Setelah menikmati
jam belajar yang berlangsung selama dua jam tadi, kini Arun dan Vin sedang
duduk bersebelahan diruang perpustakaan. Keduanya duduk bersama karna Vin
mengajak Arun untuk pergi keperpustakaan dan Vin akan membagi menceritakan
sesuatu kepadanya.
“Seperti yang
sudah kita berdua ketahui! Jika kita berdua telah menemukan reinkarnasi dari
Tuan Putri Purindah!”. Vin memulai dengan melihat kedepan.
“Dan dia bernama
Shafaq!”. Arun meluruskannya dengan melihat kedepan juga.
“Aku juga seperti
menemukan, sosok Tri Putri didalam diri Poosharm!”. Vin mengungkap apa yang ada
dipikirannya, Arun menoleh melihat kepadanya sedikit terpaku.
“Aku tidak sempat
merasakan akan hal itu!”. Arun menyambungnya kembali, mengungkap rasa ketidak
tahuannya akan hal itu.
“Itu karna,
tujuanmu yang paling utama hanya untuk menemukan Permaisurimu!”. Vin menjelaskan
dengan menoleh melihat kepadanya.
Arun menjadi terpaku
kembali menundukkan kepalanya setengah kebawah, begitupun dengan kedua
tatapannya yang kini melihat kebawah. “Iya, dia memang permaisuriku!”,
sambungnya mengeluh lemas. Vin yang melihatnya sedikit merasa haru kepadanya, sementara
dibalik mereka Poosharm tidak sengaja mendengar perkataan dari Arun. Karna baru
saja dirinya memasuki ruang perpustakaan untuk mencari buku. Kemudian pergi
meinggalkan tanpa menegur mereka berdua.
“Arun, rinduku
kepada Tri Putri! Telah bersemayam didalam dirinya!”, Vin kembali berkata
mencurahkan isi hatinya. Arun kembali menegakkan kepalanya dengan melihat
kepadanya lagi. “Aku, sepertinya aku, telah jatuh hati kepada dirinya!”, Vin
lebih mencurahkan isi hatinya.
“Kalau memang
begitu, kejar dia! Kau, pasti tidak tega melihatnya masih mengejarku bukan?”,
Arun menyemangatkan sedikit bahagia dihatinya.
“Kupikir, kau
juga menyukainya juga!”, Vin mengungkap pikirannya terhadap Arun kepada
Poosharm. Arun menjadi terdiam saat akan menyambungnya dengan menaikkan kedua
matanya melihat keatas. Vin yang melihatnya pun merasa sedikit aneh dan
jantungnya mulai berdegug cemas, lalu mengalihkan pandangannya dengan melihat juga
apa yang sedang dilihat Arun. Kemudian mereka berdua sama-sama menjadi berdiri
serentak karna terkejut.
Sebab mereka
berdua telah melihat dosen yang bertugas didalamnya. “Waktu untuk mojok kalian
berdua sudah habis! Lebih baik kalian berdua keluar sekarang juga, sebelum saya
mengusir kalian berdua dengan teriakan keras!”, perintahnya berkata pelan namun
menakutkan. Dan mereka berduapun memberinya senyuman meminta maaf lalu berjalan
cepat dengan bersebelahan meninggalkan ruang perpustakaan.
Beberapa saat kemudian. . . .
Arun dan Vin kini
beralih berjalan-jalan melewati lapangan basket didalam Universitasnya. Kemudian
menjadi sama-sama berhenti karna ponsel Arun berdering menandakan ada sebuah
pesan masuk dari BBM. Arun pun membukanya lalu membacanya, ternyata pesan itu
dari Poosharm yang bertuliskan jika dua hari yang lalu ia sempat bersama Shafaq
dan Shafaq bercerita tentang studinya dikota Bandung.
Mereka berduapun saling berpandangan sedikit kaget.
Karna mereka juga telah bersama membaca pesan masuk Poosharm tersebut. Kemudian
mereka berdua sama-sama berlari karna gerimis mulai turun sedikit membasahi
mereka berdua.
