Rabu, 18 Maret 2015

BHARATAYUDHAseridua Part-8


                Pada malam harinya, Poosharm begitu merasa gundah gulana. Tiba-tiba saja dirinya teringat dengan kata “Permaisuri”, yang telah didengarnya tadi saat masih bersama Arun dan juga Vin. “Aku masih saja terusik! Apakah ini menandakan, kalau aku memang benar cemburu?”, katanya bernadakan sendu melihat dirinya dicermin didepannya, didalam kamarnya. “Arun, aku begitu sering merindumu! Tapi…?”, Poosharm kembali berkata namun terhenti karna tak sanggup tuk menyambung katanya lagi.
                Sementara disana, Vin merasa begitu banyak keanehan yang terjadi padanya dan juga dengan Arun. Karna diingatnya kembali, bahwa mereka benar melakukan kesalahan yang bisa membongkar rahasia mereka berdua masing-masing tentang kehidupannya yang masih abadi. Vin kini merasa takut, berharap cemas, dan hanya bisa memohon kepada yang kuasa agar bisa meredamnya. “Firasatku mengatakan….?”. mencoba berkata merenungi namun terhenti saat terbayang senyuman Poosharm.

Keesokkan harinya. . . .

                Hari ini mereka bertiga akan menjalani jam belajar kuliah pada pagi harinya, tepatnya jam Sembilan. Dan mereka bertiga kini sedang duduk bersama saling bercerita ditempat bangku mereka masing-masing. Mereka bertiga begitu ramai, ceria, namun tetap ada salah-satu dari mereka bertiga yang telah berbohong menutupi kegundahannya. Dan diantaranya ialah Poosham. Alasannya ia masih penasaran apakah suatu alasan dibalik kata “Permaisuri”, yang secara tiba-tiba dikatakan oleh Arun.
                Kemudian Poosharm menjadi terdiam sejenak melihat mereka berdua yang masih bercerita. Lalu berbisik dalam hatinya sambil melihat-lihat keduanya, “Aku janji, aku akan menemukan sebuah jawaban dari pertanyaanku tentang, “Permaisuri”!”, tekadnya. Tak lama kemudian, dosen pada jam mata kuliah pagi merekapun telah memasuki ruang kelas. Mereka bertiga dan mereka semua sudah siap untuk mengikuti materi pembahasan yang akan dibahas pada pagi ini.
                Disaat jam belajar masih berlangsung, Poosharm sesekali melihat ke Arun masih dengan rasa penasarannya tentang “Permaisuri”. Sementara Arun masih menyimak pembahasan pembelajaran dengan cueknya tanpa mengetahui jika Poosharm seperti telah diam-diam mencuri-curi pandang kepadanya. Konsentrasi Poosharm begitu buruk, sehingga membuatnya imbang antara mengerti dan tidak saat dirinya masih menyimak pembahasan pembelajaran dari dosen didepannya.
                 Tanpa disadari olehnya, Vin baru saja melihatnya yang berperilaku seperti yang demikian. Vin baru saja melihat perilaku darinya yang seperti orang sedang kebingungan. Melihat dosen yang permisi untuk keluar dari ruang kelas sebentar, Vin pun memanfaatkannya untuk mengajak Poosharm berbicara dengan memanggil namanya pelan. Shahpoo yang sudah mendengar sapanya pun memutarkan tubuhnya setengah kebelakang melihat kepadanya. Dan mereka akan berbicara dengan berbisik kecil.
                “Apa kau baik saja!”. Kata pertama tanya dari Vin melihat ke Poosharm, Poosharm mengangguk.
                “Aku sangat, sangat baik!”. Poosharm mulai berkata berbohong, Vin menggeleng kepadanya. “Kau sangat tidak tau tentang diriku!”. Lalu Poosharm berkata sambil menegaskan kembali dengan memutarkan tubuhnya kembali kesemula melihat kedepan.
                “Tapi aku tau jika ada sesuatu yang sudah terjadi pada dirimu!”. Vin membalas sambil menajamkan bernada sedikit jahat.
                Poosharm telah mendengar kata terakhirnya itu, namun tidak membuatnya untuk kembali melihat Vin. Justru malah menahannya karna rasa ketidak sukaannya kepada Vin yang telah mengetahui perilakunya tadi. Dan tiba-tiba saja Arun yang masih belum mengetahui perilakunya tadi mendadak terpandang kepada Poosharm sambil menyapanya, “Poosharm, do you want it?”, dengan menunjukkan sebuah bolpoin berkepalakan bunga matahari.
                Poosharm yang menjadi reflek memandangnya pun tersenyum manja sambil menganggukkan kepalanya, kemudian mengambil bolpoin yang berkepalakan bunga matahari itu dari genggaman Arun. Arun menjadi ikut tersenyum karnanya, sementara Vin baru menyadari kalau Arun tidak sempat melihat perilaku dari Poosharm yang tadi, yang tampak seperti orang sedang kebingungan.

