Selasa, 13 Oktober 2015

BHARATAYUDHAseritiga (Part 33)



                Waktu istirahat kini sedang berjalan selama tigapuluh menit, sebelum penyerahan Piala kemenangan diberikan kepada guru pelatih sekolah masing-masing. Raj dan Raf kini sedang duduk bersama sambil menyantap makanan kecil sebagai penghapus rasa lapar. Mereka berdua menyantap makanan tersebut dengan saling bertukar canda menggunakan isyaarat kelima jemari tangannya. Sementara dikejauhan Ashghari baru saja keluar dari toilet akan menuju keteman-temannya.
                Namun ketika baru saja melangkah kedepan lima langkah, mendadak dirinya menjadi berhenti karna melihat Raizaa bersama Rahika sedang berbicara dengan saling berhadapan. Ashghari pun memilih berhenti sejenak melihat mereka berdua, tak jauh dari keberadaannya. Sementara mereka berdua masih membicarakan sesuatu.
                “Ini pertama kalinya aku tidak ikut bersamamu! Aku telah kalah, tapi untungnya kau masih bisa merebutkan satu tiket itu!”. Rahika bercurah tentang kekalahannya.
                “Semua poin Arora yang mendapatkannya, aku hanya bertugas menggiring bola!”. Raizaa bercurah balik tentang kemenangannya.
                “Tapi kamu yang menadapatkan nilai tertinggi dari dewan juri! Itu tandanya kau memang pandai dalam menggiring bola!”. Puji Rahika atas kepandaiiannya.
                “Sebenarnya gue bosen ikut tiket pelatihan! Kenapa juga harus menang lagi! Otak gue udah terlalu faseh ikutin pelatihan ini lagi, ini lagi!”. Keluh Raizaa, Rahika mencubit kedua pipi diwajahnya dengan kedua tangannya lalu menahannya.
                “Sudah seharusnya kau mendapatkan tiket pelatihan itu kembali, Raizaa!”. Rahika menyambungnya sambil mengejeknya, lalu melepaskan cubitannya dikedua pipi Raizaa.
                “Aku seperti anak kecil yang wajib dicubit seperti tadi! Kenapa harus begitu lagi?”. Raizaa membalasnya dengan kata juga menyentuh pipi kiri Rahika.
                “Kalo lo emang tega, cubit keras pipi kiri yang lo sentuh bahkan lebih keras dari cubitanku!”. Rahika berkata menantang sambil berekspresi mengejek.
                Kemudian Raizaa melepaskan tangannya dari menyentuh pipi kiri Rahika dengan senyuman mesra dibibirnya. Sedangkan Rahika terus menggodanya dengan mencoleknya berkali-kali. “Sudah cukup Rahika, sekarang waktunya untuk makan siang!”, perintahnya kecil dengan menahan tangan Rahika yang akan mencoleknya lagi. “Kau temanku yang paling cantik! Penuhilah nutrisi kesehatan wajahmu dengan makan siang dulu, sana!”, pujinya sambil memerintahkan.
                Rahika pun pergi meninggalkannya bergabung kembali bersama teman-teman dari Tim Cheerleadersnya. Sedangkan Raizaa menghadap kearah kirinya akan beranjak lalu dilihatnya Ashghari sedang berjalan kearahnya dengan melihat kebawah. Dan disaat yang bersamaan, mereka menjadi saling bertatapan dingin saat bersama akan saling melewati menuju kearah masing-masing hingga saat sudah saling membelakangi. Entah apa yang ada didalam pikiran keduanya, tetapi itulah yang terjadi.
                Sementara Raf yang masih duduk bersama Raj, merasakan ada sesuatu yang telah terjadi pada Ashghari dan Raizaa saat melihat keduanya saling bertatapan dingin ketika saling melewati. Dan tanya pun muncul didalam pikirannya akan hubungan Ashghari dan Raizaa yang kini dikenalnya sebagai seorang siswa yang telah mendapatkan nilai tertinggi dari dewan juri. Setelah beberapa saat kemudian, penyerahan Piala kemenangan pun diberikan kepada guru sang pelatih.
                Dan pertandingan, pemberitahuan nilai dari dewan juri, juga penyerahan Piala tersebut sudah semuanya terlaksana. Semuanya pun kini berakhir dengan sportif, dan juga saling menerima bagi semua yang ikut terlibat dan yang bertugas didalamnya

BHARATAYUDHAseritiga

Tiga hari kemudian. . . .

