Kamis, 19 Maret 2015

BHARATAYUDHAseridua Part-14


                  Setelah menikmati jam belajar yang berlangsung selama dua jam tadi, kini Arun dan Vin sedang duduk bersebelahan diruang perpustakaan. Keduanya duduk bersama karna Vin mengajak Arun untuk pergi keperpustakaan dan Vin akan membagi menceritakan sesuatu kepadanya.
                “Seperti yang sudah kita berdua ketahui! Jika kita berdua telah menemukan reinkarnasi dari Tuan Putri Purindah!”. Vin memulai dengan melihat kedepan.
                “Dan dia bernama Shafaq!”. Arun meluruskannya dengan melihat kedepan juga.
                “Aku juga seperti menemukan, sosok Tri Putri didalam diri Poosharm!”. Vin mengungkap apa yang ada dipikirannya, Arun menoleh melihat kepadanya sedikit terpaku.
                “Aku tidak sempat merasakan akan hal itu!”. Arun menyambungnya kembali, mengungkap rasa ketidak tahuannya akan hal itu.
                “Itu karna, tujuanmu yang paling utama hanya untuk menemukan Permaisurimu!”. Vin menjelaskan dengan menoleh melihat kepadanya.
                Arun menjadi terpaku kembali menundukkan kepalanya setengah kebawah, begitupun dengan kedua tatapannya yang kini melihat kebawah. “Iya, dia memang permaisuriku!”, sambungnya mengeluh lemas. Vin yang melihatnya sedikit merasa haru kepadanya, sementara dibalik mereka Poosharm tidak sengaja mendengar perkataan dari Arun. Karna baru saja dirinya memasuki ruang perpustakaan untuk mencari buku. Kemudian pergi meinggalkan tanpa menegur mereka berdua.
                “Arun, rinduku kepada Tri Putri! Telah bersemayam didalam dirinya!”, Vin kembali berkata mencurahkan isi hatinya. Arun kembali menegakkan kepalanya dengan melihat kepadanya lagi. “Aku, sepertinya aku, telah jatuh hati kepada dirinya!”, Vin lebih mencurahkan isi hatinya.
                “Kalau memang begitu, kejar dia! Kau, pasti tidak tega melihatnya masih mengejarku bukan?”, Arun menyemangatkan sedikit bahagia dihatinya.
                “Kupikir, kau juga menyukainya juga!”, Vin mengungkap pikirannya terhadap Arun kepada Poosharm. Arun menjadi terdiam saat akan menyambungnya dengan menaikkan kedua matanya melihat keatas. Vin yang melihatnya pun merasa sedikit aneh dan jantungnya mulai berdegug cemas, lalu mengalihkan pandangannya dengan melihat juga apa yang sedang dilihat Arun. Kemudian mereka berdua sama-sama menjadi berdiri serentak karna terkejut.
                Sebab mereka berdua telah melihat dosen yang bertugas didalamnya. “Waktu untuk mojok kalian berdua sudah habis! Lebih baik kalian berdua keluar sekarang juga, sebelum saya mengusir kalian berdua dengan teriakan keras!”, perintahnya berkata pelan namun menakutkan. Dan mereka berduapun memberinya senyuman meminta maaf lalu berjalan cepat dengan bersebelahan meninggalkan ruang perpustakaan.

Beberapa saat kemudian. . . .

                Arun dan Vin kini beralih berjalan-jalan melewati lapangan basket didalam Universitasnya. Kemudian menjadi sama-sama berhenti karna ponsel Arun berdering menandakan ada sebuah pesan masuk dari BBM. Arun pun membukanya lalu membacanya, ternyata pesan itu dari Poosharm yang bertuliskan jika dua hari yang lalu ia sempat bersama Shafaq dan Shafaq bercerita tentang studinya dikota Bandung.
Mereka berduapun saling berpandangan sedikit kaget. Karna mereka juga telah bersama membaca pesan masuk Poosharm tersebut. Kemudian mereka berdua sama-sama berlari karna gerimis mulai turun sedikit membasahi mereka berdua.

