Waktu istirahat
kini sedang berjalan selama tigapuluh menit, sebelum penyerahan Piala
kemenangan diberikan kepada guru pelatih sekolah masing-masing. Raj dan Raf
kini sedang duduk bersama sambil menyantap makanan kecil sebagai penghapus rasa
lapar. Mereka berdua menyantap makanan tersebut dengan saling bertukar canda
menggunakan isyaarat kelima jemari tangannya. Sementara dikejauhan Ashghari
baru saja keluar dari toilet akan menuju keteman-temannya.
Namun ketika baru
saja melangkah kedepan lima langkah, mendadak dirinya menjadi berhenti karna
melihat Raizaa bersama Rahika sedang berbicara dengan saling berhadapan. Ashghari
pun memilih berhenti sejenak melihat mereka berdua, tak jauh dari
keberadaannya. Sementara mereka berdua masih membicarakan sesuatu.
“Ini pertama
kalinya aku tidak ikut bersamamu! Aku telah kalah, tapi untungnya kau masih
bisa merebutkan satu tiket itu!”. Rahika bercurah tentang kekalahannya.
“Semua poin Arora
yang mendapatkannya, aku hanya bertugas menggiring bola!”. Raizaa bercurah
balik tentang kemenangannya.
“Tapi kamu yang
menadapatkan nilai tertinggi dari dewan juri! Itu tandanya kau memang pandai
dalam menggiring bola!”. Puji Rahika atas kepandaiiannya.
“Sebenarnya gue
bosen ikut tiket pelatihan! Kenapa juga harus menang lagi! Otak gue udah
terlalu faseh ikutin pelatihan ini lagi, ini lagi!”. Keluh Raizaa, Rahika
mencubit kedua pipi diwajahnya dengan kedua tangannya lalu menahannya.
“Sudah seharusnya
kau mendapatkan tiket pelatihan itu kembali, Raizaa!”. Rahika menyambungnya
sambil mengejeknya, lalu melepaskan cubitannya dikedua pipi Raizaa.
“Aku seperti anak
kecil yang wajib dicubit seperti tadi! Kenapa harus begitu lagi?”. Raizaa
membalasnya dengan kata juga menyentuh pipi kiri Rahika.
“Kalo lo emang
tega, cubit keras pipi kiri yang lo sentuh bahkan lebih keras dari cubitanku!”.
Rahika berkata menantang sambil berekspresi mengejek.
Kemudian Raizaa
melepaskan tangannya dari menyentuh pipi kiri Rahika dengan senyuman mesra
dibibirnya. Sedangkan Rahika terus menggodanya dengan mencoleknya berkali-kali.
“Sudah cukup Rahika, sekarang waktunya untuk makan siang!”, perintahnya kecil
dengan menahan tangan Rahika yang akan mencoleknya lagi. “Kau temanku yang
paling cantik! Penuhilah nutrisi kesehatan wajahmu dengan makan siang dulu,
sana!”, pujinya sambil memerintahkan.
Rahika pun pergi
meninggalkannya bergabung kembali bersama teman-teman dari Tim Cheerleadersnya.
Sedangkan Raizaa menghadap kearah kirinya akan beranjak lalu dilihatnya
Ashghari sedang berjalan kearahnya dengan melihat kebawah. Dan disaat yang
bersamaan, mereka menjadi saling bertatapan dingin saat bersama akan saling
melewati menuju kearah masing-masing hingga saat sudah saling membelakangi.
Entah apa yang ada didalam pikiran keduanya, tetapi itulah yang terjadi.
Sementara Raf
yang masih duduk bersama Raj, merasakan ada sesuatu yang telah terjadi pada
Ashghari dan Raizaa saat melihat keduanya saling bertatapan dingin ketika
saling melewati. Dan tanya pun muncul didalam pikirannya akan hubungan Ashghari
dan Raizaa yang kini dikenalnya sebagai seorang siswa yang telah mendapatkan
nilai tertinggi dari dewan juri. Setelah beberapa saat kemudian, penyerahan
Piala kemenangan pun diberikan kepada guru sang pelatih.
