Rabu, 18 Maret 2015

BHARATAYUDHAseridua Part-6



                Pada malam harinya, Arun terduduk manis dimeja belajarnya didalam kamar kosnya. Dirinya sedang memegang botol berkepalakan mahkota wanita yang mana didalamnya berisikan Abu kremasi Tuan Putri Purindah. Kemudian dibukanya tutup botol tersebut, lalu diciumnya aroma dari Abu kremasi Tuan Putri Purindah tersebut. “Aku sudah paham dengan Kekuatan Spiritual Empat jenis itu! Tetapi aku belum paham dimana reinkarnasi dirimu kini berada?”, keluhnya sambil meresapi abu kremasi tersebut.
                Setelahnya melakukan yang demikian, ponselnya pun berdering menandakan ada yang menghubunginya lewat telepon. Arun pun langsung mengangkatnya karna bertepatan jika ponselnya ada disamping tangannya, dimeja belajarnya.
                “Malam, temanku Karanu!”. Sapanya memulai.
                “Malam juga temanku, Pangeran Bheeshma!”. Vin membalas, Arun tertawa kecil.
                “Ada apa kau menelponku dimalam begini?”. Arun bertanya heran.
                “Aku ingin esok kau mengajakku untuk berjalan-jalan! Ada cerita yang mau aku sampaikan ke dirimu, Pangeran!”. Vin memintanya untuk mengajaknya dengan menggodanya.
                “Baiklah Pangeran Karanu, besok kita bertemu didepan pintu gerbang Universitas!”. Arun mengiyakan permintanya.
                “Baiklah, kita akan berjumpa disana secara bersamaan!”, Vin membalasnya mengakhiri lalu menutup teleponnya. Begitupun dengan Arun yang kembali melihat kebotol berkepalakan mahkota wanita tersebut melanjutkan keheningannya.

Beberapa saat kemudian. . . .

                Kini Arun telah berbaring dikasurnya kemudian tertidur seketika. Dan ia bermimpi kembali yang merupakan sebuah petunjuk untuknya. Ia kembali bermimpi tentang kebersamaannya bersama Tuan Putri Purindah saat menari bersama, yang membuatnya merasa seperti hidup kembali pada masa kehidupannya dulu. Dan Ia pun kini menjadi tersenyum karnanya, lalu berkata masih dalam tertidurnya, “Menarilah bersamaku, Putri!”.      
                Sementara disana, Vin memimpikan Poosharm yang sedang tersenyum kepadanya dengan kedua tatapan matanya mengingatkan dirinya kepada Tri Putri didalam tidurnya. Tubuhnya yang masih terbaring pun menjadi bergerak kecil gelisah seolah-olah tak mau memimpikannya. “Tri Putri! Itu bukan kalian!”, kata menolaknya lemas masih dalam keadaan tertidur. 
BHARATAYUDHAseridua

                Seperti apa yang telah direncanakan oleh keduanya tadi malam. Mereka berduapun kini telah berada disebuah proyek pembangunan. Anehnya proyek pembangunan tersebut hanya membangun sebuah rumah yang terpampang sebuah baleho menggambarkan sebuah pembangunan rumah bertemakan sebuah istana yang megah. Vin yang kini berada didepan proyek pembangunan tersebut bersama Arun disampingnya, mengeluarkan sebuah pertanyaan kepadanya.
                “Baru kali ini aku melihat sebuah proyek pembangunan rumah dengan konsep memakai sebuah istana yang megah!”. Kata takjub Vin sambil bertanya melihat kepembangunan proyek tersebut. Begitupun dengan Arun disampingnya.
                “Pintu gerbang dan juga halaman didalamnya, akan dibuat semirip mungkin seperti Istanaku dulu! Dan bangunan rumah didalamnya, akan dibuat dengan berbentuk sebuah lingkaran! Agar terlihat unik bagi siapapun yang akan melihatnya jika nanti proyek pembangunan rumah ini sudah selesai!”. Arun menyambungnya sambil menjelaskan panjang lebar.
                “Jadi proyek ini, kau sendiri yang membangunnya!”. Vin bertanya kembali dengan melihat kepadanya. Begitupun Arun baru saja melihat balik kepadanya.
                “Tentu saja, teman! Aku, Permaisuriku, kau, istrimu nanti, juga dengan anak-anak kita akan hidup bersama didalam rumah ini!”. Arun lebih memperjelaskannya sehingga membuat Vin menjadi semakin takjub bercampur haru.
                “Kau sungguh tidak pernah berubah! Kau selalu saja menunjukkan setiamu kepada mereka yang mengenalmu, juga mereka yang dekat denganmu!”. Vin memujinya bahagia disertai senyuman penuh syukur kepadanya.
Kemudian Vin melihat kembali keproyek pembangunan tersebut sambil menceritakan kalau dirinya akan menjemput Ibu asuhnya distasiun kereta sekarang juga. Arun yang sudah mendengar ceritanya hanya mengangguk tertawa kecil masih melihat ke proyek pembangunan tersebut.

Beberapa saat kemudian. . . .

                Usainya mereka berdua mengunjungi proyek pembangunan tersebut. Kini mereka berdua telah berada distasiun kereta. Karna mereka berdua akan menjemput Ibu asuh dari Vin yang datang dari kota Bandung. Vin pun meminta izin untuk segera menjemput Ibunya disalah-satu kereta Ekonomi, dan Arun hanya menunggunya dilobby stasiun. Entah mengapa, tiba-tiba saja Arun mengambil botol kecil berkepalakan mahkota wanita dari dalam tas ranselnya.
                Botol kecil itupun kini ada digenggaman tangannya, dan botol kecil itu terjatuh dengan tiba-tiba. Arun pun menjatuhkan kedua lututnya untuk mengambil botol kecil tersebut. Dan lagi, ia kembali seperti mendengar jejak langkah kaki Tuan Putri Purindah berjalan, dan kini telah berdiam didekatnya. Pandangannya yang masih tertuju pada botol kecil itupun langsung dialihkannya kearah samping kanannya, dan dilihatnya ada kaki seorang wanita sedang berdiri didekatnya.
                Namun ketika akan melihat keatas untuk mengetahui wajah dari seorang wanita tersebut, mendadak seorang wanita tersebut berpaling pergi meninggalkannya jauh. Bersamaan dengan itu juga, Arun kembali merasakan jejak langkah kaki Tuan Putri Purindah menjauh darinya. Setelahnya merasakan hal itu, Arun kembali membangunkan dirinya sambil menggenggam botol kecilnya masih melihat lemas kearah samping kanannya. Berharap seorang wanita yang ditemuinya tadi akan kembali dilihatnya.
                Tak lama kemudian, Vin yang sudah bersama Ibu asuhnya pun datang menyapa dirinya kembali dan mengajaknya untuk segera pulang meninggalkan stasiun kereta. Dan Arun hanya mengangguk menyetujuinya setelahnya memberi salam kepada Ibu Asuh Vin.

BHARATAYUDHAseridua

Tidak ada komentar:

Posting Komentar