BHARATAYUDHAseridua

                Dan kini Poosharm sedang berada disebuah taman yang mana didalamnya tersimpan banyak bunga-bunga bermekaran dengan indahnya. Kemudian ia menari-menari memakai tarian dari India sambil memegang bolpoin berkepalakan bunga matahari pemberian Arun ditengah bunga-bunga matahari yang sedang bergoyang. kemudian berhenti dengan berkata sebuah kalimat puitis  sambil memanjakan bolpoin berkepalakan bunga matahari tersebut membelainya penuh kasih sayang.
 “Matahariku, kau telah ada ditanganku karna pemberian dari Pangeran Matahariku!”, lalu mencium bunga matahari dibolpoin tersebut dengan menutup kedua matanya meresapi tiupan angin disekitarnya. Namun ketika akan melangkah kedepan dengan menjatuhkan kedua tangannya kebawah, tiba-tiba saja ada yang menggapai tangannya dari arah belakangnya. Dan Poosharm pun menghentikan langkahnya membiarkan seseorang yang telah menggapai tangannya itu berjalan mendekatinya.
“Aku sudah mengetahui, kau adalah Vin!”. Katanya membongkar halus setelah dirasakannya seseorang tersebut sudah berada disampingnya. Poosharm pun beralih menghadapkan dirinya kepada seseorang tersebut yang sudah diketahuinya sebagai Vin.
“Aku sempat berpikir, kalau kau akan merasakan diriku sebagai Arun!”. Vin membongkar apa yang sempat dipikirnya tadi, menatapnya. Poosharm menggeleng dengan menatapnya balik.
“Arun tidak pernah menggapai tanganku seperti tadi! Dia hanya menggenggam tanganku sekali saja! Dan mungkin karna itu, banyak mahasiswi yang tiba-tiba langsung menarik tangannya! Tapi yang sering kulihat, Arun hanya membalas pegangan dari mereka dengan biasa saja!”. Poosharm bercerita tentang kesungguhan.
“Apa kau sudah lama mengenal Arun?”. Vin bertanya ingin mengetahui kedekatannya bersama Arun, Poosharm menggelengkan kepalanya kembali.
“Kami masih baru, baru saja enam bulan kami saling mengenal! Oyah, apa kau lupa bahwa kita berdua pernah saling berpegangan tangan? Dan dari itu juga aku bisa mengetahui siapa yang sedang menggenggam tanganku kini!”. Poosharm mengingatkan dengan mengulang, sedangkan Vin mencoba mengulang tuk mengingatnya kembali.
Disaat beberapa hari yang lalu, saat Vin baru saja memasuki hari kedua diUniversitas, Vin pernah sekali memegang tangan Poosharm yang kala itu sedang kesusahan untuk melintasi jembatan kayu. Karna jembatan kayu tersebut sudah tidak seimbang dan juga harus penuh dengan kehati-hatian.
“Meskipun tidak termasuk dalam sebuah cerita! Setidaknya momen itu, adalah sebuah momen yang begitu menggetarkan rasa keberanian dari kita berdua!”, Vin menyambungnya setelah berhasil mengingatnya dengan mencoba mengulangnya lagi.
Poosharm pun menjadi sedikit tersanjung karna ucapannya sehingga membuatnya menunjukkan sebuah senyuman yang begitu indah. Kemudian dengan jahilnya Vin menarik tangan Poosharm membawanya berlari bersamanya mengitari bunga-bunga matahari yang sedang bergoyang tersebut. Sungguh manis yang telah dilakukan Vin sehingga membuat Poosharm tak berdaya dan hanya mengikutinya dengan penuh rasa kebahagiaan.

BHARATAYUDHAseridua

Tidak ada komentar:

Posting Komentar