Pada malam
harinya, Arun terduduk manis dimeja belajarnya didalam kamar kosnya. Dirinya
sedang memegang botol berkepalakan mahkota wanita yang mana didalamnya
berisikan Abu kremasi Tuan Putri Purindah. Kemudian dibukanya tutup botol
tersebut, lalu diciumnya aroma dari Abu kremasi Tuan Putri Purindah tersebut. “Aku
sudah paham dengan Kekuatan Spiritual Empat jenis itu! Tetapi aku belum paham
dimana reinkarnasi dirimu kini berada?”, keluhnya sambil meresapi abu kremasi
tersebut.
Setelahnya
melakukan yang demikian, ponselnya pun berdering menandakan ada yang
menghubunginya lewat telepon. Arun pun langsung mengangkatnya karna bertepatan
jika ponselnya ada disamping tangannya, dimeja belajarnya.
“Malam, temanku
Karanu!”. Sapanya memulai.
“Malam juga
temanku, Pangeran Bheeshma!”. Vin membalas, Arun tertawa kecil.
“Ada apa kau
menelponku dimalam begini?”. Arun bertanya heran.
“Aku ingin esok
kau mengajakku untuk berjalan-jalan! Ada cerita yang mau aku sampaikan ke
dirimu, Pangeran!”. Vin memintanya untuk mengajaknya dengan menggodanya.
“Baiklah Pangeran
Karanu, besok kita bertemu didepan pintu gerbang Universitas!”. Arun mengiyakan
permintanya.
“Baiklah, kita
akan berjumpa disana secara bersamaan!”, Vin membalasnya mengakhiri lalu
menutup teleponnya. Begitupun dengan Arun yang kembali melihat kebotol
berkepalakan mahkota wanita tersebut melanjutkan keheningannya.
Beberapa saat kemudian. . . .
Kini Arun telah
berbaring dikasurnya kemudian tertidur seketika. Dan ia bermimpi kembali yang
merupakan sebuah petunjuk untuknya. Ia kembali bermimpi tentang kebersamaannya
bersama Tuan Putri Purindah saat menari bersama, yang membuatnya merasa seperti
hidup kembali pada masa kehidupannya dulu. Dan Ia pun kini menjadi tersenyum
karnanya, lalu berkata masih dalam tertidurnya, “Menarilah bersamaku,
Putri!”.
Sementara disana,
Vin memimpikan Poosharm yang sedang tersenyum kepadanya dengan kedua tatapan
matanya mengingatkan dirinya kepada Tri Putri didalam tidurnya. Tubuhnya yang
masih terbaring pun menjadi bergerak kecil gelisah seolah-olah tak mau
memimpikannya. “Tri Putri! Itu bukan kalian!”, kata menolaknya lemas masih
dalam keadaan tertidur.
BHARATAYUDHAseridua
Seperti apa yang
telah direncanakan oleh keduanya tadi malam. Mereka berduapun kini telah berada
disebuah proyek pembangunan. Anehnya proyek pembangunan tersebut hanya
membangun sebuah rumah yang terpampang sebuah baleho menggambarkan sebuah
pembangunan rumah bertemakan sebuah istana yang megah. Vin yang kini berada
didepan proyek pembangunan tersebut bersama Arun disampingnya, mengeluarkan
sebuah pertanyaan kepadanya.
“Baru kali ini
aku melihat sebuah proyek pembangunan rumah dengan konsep memakai sebuah istana
yang megah!”. Kata takjub Vin sambil bertanya melihat kepembangunan proyek
tersebut. Begitupun dengan Arun disampingnya.
“Pintu gerbang
dan juga halaman didalamnya, akan dibuat semirip mungkin seperti Istanaku dulu!
Dan bangunan rumah didalamnya, akan dibuat dengan berbentuk sebuah lingkaran!
Agar terlihat unik bagi siapapun yang akan melihatnya jika nanti proyek
pembangunan rumah ini sudah selesai!”. Arun menyambungnya sambil menjelaskan
panjang lebar.
“Jadi proyek ini,
kau sendiri yang membangunnya!”. Vin bertanya kembali dengan melihat kepadanya.
Begitupun Arun baru saja melihat balik kepadanya.
“Tentu saja,
teman! Aku, Permaisuriku, kau, istrimu nanti, juga dengan anak-anak kita akan
hidup bersama didalam rumah ini!”. Arun lebih memperjelaskannya sehingga
membuat Vin menjadi semakin takjub bercampur haru.
“Kau sungguh
tidak pernah berubah! Kau selalu saja menunjukkan setiamu kepada mereka yang
mengenalmu, juga mereka yang dekat denganmu!”. Vin memujinya bahagia disertai
senyuman penuh syukur kepadanya.
Kemudian Vin melihat kembali keproyek pembangunan tersebut
sambil menceritakan kalau dirinya akan menjemput Ibu asuhnya distasiun kereta
sekarang juga. Arun yang sudah mendengar ceritanya hanya mengangguk tertawa
kecil masih melihat ke proyek pembangunan tersebut.
Beberapa saat kemudian. . . .
Usainya mereka
berdua mengunjungi proyek pembangunan tersebut. Kini mereka berdua telah berada
distasiun kereta. Karna mereka berdua akan menjemput Ibu asuh dari Vin yang
datang dari kota Bandung. Vin pun meminta izin untuk segera menjemput Ibunya
disalah-satu kereta Ekonomi, dan Arun hanya menunggunya dilobby stasiun. Entah
mengapa, tiba-tiba saja Arun mengambil botol kecil berkepalakan mahkota wanita
dari dalam tas ranselnya.
Botol kecil
itupun kini ada digenggaman tangannya, dan botol kecil itu terjatuh dengan
tiba-tiba. Arun pun menjatuhkan kedua lututnya untuk mengambil botol kecil
tersebut. Dan lagi, ia kembali seperti mendengar jejak langkah kaki Tuan Putri
Purindah berjalan, dan kini telah berdiam didekatnya. Pandangannya yang masih
tertuju pada botol kecil itupun langsung dialihkannya kearah samping kanannya,
dan dilihatnya ada kaki seorang wanita sedang berdiri didekatnya.
Namun ketika akan
melihat keatas untuk mengetahui wajah dari seorang wanita tersebut, mendadak
seorang wanita tersebut berpaling pergi meninggalkannya jauh. Bersamaan dengan
itu juga, Arun kembali merasakan jejak langkah kaki Tuan Putri Purindah menjauh
darinya. Setelahnya merasakan hal itu, Arun kembali membangunkan dirinya sambil
menggenggam botol kecilnya masih melihat lemas kearah samping kanannya.
Berharap seorang wanita yang ditemuinya tadi akan kembali dilihatnya.
Tak lama
kemudian, Vin yang sudah bersama Ibu asuhnya pun datang menyapa dirinya kembali
dan mengajaknya untuk segera pulang meninggalkan stasiun kereta. Dan Arun hanya
mengangguk menyetujuinya setelahnya memberi salam kepada Ibu Asuh Vin.
BHARATAYUDHAseridua
Tidak ada komentar:
Posting Komentar