Disuatu pagi disalah-satu kota diIbu Kota, tepatnya disebuah rumah kost sederhana, tersimpan seorang pemuda yang baru saja menjejaki bangku kuliah diUniversitas ternama didaerahnya. Ia terpaksa merantau demi melanjutkan sekolahnya yang telah lama diidam-idamkannya. Dan kini pemuda tersebut masih tertidur, karna hari untuk kuliahnya masih libur. Didalam masih terlelap ditidurnya, meski waktu sudah menunjukkan pukul tujuh pagi, ia mendapatkan sebuah mimpi yang cukup aneh bagi dirinya.
Didalam mimpinya
itu, ia seperti berada disebuah taman disekitar sebuah Istana megah yang ia
sendiri juga tidak tau, sebuah tempat apakah itu? Disitu ia berjalan pelan
seorang diri dengan melihat-lihat disekelilingnya, yang dilihatnya seperti
musim semi karna bunga-bunga disekelilingnya sedang gugur. “Seperti pesta
dimusim semi saja!!”, keluhnya sesaat masih mengetahui disekelilingnya.
Kemudian langkahnya menjadi terhenti, dan pandangannya tertuju kepada seseorang
didepannya.
Dilihatnya,
diamatinya seseorang didepannya tersebut dikejauhan, yang dipikirnya mungkin
berjarak sekitar tiga meter darinya. Sesekali ia berpikir, bahwa ia akan
memberanikan diri untuk menyapanya lebih dulu dengan teriakan, namun menjadi
ciut saat masih terpana dengan gerak-gerik seseorang tersebut didepannya. “Dia
seorang wanita! Jadi wajar saja kalau dia memakai gaun Cinderella itu!”,
keluhnya kembali sambl berbisik kecil masih memandangi seseorang tersebut.
Kemudian dengan
tiba-tiba seseorang didepannya berbalik menghadapnya namun pandangannya
mengarah kearah lain. Ia pun menjadi terkejut seketika, saatnya mulai
mengetahui jika parasnya begitu cantik nan anggun. Tapi sayangnya seseorang
tersebut memakai cadar dan hanya menampakan mata indahnya saja, juga dengan
hiasan dirambutnya. “Hey, kau sungguh cantik bak seorang Putri dari kayangan!”,
tegurnya memuji memberanikan diri dengan berteriak keras.
Seseorang yang
dikatakannya seperti seorang Putri dari kayangan itupun melihat dirinya, lalu
pergi meninggalkannya dengan ketakutan akan keberadaannya. Ia pun merasa
bingung kemudian berpikir, “Apa wajahku terlalu menyeramkan untuknya?”, sambil
memeriksa penampilannya yang hanya memakai baju biasa. Dan kini pemuda yang
bermimpi itupun mulai terbangun dari tidurnya dengan senyuman. Namun saat
ketika akan kembali tidur, tiba-tiba saja seperti ada yang melemparnya sesuatu.
Tidak hanya itu,
ia juga mendengar suara yang mengatakan, “Bangun temanku! Temukan aku segera!”.
Pemuda itupun membangunkan dirinya dengan terduduk kaget masih dikasurnya.
Kemudian mengarahkan pandangannya kearah samping kanannya. Dan terlihatlah
bayangan dari Pangeran Karanu tertawa bahagia melihat kepadanya lalu
menghilang. “Pangeran Karanu? Aku Pangeran Bheeshma! Aku mohon, jangan
menghilang lagi! Padatkan wujud dirimu!”, ujarnya masih dalam setengah sadar.
Ternyata pemuda
yang bermimpi tadi adalah sosok Pangeran Bheeshma dewasa. Wajahnya masih kusut,
masih sesekali melihat kearah samping kanannya yang seolah-olah berharap
bayangan dari Pangeran Karanu muda akan kembali lagi. Namun semakin ia tunggu,
semakin tertampak jelas hanya tembok kosong disamping kanannya. “Apa arti dari
semua ini? Apakah sebuah mimpi merupakan sebuah petunjuk, yang akan berjalan
dimasa hidupku pada masa sekarang?”, tanya hatinya menerka.
