Pada malam
harinya, Poosharm begitu merasa gundah gulana. Tiba-tiba saja dirinya teringat
dengan kata “Permaisuri”, yang telah didengarnya tadi saat masih bersama Arun
dan juga Vin. “Aku masih saja terusik! Apakah ini menandakan, kalau aku memang benar
cemburu?”, katanya bernadakan sendu melihat dirinya dicermin didepannya,
didalam kamarnya. “Arun, aku begitu sering merindumu! Tapi…?”, Poosharm kembali
berkata namun terhenti karna tak sanggup tuk menyambung katanya lagi.
Sementara disana,
Vin merasa begitu banyak keanehan yang terjadi padanya dan juga dengan Arun.
Karna diingatnya kembali, bahwa mereka benar melakukan kesalahan yang bisa
membongkar rahasia mereka berdua masing-masing tentang kehidupannya yang masih
abadi. Vin kini merasa takut, berharap cemas, dan hanya bisa memohon kepada
yang kuasa agar bisa meredamnya. “Firasatku mengatakan….?”. mencoba berkata
merenungi namun terhenti saat terbayang senyuman Poosharm.
Keesokkan harinya. . . .
Hari ini mereka
bertiga akan menjalani jam belajar kuliah pada pagi harinya, tepatnya jam
Sembilan. Dan mereka bertiga kini sedang duduk bersama saling bercerita
ditempat bangku mereka masing-masing. Mereka bertiga begitu ramai, ceria, namun
tetap ada salah-satu dari mereka bertiga yang telah berbohong menutupi
kegundahannya. Dan diantaranya ialah Poosham. Alasannya ia masih penasaran
apakah suatu alasan dibalik kata “Permaisuri”, yang secara tiba-tiba dikatakan
oleh Arun.
Kemudian Poosharm
menjadi terdiam sejenak melihat mereka berdua yang masih bercerita. Lalu
berbisik dalam hatinya sambil melihat-lihat keduanya, “Aku janji, aku akan
menemukan sebuah jawaban dari pertanyaanku tentang, “Permaisuri”!”, tekadnya.
Tak lama kemudian, dosen pada jam mata kuliah pagi merekapun telah memasuki
ruang kelas. Mereka bertiga dan mereka semua sudah siap untuk mengikuti materi
pembahasan yang akan dibahas pada pagi ini.
Disaat jam belajar
masih berlangsung, Poosharm sesekali melihat ke Arun masih dengan rasa
penasarannya tentang “Permaisuri”. Sementara Arun masih menyimak pembahasan
pembelajaran dengan cueknya tanpa mengetahui jika Poosharm seperti telah
diam-diam mencuri-curi pandang kepadanya. Konsentrasi Poosharm begitu buruk,
sehingga membuatnya imbang antara mengerti dan tidak saat dirinya masih
menyimak pembahasan pembelajaran dari dosen didepannya.
Tanpa disadari olehnya, Vin baru saja
melihatnya yang berperilaku seperti yang demikian. Vin baru saja melihat perilaku
darinya yang seperti orang sedang kebingungan. Melihat dosen yang permisi untuk
keluar dari ruang kelas sebentar, Vin pun memanfaatkannya untuk mengajak
Poosharm berbicara dengan memanggil namanya pelan. Shahpoo yang sudah mendengar
sapanya pun memutarkan tubuhnya setengah kebelakang melihat kepadanya. Dan
mereka akan berbicara dengan berbisik kecil.
“Apa kau baik
saja!”. Kata pertama tanya dari Vin melihat ke Poosharm, Poosharm mengangguk.
“Aku sangat,
sangat baik!”. Poosharm mulai berkata berbohong, Vin menggeleng kepadanya. “Kau
sangat tidak tau tentang diriku!”. Lalu Poosharm berkata sambil menegaskan
kembali dengan memutarkan tubuhnya kembali kesemula melihat kedepan.
“Tapi aku tau
jika ada sesuatu yang sudah terjadi pada dirimu!”. Vin membalas sambil menajamkan
bernada sedikit jahat.
Poosharm telah
mendengar kata terakhirnya itu, namun tidak membuatnya untuk kembali melihat
Vin. Justru malah menahannya karna rasa ketidak sukaannya kepada Vin yang telah
mengetahui perilakunya tadi. Dan tiba-tiba saja Arun yang masih belum
mengetahui perilakunya tadi mendadak terpandang kepada Poosharm sambil
menyapanya, “Poosharm, do you want it?”, dengan menunjukkan sebuah bolpoin berkepalakan
bunga matahari.
