Esok paginya,
Shafaq sedang berbelanja makanan yang akan dibawanya pada kegiatan belajarnya
dari kampusnya dikota Bandung. Kemudian dilihatnya Poosharm sedang berjalan
menujunya, mendekatinya dan kini telah berdiam bersamanya. “Hai, aku Poosharm!”,
sapanya ramah disertai senyuman dengan menjulurkan tangannya mengajaknya untuk
berjabat. Shafaq pun mengerti menjabat tangannya dengan senyuman masih terdiam
karnanya. Mereka berdua kini saling berpandangan.
“Aku sudah
mengerti, dan aku juga sudah mengetahui tentang kalian bertiga! Demi janji
persahabatanku yang sudah terikat lama, maka aku akan selalu menjaga rahasia
kehidupan dari kalian bertiga!”. Shahpoo memberitahunya begitu akrab.
“Terimakasih, kau
sudah mau menjadi seorang teman bagi kami bertiga! Terutama pada Arun, kalian begitu
dekat….!”. Shafaq menyambungnya lalu menjadi terhenti saat Poosharm menutup
mulutnya dengan kelima jemari tangannya.
“Jangan kau usik
lagi soal itu! Justru aku merasa bahagia, saat Arun telah menemukan tambatan
hatinya yang dulu! Mungkin memang benar cinta kalian berdua adalah cinta yang
sejati!”. Poosharm mengungkap kata hatinya, menghiburnya.
Shafaq menjadi
tersenyum, terpaku malu kepadanya. Kemudian mereka bersama pergi menuju kekasir
untuk membayar apa yang telah dibeli oleh mereka berdua. Dan mereka berdua
begitu terlihat akrab saat bersama menuju keluar akan pulang bersama memakai
kendaraan Poosharm. Melihat yang baru saja dialaminya bersama Poosharm, Shafaq
teringat dengan Tri Putri yang dulu telah bersamanya waktu ditaman dibelakang
diIstananya.
“Oh Dewa, dia
begitu mengingatkanku dengan Tri Putri! Sebuah kata Tri Putri yang sudah aku
ketahui dari Pangeran Karanu dulu!”, Shafaq berbisik dihatinya dengan melihat
kepadanya saat sudah bersama duduk bersebelahan didalam mobilnya. Sedangkan
Poosharm baru saja melihat lagi kepadanya dengan tatapan juga senyumannya yang begitu
indah. Shafaq pun menjadi semakin mengingat tentang Tri Putri tersebut sambil
membalasnya dengan senyuman. Mereka
berdua terlihat begitu mesra.
Beberapa saat kemudian. . . .
Kini Arun sedang
berjalan seorang diri disebuah tempat ditengah panasnya terik matahari. Dirinya
masih memikirkan pada peristiwa tadi malam. Kemudian ia memalingkan
pandangannya melihat kearah kanannya setelah dari tadi ia meluruskan
pandangannya kedepan memakai tatapan setengah kosong. Namun ketika akan kembali
memalingkan pandangannya melihat lurus kedepan, tiba-tiba saja dirinya menjadi
terkejut sehingga membuatnya menjadi termundur selangkah kebelakang.
“Putri! Kau baru
saja telah mencoba memakai kekuatan istimewa itu! Bagaimana kalau ada orang
yang melihat!”, katanya membentak kecil setelah mengetahuinya. Shafaq pun
menarik kedua telinganya dengan tangannya sendiri. “Berapa lama kau akan pergi?”,
Arun membahasnya kembali. Shafaq melepaskan tangannya dari menarik kedua
telinganya.
“Dua atau tiga tahun! Ini adalah merupakan sebuah
tuntutan dari studiku!”, Shafaq menyampaikannya dengan menatapnya segan.
“Kau akan
meninggalkanku lagi! Aku sudah lelah menunggumu, menahan rinduku padamu! Sudah
bertahun-tahun, dan sudah berabad-abad lamanya! Tapi mengapa kau….?”, Arun
mengungkap kata kekesalannya. Namun menjadi terhenti ketika Shafaq dengan
tiba-tiba mengecup bibir atasnya, menghentikannya untuk berbicara.
Arun pun menjadi terdiam seketika tanpa membalas kecupan darinya. Dan
pandangannya kini lurus kedepan melihat kearah lain. Setelah beberapa saat kemudian,
Shafaq melepaskan kecupannya perlahan kembali menatapnya yang masih
berpandangan lurus kedepan melihat kearah lain. Sementara Arun tidak sekalipun
melihat kepadanya lagi. “Sampai jumpa, aku akan sangat merindukanmu!”, Shafaq
berkata berpamitan lalu pergi menghilang dengan bayangan masih memakai kekuatan
istimewanya.