BHARATAYUDHAseridua

                Sementara disana Poosharm berdiri seorang diri disamping tiang didepan ruang kelasnya. Ia sedang meratapi gerimis kini menjadi sedikit deras. Lalu ia bernyanyi didalam hatinya sambil melihat-lihat rintikkan hujan yang deras itu. “Kalau tak mungkin lagi hujan menyejukkan hati kita! Untuk apa kau dan aku bersatu?!”, Poosharm menyanyikannya didalam hati dengan mengingat kenangannya bersama Arun sebelum hadirnya Shafaq.
Tepatnya lagi saat mereka berdua berlindung pada satu buah payung diderasnya hujan sebelum Vin datang memasuki dalam kebersamaan mereka berdua. Wajahnya pun kini terlihat murung masih melihat rintikkan hujan yang masih deras didepannya. Sementara dibelakangnya, Vin baru saja melihatnya dalam keadaannya yang seperti itu saat akan berjalan pergi melewati ruang kelasnya. Kemudian melepaskan jacket yang diapakainya lalu memakaikannya ke Poosharm dari belakangnya.
Poosharm pun merasakannya lalu melihat Vin yang kini sudah berada disampingnya seperti merangkulnya dari belakangnya.
                “Aku tidak ingin kau merasa kedinginan! Biarlah rintikkan hujan itu hanya membasahi bumi!”. Vin berkata lembut dengan menatap penuh perhatian kepadanya.
                “Dulu, Arun telah meneduhkanku dalam satu payung dengannya agar aku tidak kebasahan! Sekarang, kau menutupi separuh tubuhku dengan jacketmu agar aku tidak merasa kedinginan! Tapi bagaimana dengan dirimu?”. Poosharm berkata sedikit mengenang yang dulu, tanpa disadarinya jika ia telah sedikit mencemaskan Vin.
                “Aku lebih mengkhawatirkan dirimu! Sudahlah, turuti saja mauku!”. Vin berkata sambil memberikannya seyuman ketegaran. Sedangkan Poosharm mulai melihat cemas kepadanya, kemudian dilihatnya didepan pintu gerbang kalau taxi pesanannya telah datang.
                “Aku ingin kau pulang bersamaku!”, perintah juga pinta Poosharm kembali melihat kepadanya begitu serius. Vin tertawa kecil masih menatapnya dan berkata, “Caranya?”. Kemudian Poosharm melepaskan jacket ditubuhnya lalu memakaikannya diatas kepala mereka berdua. “Kita sekarang sudah berada dalam satu perlindungan!”, Poosharm berkata kembali dengan tersenyum kepadanya. Dan kini mereka berjalan bersama melewati rintikan hujan menuju taxi.
                Sementara itu, Arun yang masih berada didalam gedung Universitasnya baru saja keluar dari salah satu ruangan sedang berdiri seorang diri meratapi rintikkan hujan yang masih deras didepannya. “Aku memang tidak pernah memiliki kenangan tentang hujan bersamamu pada masa kehidupan kita dulu! Tapi yang telah kurasakan kini, aku seperti melihat airmata yang pernah kau jatuhkan pada masa kehidupan kita dulu! Sedang apakah dirimu disana, sayangku!”, curahan hatinya dalam meratapi hujan.
                Dan disana, Shafaq yang sudah berada dikota Bandung. Berdiam seorang diri dikamar asramanya sedang meratapi hujan melalui jendela kamarnya dengan duduk ditempat tidurnya. Wajahnya sendu karna mengingat kembali jika Arun telah kecewa karna kepergiannya untuk belajar diluar kota yang mengharuskannya untuk berpisah kembali. “Arun, kau pernah menangis kepadaku pada masa kehidupan kita dulu! Aku benar sangat merindukanmu, Pangeran!”, katanya pelan begitu gundah.
                Mereka berdua yang masih bersama meratapi hujan ditempat berbeda, tanpa disengaja juga disadari mereka berdua mengucapkan satu kata berbahasa sama. “Sayangku, berbahagialah disana!”, Shafaq mengatakannya dengan bersuara pelan sedangkan Arun mengatakannya masih didalam hatinya. Kemudian Shafaq menutup kedua matanya dengan berbaring dikasurnya, dan Arun beralih pergi meninggalkan tempatnya.

BHARATAYUDHAseridua

Tidak ada komentar:

Posting Komentar