                Arun, Shafaq, Vin juga Poosharm kembali lagi mengadakan rapat sepeti yang pernah sudah dilakukan oleh mereka berempat sebelumnya.                Mereka berempat kinipun telah duduk bersama saling berhadapan membentuk dua barisan diruang tamu, dirumah Arun. Untuk pertama kalinya Vin ikut menyertakan Putra keduanya, Vikram, sebab Vin berniat akan memperkenalkan Putra keduanya yang sudah remaja. Berniat pula akan memperkenalkan Putra keduanya kepada Putri bungsu dari Arun.
                “Selamat datang Vikram! Kau tampan sekali sama seperti wajah diriku yang dulu!”, puji Arun memulainya melihat ketampanan Vikram yang begitu mirip dengan dirinya pada masa kehidupannya dulu. Sedangkan Vikram yang telah duduk diantara kedua orang tuanya memberi seyuman sedikit tersipu malu. Kemudian Pooharm menyentuh tangan Vikram pelan mengisyaratkan untuk membalas puji dari Arun. Vikram yang sudah merasakannya juga mengetahuinya pun akan membalas pujinya.
                “Eeemb, terimakasih Om Arun! Mungkin Ibunda dulu sangat mengagumi Om Arun, jadi wajahku kini mirip dengan Om Arun! Seperti kata puji Om Arun tadi!”. Balasnya penuh kesopanan melihat gugup padanya.
                “Shafaq, dimanakah Putri kecilmu? Sudah lama aku tidak meihat wajahnya! Aku yakin, pasti Putri kecilmu itu sudah secantik dirimu sekarang!”. Poosharm menyambungnya dengan langsung menanyakan Putri kecilnya. Shafaq pun menjadi tersenyum kepadanya.
                “Dia bukan lagi Putri kecilku! Tetapi dia sudah menjadi gadisku!”. Shafaq akan menjelaskan, Arun memotongnya.
                “Iya, kini Putri kecil kami telah menjadi seorang gadis! Dan terkadang aku sedikit melupakan istriku saat menikmati kecantikan darinya! Dia begitu cantik sama seperti Ibunya dulu!”. Arun memotongnya dengan memuji Putrinya sendiri bahagia melihat ke mereka berempat, lalu berhenti melihat ke Vin.
                “Kalau memang begitu, pertemukan kami dengan gadismu itu, Arun! Aku mau memperkenalkan Vikram dengan gadismu!”. Vin bertanya melihat kepadanya girang, Arun tersenyum lalu melihat ke Vikram.
                “Gadisku sedang tidak ada dirumah! Dia kini sedang melakukan pelatihan dikota Bali selama beberapa minggu!”. Sambung Shafaq menjelaskannya.
                Vikram yang mendengarnya pun melihat ke Poosharm sambil berkata, “Ibunda, ternyata Putri kecil yang ingin Ibunda jumpai sedang sibuk! Mohon didatangi lagi untuk beberapa minggu kedepan!”, Vikram mengatakannya sambil mengejeknya. Poosharm yang sudah mengetahuinya langsung menjewer telinganya, dan semua yang juga melihat mereka berdua menjadi tertawa kecil karnanya.

BHARATAYUDHAseritiga

                Masih dirumah Arun, kini kebersamaan mereka berlima menjadi pecah dalam dua kelompok. Yaitu Shafaq dan Poosharm telah beralih keruang santai keluarga, dan Arun, Vin, juga Vikram beralih ketaman samping. Shafaq dan Poosharm akan membicarakan sesuatu, yaitu dimulai dengan Poosharm yang akan menceritakan Putra pertamanya yang telah kembali dalam pelukannya. Dan mereka berdua akan berbicara saling berpandangan dengan duduk berdampingan menghadap kedepan.
                “Aku telah menemukan Putra pertamaku, Raizaa! Dan menurut penerawangan yang pernah Arun tunjukkan padaku, Putra pertamaku sangat mirip sekali dengan Vin sewaktunya masih menjadi Pangeran Karanu!”. Poosharm mulai menceritakannya, sangat girang.
                “Memang benar kata pepatah, buah jatuh tak jauh dari pohonnya! Bayi Raizaa memang benar Putramu, sehingga dirimu sangat mudah untuk mengenalinya!”. Balas shafaq menyemangatkannya sambil tersenyum girang.
                “Lalu, apakah gadismu begitu mirip dengan dirimu? Sewaktu kau masih menjadi Tuan Putri Purindah?”. Poosharm menanyakan tentang kemiripan gadisnya Shafaq, berubah menjadi menatap tanya.
                “Iya, dia mirip sekali dengan Tuan Putri Purindah! Bahkan Arun selalu mengaku padaku, kalau dia selalu merasa flashback ketika melihat wajah dari gadisku itu!”. Shafaq menjawabnya dengan amat girang, sedikit canda.
                “Oyah? Tapi Vin selalu bersikap biasa saja saat sudah beberapa lama jika Putra kami, Vikram begitu mirip dengan Pangeran Bheeshma! Dan yang paling membuatnya terkejut, saat pertama kalinya dia melihat Raizaa begitu mirip dengan Pangeran Karanu! Yang tak lain Pangeran Karanu tersebut adalah gambaran dari dirinya sendiri pada kehidupan sebelumnya!”. Poosharm semakin menceritakannya.
                “Apakah Raizaa, sudah ikut memakai mahkota kecil yang sudah dipakai oleh Vikram?”. Shafaq menanyakan tentang mahkota kecil yang telah diberikannya untuk Raizaa.
                “Aku sudah memberikannya, begitupula dengan Vikram yang tak pernah melepaskan mahkota kecil itu dari kepalanya! Karna sebelumnya aku telah berpesan untuk tidak melepaskannya, karna dengan begitu aku bisa melihat aura seorang Pangeran melekat didirinya!”. Poosharm menceritakannya lagi sambil menjelaskannya.
                “Itulah yang kami inginkan! Lalu, bagaimana dengan Raizaa? Apakah dia selalu melepaskannya?”. Shafaq menanyakan tentang Raizaa kembali.
                “Mungkin dia masih belum mengerti, salah aku juga sih telah  lupa memberitahukannya! Dia masih dikontrol sama Mellissa, alias dia belum sepenuhnya balik sama kami keluarganya!”. Poosharm menceritakannya lagi tentang Raizaa sedikit keharuan dimatanya.
                Shafaq yang mengerti pun memberinya senyuman lalu berkata, “Aku juga sama sepertimu, dua Pangeran kecilku juga belum kembali kerumah ini! Kami masih berhubungan lewat media saja!”, sambil menenangkannya dengan menggenggam tangan Poosharm seolah-olah menyalurkan kekuatan seorang Ibu yang teramat merindukan anak-anaknya. “Aku bangga mempunyai seorang teman sepertimu, Shafaq!”, puji Poosharm melihat semakin haru dan Shafaq mengangguk masih memberi senyuman.

BHARATAYUDHAseritiga

Tidak ada komentar:

Posting Komentar