Arun yang sudah melihatnya, langsung menjatuhkan
kedua lututnya lemas ketanah dengan pandangannya masih lurus kedepan mulai
memakai tatapan kosong. “Selamat berpisah kembali, Putri! Aku, dan kedua
pangeran kecil kita akan tetap setia menunggumu kembali tuk bersama kami
disini!”, katanya lemas sedikit menyesalkan. Lalu diingatnya kembali kenangannya
dulu saat Tuan Putri Purindah mengecup bibirnya saat sedang duduk bersama
ditaman belakang Istana Wigura pada malam hari.
Kenangan itu telah dingatnya kembali saat menyadari
kalau baru saja tadi Ashfaq telah mencium bibirnya dengan tiba-tiba.
BHARATAYUDHAseridua
Dua hari
kemudian. . . .
“Sudah memasuki
hari kedua kau pergi meninggalkanku lagi! Belum juga aku merasa puas bersamamu
kembali, sebuah tuntutan dari studimu kini telah mencuri dirimu dariku!”, keluh
Arun dengan terduduk dibangkunya didalam ruang kelasnya sambil memainkan
bolpoin yang sedang digenggamnya. Kemudian didengarnya suara Poosharm
menenangkannya tepat disampingnya yang mengatakan, “Bersabarlah! Dia pergi
hanya sebentar!”. ia mengatakannya dengan menatapnya.
Arun mengangguk
tanpa menoleh melihat kepadanya masih dalam kegelisahannya. Sementara dipintu
ruang kelasnya, Vin sudah lama berdiri disana melihat keduanya yang sempat
berbicara tadi. Vin pun berbisik dihatinya masih melihat keduanya, “Dia begitu
mudahnya dalam menenangkan Arun! Sedangkan aku, hanya berusaha tuk meredam
bahkan harus lebih meredamnya, meredamkan perasaan rinduku dan hanya untuk
dirinya!”, lalu pergi beralih keluar ruang kelas.
“Arun!”. Poosharm
kembali memanggil namanya akan bertanya sesuatu. Arun menoleh lemas kepadanya.
“Dimanakah, Vin? Tidak biasanya dia selama ini belum memaski ruang kelas?”.
Poosharm bertanya ketika baru mengetahui bangku Vin dibelakangnya masih kosong.
“Secara tidak
sengaja, aku tadi sempat melihatnya keluar dari pintu ruang kelas!
Jangan-jangan…?”. Arun mengatakannya dengan melihat kepintu ruang kelas lalu
melihat ke Poosharm.
“Jangan-jangan
apa, Arun! Oh please, jangan bikin aku menjadi bertanya-tanya!”. Poosharm
langsung memotong pembicaraanya dengan berkata tegas begitupun dengan tatapannya
kepada Arun.
“Sorry, I’m
forgot!”. Arun membalasnya sedikit tidak nyambung, namun sedikit merahasiakannya
dulu dari Poosharm. Sebab ia masih meragu jika harus memberitahukannya
sekarang. Poosharm pun menjadi sangat geram sambil mencakar kecil lengan Arun,
sedangkan Arun hanya tertawa gembira menerimanya. Kemudian mereka berdua
menjadi berhenti saat ketika sama-sama terpandang ke Vin yang baru saja muncul
diantara mereka berdua.
Poosharm pun
melepaskan tangannya dari mencakar kecil lengan Arun melihat sedikit malu
kepada Vin, lalu kembali duduk seperti keadaannya yang semula tadi. Dan ia juga
memalingkan pandangannya melihat lurus kedepan, Sedangkan Vin melihat wajahnya
yang kini sudah memalingkan wajahnya hingga terduduk manis dibangkunya. Melihat
keduanya yang seperti itu, Arun menjadi tersenyum kecil mengejek dengan kembali
memainkan bolpoin yang masih digenggamnya.
“Aku terdiam,
saat dia datang setelah aku mencarinya tadi!”, Poosharm berkata dihatinya ketika
baru saja tersadar jika tadi memang dirinya sedang mencari Vin melalui Arun.
“Kamu selalu cantik disetiap harinya dimataku! Entah sampai kapan kusembunyikan
sejuta rindu ini!”, sambung Vin berkata dihatinya masih melihat kepadanya. Lalu
memalingkan pandangannya kearah lain melihat rintikan hujan lewat jendela karna
hari sedang gerimis.
BHARATAYUDHAseridua
Tidak ada komentar:
Posting Komentar