BHARATAYUDHAseridua
Sementara disana
Poosharm berdiri seorang diri disamping tiang didepan ruang kelasnya. Ia sedang
meratapi gerimis kini menjadi sedikit deras. Lalu ia bernyanyi didalam hatinya
sambil melihat-lihat rintikkan hujan yang deras itu. “Kalau tak mungkin lagi
hujan menyejukkan hati kita! Untuk apa kau dan aku bersatu?!”, Poosharm
menyanyikannya didalam hati dengan mengingat kenangannya bersama Arun sebelum
hadirnya Shafaq.
Tepatnya lagi saat mereka berdua berlindung pada satu
buah payung diderasnya hujan sebelum Vin datang memasuki dalam kebersamaan
mereka berdua. Wajahnya pun kini terlihat murung masih melihat rintikkan hujan
yang masih deras didepannya. Sementara dibelakangnya, Vin baru saja melihatnya
dalam keadaannya yang seperti itu saat akan berjalan pergi melewati ruang
kelasnya. Kemudian melepaskan jacket yang diapakainya lalu memakaikannya ke
Poosharm dari belakangnya.
Poosharm pun merasakannya lalu melihat Vin yang kini
sudah berada disampingnya seperti merangkulnya dari belakangnya.
“Aku tidak ingin
kau merasa kedinginan! Biarlah rintikkan hujan itu hanya membasahi bumi!”. Vin
berkata lembut dengan menatap penuh perhatian kepadanya.
“Dulu, Arun telah
meneduhkanku dalam satu payung dengannya agar aku tidak kebasahan! Sekarang,
kau menutupi separuh tubuhku dengan jacketmu agar aku tidak merasa kedinginan! Tapi
bagaimana dengan dirimu?”. Poosharm berkata sedikit mengenang yang dulu, tanpa disadarinya
jika ia telah sedikit mencemaskan Vin.
“Aku lebih
mengkhawatirkan dirimu! Sudahlah, turuti saja mauku!”. Vin berkata sambil
memberikannya seyuman ketegaran. Sedangkan Poosharm mulai melihat cemas kepadanya,
kemudian dilihatnya didepan pintu gerbang kalau taxi pesanannya telah datang.
“Aku ingin kau pulang
bersamaku!”, perintah juga pinta Poosharm kembali melihat kepadanya begitu
serius. Vin tertawa kecil masih menatapnya dan berkata, “Caranya?”. Kemudian
Poosharm melepaskan jacket ditubuhnya lalu memakaikannya diatas kepala mereka
berdua. “Kita sekarang sudah berada dalam satu perlindungan!”, Poosharm berkata
kembali dengan tersenyum kepadanya. Dan kini mereka berjalan bersama melewati
rintikan hujan menuju taxi.
Sementara itu,
Arun yang masih berada didalam gedung Universitasnya baru saja keluar dari
salah satu ruangan sedang berdiri seorang diri meratapi rintikkan hujan yang
masih deras didepannya. “Aku memang tidak pernah memiliki kenangan tentang
hujan bersamamu pada masa kehidupan kita dulu! Tapi yang telah kurasakan kini,
aku seperti melihat airmata yang pernah kau jatuhkan pada masa kehidupan kita
dulu! Sedang apakah dirimu disana, sayangku!”, curahan hatinya dalam meratapi
hujan.
Dan disana,
Shafaq yang sudah berada dikota Bandung. Berdiam seorang diri dikamar asramanya
sedang meratapi hujan melalui jendela kamarnya dengan duduk ditempat tidurnya.
Wajahnya sendu karna mengingat kembali jika Arun telah kecewa karna
kepergiannya untuk belajar diluar kota yang mengharuskannya untuk berpisah
kembali. “Arun, kau pernah menangis kepadaku pada masa kehidupan kita dulu! Aku
benar sangat merindukanmu, Pangeran!”, katanya pelan begitu gundah.
Mereka berdua
yang masih bersama meratapi hujan ditempat berbeda, tanpa disengaja juga
disadari mereka berdua mengucapkan satu kata berbahasa sama. “Sayangku, berbahagialah
disana!”, Shafaq mengatakannya dengan bersuara pelan sedangkan Arun
mengatakannya masih didalam hatinya. Kemudian Shafaq menutup kedua matanya
dengan berbaring dikasurnya, dan Arun beralih pergi meninggalkan tempatnya.
BHARATAYUDHAseridua
Tidak ada komentar:
Posting Komentar