BHARATAYUDHAseridua
Pada malam harinya, Shahenshah Bheeshma Gandaki atau
yang lebih akrab dipanggil Arun oleh teman-teman kuliahnya, sedang melakukan
kegiatan belajar bersama disebuah pondok kecil disuatu taman. Ia bergabung
bersama teman-temannya kurang lebih ada enam orang termasuk dirinya. Ia dan
mereka disana sedang saling berbagi tugas. Ada yang bertugas mengambil bahan
dari internet. Ada yang memindahkan bahan tersebut dengan ditulis ulang
dikertas.
Mereka disana saling bertukar pikiran tentang konsep
juga sebuah makalah yang akan disusun karna bahan yang mereka cari sudah
terkumpul semuanya. Diwaktu kegiatan yang bisa dibilang santai, ada salah satu
teman kegiatannya yang akan mengajaknya mengobrol dengan berbisik pelan agar tidak
mengganggu yang lainnya. Dan temannya itu bernama Poosharm.
“Arun!”. Kata manjanya memanggil dengan duduk
disampingnya.
“Poosharm, apa kabar?”. Sahut Arun memanjakannya
juga.
“Tugas kita sudah selesai! Bagaimana kalau pada dua
hari mendatang, kita hangout bareng!”. Poosharm mengajak, mengharapkannya.
“Bersama anak-anak? Jika kau memang mau, okay! Biar
senior yang bareng sama kita bisa akrab juga dengan dunia baru kita!”. Arun
menerima sambil menjelaskan keinginannya.
“Apa berdua saja tidak boleh? Atau, semua waktumu hanya
untuk mereka saja!”. Poosharm bertanya karna cemburunya.
“Poosharm, kita sudah saling mengenal enam bulan
lamanya! Dan kau masih berharap untuk bisa lebih dekat denganku?”. Arun
mengingatkan tentang kebersamaan mereka berdua dengan melihatnya.
“Kau begitu sibuk! Sulit rasanya untuk meminta
waktumu walaupun hanya sedetik!”. Balas Poosharm mengakhiri dengan memberi
senyuman palsu.
Arun pun ikut tersenyum membalas senyumannya.
Kemudian mereka berdua mendapatkan tugas yang berbeda dari seniornya. Mereka
berdua ditantang harus mendapatkan sebuah petunjuk dengan bendera merah yang
harus mereka berdua temukan segera, namun berbeda arah. Poosharm harus mencari
kearah barat, dan Arun harus mencarinya kearah selatan. Dan kinipun mereka
berdua sama-sama mencari.
Beberapa saat kemudian. . . .
Dan mereka berdua kini berjalan pada arah tujuan
masing-masing sesuai petunjuk disebuah kertas yang dipeganganya. Kemudian
mereka berdua sama-sama merasa terkejut karna menemukan bendera incaran mereka
berdua pada tempat yang sama. Letaknya pun berdampingan sangat dekat.
“Kau saja dulu! Ambillah salah satu dari bendera
itu!”. Poosharm mengalah.
“Lady first!”. Arun membalas dengan singkatnya.
“Bodohnya senior kita tidak membedakan warnanya!
Sangat mudah melakukan kecurangan pada misi ini!”. Keluh Poosharm mengambil
benderanya. Disambung dengan Arun yang juga mengambil benderanya.
“Dan sekarang, kita harus pergi kembali kepada
mereka! Tapi ingat, masih diarah yang tadi!”.
“Siapa pacarmu, Arun?”. Tanya Poosharm memanfaatkan
kesempatan.
“Pacarku, yaaaa diriku sendiri!”. Arun mengatakannya
dengan berlari meninggalkannya, mengejeknya.
Poosharm pun menghelakan nafasnya lalu meninggalkan
tempat tersebut. Sesampainya kembali mereka berdua kepada seniornya, mereka
berduapun bersama-sama menyerahkan bendera yang sudah mereka temukan. Mereka
berdua bisa bersama-sama menyerahkan bendera tersebut karna Arun yang
seharusnya menyerahkannya lebih dulu, menahannya dulu untuk menyerahkannya demi
menunggu Poosharm telah datang ada bersamanya.
Namun itu tidak diketahui oleh Poosharm, dan Arun pun
hanya memilih bungkam atas apa yang telah dilakukannya tadi demi teman
wanitanya itu, Poosharm.
BHARATAYUDHAseridua
Tidak ada komentar:
Posting Komentar