”. Seorang bayi laki-laki itu mencoba menjelaskannya lagi masih
tersenyum lucu.
“Aku tidak
percaya! Kau adalah seorang bayi laki-laki dalam ilusi yang pandai sekali dalam
berbicara!”. Vikram berkata tegas tidak mempercayainya.
“Kau akan
mengerti nanti! Sekarang Ibuku akan datang, dan kau akan mendengar tangisanku
dari rahimnya!”. Seorang bayi laki-laki itu berkata mengalah, memberitahukan
masih tersenyum lucu.
Vikram pun
menjadi terdiam mendengar kata-katanya masih melihat keseorang bayi laki-laki
itu masih dalam senyum lucunya. Kemudian bayi laki-laki itu perlahan menjadi
sirna lalu dilihatnya ada langkah kaki seorang wanita yang kini sudah berhenti
didepannya berjarak tiga langkah. Dan lagi, Vikram kembali mendengar suara
jeritan tangis seorang bayi seperti yang dikatakan oleh seorang bayi laki-laki tadi.
Kedua matanya pun
kini tertuju pada perut seorang wanita tersebut mendengarkan suara jeritan
tangisan bayi yang semakin jelas terdengar dari dalam perut seorang wanita
tersebut, tepatnya dirahimnya. “Vikram?”, seorang wanita itu menyapanya pelan
sedikit tanya dari bahasanya. Sedangkan Vikram baru saja melihat kewajahnya,
dan tiba-tiba menjadi amat terkejut karna sangat tak diduganya jika seorang
wanita didepannya itu adalah Mellissa.
BHARATAYUDHAseritiga
Kehenengingan pun
terjadi pada keduanya seketika, dimana keduanya saling berpandangan diam dalam
kebisuan. Vkram masih mendengar suara jeritan tangisan seorang bayi yang
semakin pilu lalu dengan tak sengaja meneteskan airmata kanannya sambil berkata
dalam hatinya, “Oh Tuhan, pertanda apakah ini?”, tanyanya masih dalam keadaan
yang sama. Sementara Mellissa mulai berniat akan mengajaknya berbicara
meniadakan keheningan.
“What happen?”,
Mellissa bertanya. Vikram menggeleng padanya. “Kalau memang tidak ada apa-apa,
mana mungkin kau memandangiku seperti itu? Katakan saja apa yang perlu kau
tanyakan padaku saat ini!”, perintah Mellissa dengan meyakinkan.
“Aku tidak ingin
bertanya apapun padamu! Karna apa yang ingin aku tanyakan belum aku ketahui
jawabannya lebih dulu dari seseorang disana!”. Vikram membalasnya dengan
mengutarakan ketidak inginannya untuk bertanya padanya, lalu membayangi wajah
dari Arun usainya berkata.
“Tadinya kupikir
ada yang aneh dari diriku! Sehingga kau memandangiku seperti caramu yang
tadi!”. Mellissa mengungkap rasa curiganya, Vikram tersenyum kecil sambil
menggeleng pelan padanya lagi.
“Tidak! Dirimu
masih dalam kerapian! Dalam kecantikan, dan semoga hatimu akan segera luluh
untuk mengembalikan seseorang yang telah lama menjadi milikku dan keluargaku!”.
Vikram berkata memujinya lalu menyindirnya sedikit, begitupun dengan ekspresi
wajahnya.
Meliissa pun
menjadi tercengang melototkan kedua bola matanya sedkit kepadanya, sebab
kata-kata yang telah terlanjur dikeluarkan oleh Vikram sedikit mengecewakannya.
Sementara Vikram melihatnya santai masih memendamkan sesuatu dihatinya.
“Perfect!!! You’re the words is fantastic!!!”, Mellissa membalasnya dengan
memujinya jahat sambil menepukkan kedua tangannya. Vikram yang mendengar puji
jahat darinya membalikkan tubuhnya, membelakangi.
Sementara
Mellissa melangkah pergi meninggalkannya membawa rasa kekecewaannya yang hanya
terhadapnya saja seorang. Setelah dirasanya Mellissa sudah jauh pergi
meninggalkannya, Vikram mulai mengatakan sesuatu dengan berbisik kecil namun
ada rasa gelisah menyertainya. “Bukan, bukan itu yang sebenarnya ingin
kukatakan! Sebenarnya aku ingin bertanya sesuatu padamu! Namun aku terpaksa
harus mengalihkannya dulu dengan lagi membahas Raizaa!”.
Vikram mengatakannya dengan membayangi ekpresi wajah
Mellissa yang tadi saat Mellissa masih mendengarkannya berbicara. Kemudian
terbesit dipikirannya berniat akan segera menemui Arun demi mendapatkan sebuah
jawaban dari pertanyaan yang pertama, tentang seorang bayi laki-laki ilusi dan
jerit tangisnya dari seorang bayi ilusi tersebut. Dan pertanyaan yang kedua ia
akan menyambungkan dengan Mellissa masih berhubungan dengan seorang bayi
laki-laki ilusi juga suara jerit tangisan tersebut.
Namun akan ada pertanyaan ketiga yang
nantinya akan ia tanyakan tanpa terbesit dipikirannya bahkan berniat pun tidak
sama sekali. Dan semua itu akan dilakukannya juga akan terjadi pada saat
dirinya berhasil menemui Arun disuatu tempat yang belum terpikirkan olehnya.
BHARATAYUDHAseritiga
Tidak ada komentar:
Posting Komentar