Poosharm yang
menjadi reflek memandangnya pun tersenyum manja sambil menganggukkan kepalanya,
kemudian mengambil bolpoin yang berkepalakan bunga matahari itu dari genggaman
Arun. Arun menjadi ikut tersenyum karnanya, sementara Vin baru menyadari kalau
Arun tidak sempat melihat perilaku dari Poosharm yang tadi, yang tampak seperti
orang sedang kebingungan.
BHARATAYUDHAseridua
Dan kini Poosharm
sedang berada disebuah taman yang mana didalamnya tersimpan banyak bunga-bunga
bermekaran dengan indahnya. Kemudian ia menari-menari memakai tarian dari India
sambil memegang bolpoin berkepalakan bunga matahari pemberian Arun ditengah
bunga-bunga matahari yang sedang bergoyang. kemudian berhenti dengan berkata
sebuah kalimat puitis sambil memanjakan
bolpoin berkepalakan bunga matahari tersebut membelainya penuh kasih sayang.
“Matahariku,
kau telah ada ditanganku karna pemberian dari Pangeran Matahariku!”, lalu
mencium bunga matahari dibolpoin tersebut dengan menutup kedua matanya meresapi
tiupan angin disekitarnya. Namun ketika akan melangkah kedepan dengan
menjatuhkan kedua tangannya kebawah, tiba-tiba saja ada yang menggapai tangannya
dari arah belakangnya. Dan Poosharm pun menghentikan langkahnya membiarkan
seseorang yang telah menggapai tangannya itu berjalan mendekatinya.
“Aku sudah mengetahui, kau adalah Vin!”. Katanya
membongkar halus setelah dirasakannya seseorang tersebut sudah berada
disampingnya. Poosharm pun beralih menghadapkan dirinya kepada seseorang
tersebut yang sudah diketahuinya sebagai Vin.
“Aku sempat berpikir, kalau kau akan merasakan diriku
sebagai Arun!”. Vin membongkar apa yang sempat dipikirnya tadi, menatapnya.
Poosharm menggeleng dengan menatapnya balik.
“Arun tidak pernah menggapai tanganku seperti tadi!
Dia hanya menggenggam tanganku sekali saja! Dan mungkin karna itu, banyak
mahasiswi yang tiba-tiba langsung menarik tangannya! Tapi yang sering kulihat,
Arun hanya membalas pegangan dari mereka dengan biasa saja!”. Poosharm
bercerita tentang kesungguhan.
“Apa kau sudah lama mengenal Arun?”. Vin bertanya
ingin mengetahui kedekatannya bersama Arun, Poosharm menggelengkan kepalanya
kembali.
“Kami masih baru, baru saja enam bulan kami saling mengenal!
Oyah, apa kau lupa bahwa kita berdua pernah saling berpegangan tangan? Dan dari
itu juga aku bisa mengetahui siapa yang sedang menggenggam tanganku kini!”.
Poosharm mengingatkan dengan mengulang, sedangkan Vin mencoba mengulang tuk
mengingatnya kembali.
Disaat beberapa hari yang lalu, saat Vin baru saja
memasuki hari kedua diUniversitas, Vin pernah sekali memegang tangan Poosharm
yang kala itu sedang kesusahan untuk melintasi jembatan kayu. Karna jembatan kayu
tersebut sudah tidak seimbang dan juga harus penuh dengan kehati-hatian.
“Meskipun tidak termasuk dalam sebuah cerita!
Setidaknya momen itu, adalah sebuah momen yang begitu menggetarkan rasa
keberanian dari kita berdua!”, Vin menyambungnya setelah berhasil mengingatnya
dengan mencoba mengulangnya lagi.
Poosharm pun menjadi sedikit tersanjung karna
ucapannya sehingga membuatnya menunjukkan sebuah senyuman yang begitu indah.
Kemudian dengan jahilnya Vin menarik tangan Poosharm membawanya berlari bersamanya
mengitari bunga-bunga matahari yang sedang bergoyang tersebut. Sungguh manis
yang telah dilakukan Vin sehingga membuat Poosharm tak berdaya dan hanya
mengikutinya dengan penuh rasa kebahagiaan.
BHARATAYUDHAseridua
Tidak ada komentar:
Posting Komentar