Dan pertandingan,
pemberitahuan nilai dari dewan juri, juga penyerahan Piala tersebut sudah
semuanya terlaksana. Semuanya pun kini berakhir dengan sportif, dan juga saling
menerima bagi semua yang ikut terlibat dan yang bertugas didalamnya
BHARATAYUDHAseritiga
Tiga hari
kemudian. . . .
Arun, Shafaq, Vin
juga Poosharm kembali lagi mengadakan rapat sepeti yang pernah sudah dilakukan
oleh mereka berempat sebelumnya. Mereka
berempat kinipun telah duduk bersama saling berhadapan membentuk dua barisan
diruang tamu, dirumah Arun. Untuk pertama kalinya Vin ikut menyertakan Putra
keduanya, Vikram, sebab Vin berniat akan memperkenalkan Putra keduanya yang
sudah remaja. Berniat pula akan memperkenalkan Putra keduanya kepada Putri bungsu
dari Arun.
“Selamat datang
Vikram! Kau tampan sekali sama seperti wajah diriku yang dulu!”, puji Arun
memulainya melihat ketampanan Vikram yang begitu mirip dengan dirinya pada masa
kehidupannya dulu. Sedangkan Vikram yang telah duduk diantara kedua orang
tuanya memberi seyuman sedikit tersipu malu. Kemudian Pooharm menyentuh tangan
Vikram pelan mengisyaratkan untuk membalas puji dari Arun. Vikram yang sudah
merasakannya juga mengetahuinya pun akan membalas pujinya.
“Eeemb,
terimakasih Om Arun! Mungkin Ibunda dulu sangat mengagumi Om Arun, jadi wajahku
kini mirip dengan Om Arun! Seperti kata puji Om Arun tadi!”. Balasnya penuh
kesopanan melihat gugup padanya.
“Shafaq,
dimanakah Putri kecilmu? Sudah lama aku tidak meihat wajahnya! Aku yakin, pasti
Putri kecilmu itu sudah secantik dirimu sekarang!”. Poosharm menyambungnya
dengan langsung menanyakan Putri kecilnya. Shafaq pun menjadi tersenyum
kepadanya.
“Dia bukan lagi
Putri kecilku! Tetapi dia sudah menjadi gadisku!”. Shafaq akan menjelaskan,
Arun memotongnya.
“Iya, kini Putri
kecil kami telah menjadi seorang gadis! Dan terkadang aku sedikit melupakan
istriku saat menikmati kecantikan darinya! Dia begitu cantik sama seperti
Ibunya dulu!”. Arun memotongnya dengan memuji Putrinya sendiri bahagia melihat
ke mereka berempat, lalu berhenti melihat ke Vin.
“Kalau memang
begitu, pertemukan kami dengan gadismu itu, Arun! Aku mau memperkenalkan Vikram
dengan gadismu!”. Vin bertanya melihat kepadanya girang, Arun tersenyum lalu
melihat ke Vikram.
“Gadisku sedang tidak
ada dirumah! Dia kini sedang melakukan pelatihan dikota Bali selama beberapa
minggu!”. Sambung Shafaq menjelaskannya.
Vikram yang
mendengarnya pun melihat ke Poosharm sambil berkata, “Ibunda, ternyata Putri
kecil yang ingin Ibunda jumpai sedang sibuk! Mohon didatangi lagi untuk
beberapa minggu kedepan!”, Vikram mengatakannya sambil mengejeknya. Poosharm
yang sudah mengetahuinya langsung menjewer telinganya, dan semua yang juga
melihat mereka berdua menjadi tertawa kecil karnanya.
BHARATAYUDHAseritiga
Masih dirumah
Arun, kini kebersamaan mereka berlima menjadi pecah dalam dua kelompok. Yaitu
Shafaq dan Poosharm telah beralih keruang santai keluarga, dan Arun, Vin, juga
Vikram beralih ketaman samping. Shafaq dan Poosharm akan membicarakan sesuatu,
yaitu dimulai dengan Poosharm yang akan menceritakan Putra pertamanya yang
telah kembali dalam pelukannya. Dan mereka berdua akan berbicara saling
berpandangan dengan duduk berdampingan menghadap kedepan.
“Aku telah
menemukan Putra pertamaku, Raizaa! Dan menurut penerawangan yang pernah Arun
tunjukkan padaku, Putra pertamaku sangat mirip sekali dengan Vin sewaktunya
masih menjadi Pangeran Karanu!”. Poosharm mulai menceritakannya, sangat girang.
“Memang benar
kata pepatah, buah jatuh tak jauh dari pohonnya! Bayi Raizaa memang benar
Putramu, sehingga dirimu sangat mudah untuk mengenalinya!”. Balas shafaq
menyemangatkannya sambil tersenyum girang.
“Lalu, apakah
gadismu begitu mirip dengan dirimu? Sewaktu kau masih menjadi Tuan Putri
Purindah?”. Poosharm menanyakan tentang kemiripan gadisnya Shafaq, berubah
menjadi menatap tanya.
“Iya, dia mirip
sekali dengan Tuan Putri Purindah! Bahkan Arun selalu mengaku padaku, kalau dia
selalu merasa flashback ketika melihat wajah dari gadisku itu!”. Shafaq
menjawabnya dengan amat girang, sedikit canda.
“Oyah? Tapi Vin
selalu bersikap biasa saja saat sudah beberapa lama jika Putra kami, Vikram
begitu mirip dengan Pangeran Bheeshma! Dan yang paling membuatnya terkejut,
saat pertama kalinya dia melihat Raizaa begitu mirip dengan Pangeran Karanu!
Yang tak lain Pangeran Karanu tersebut adalah gambaran dari dirinya sendiri
pada kehidupan sebelumnya!”. Poosharm semakin menceritakannya.
“Apakah Raizaa,
sudah ikut memakai mahkota kecil yang sudah dipakai oleh Vikram?”. Shafaq
menanyakan tentang mahkota kecil yang telah diberikannya untuk Raizaa.
“Aku sudah
memberikannya, begitupula dengan Vikram yang tak pernah melepaskan mahkota
kecil itu dari kepalanya! Karna sebelumnya aku telah berpesan untuk tidak
melepaskannya, karna dengan begitu aku bisa melihat aura seorang Pangeran
melekat didirinya!”. Poosharm menceritakannya lagi sambil menjelaskannya.
“Itulah yang kami
inginkan! Lalu, bagaimana dengan Raizaa? Apakah dia selalu melepaskannya?”.
Shafaq menanyakan tentang Raizaa kembali.
“Mungkin dia
masih belum mengerti, salah aku juga sih telah lupa memberitahukannya! Dia masih dikontrol
sama Mellissa, alias dia belum sepenuhnya balik sama kami keluarganya!”.
Poosharm menceritakannya lagi tentang Raizaa sedikit keharuan dimatanya.
Shafaq yang
mengerti pun memberinya senyuman lalu berkata, “Aku juga sama sepertimu, dua
Pangeran kecilku juga belum kembali kerumah ini! Kami masih berhubungan lewat
media saja!”, sambil menenangkannya dengan menggenggam tangan Poosharm seolah-olah
menyalurkan kekuatan seorang Ibu yang teramat merindukan anak-anaknya. “Aku
bangga mempunyai seorang teman sepertimu, Shafaq!”, puji Poosharm melihat
semakin haru dan Shafaq mengangguk masih memberi senyuman.
BHARATAYUDHAseritiga
Tidak ada komentar:
Posting Komentar