Kamis, 19 Maret 2015

BHARATAYUDHAseridua Part-13



                  Esok paginya, Shafaq sedang berbelanja makanan yang akan dibawanya pada kegiatan belajarnya dari kampusnya dikota Bandung. Kemudian dilihatnya Poosharm sedang berjalan menujunya, mendekatinya dan kini telah berdiam bersamanya. “Hai, aku Poosharm!”, sapanya ramah disertai senyuman dengan menjulurkan tangannya mengajaknya untuk berjabat. Shafaq pun mengerti menjabat tangannya dengan senyuman masih terdiam karnanya. Mereka berdua kini saling berpandangan.
                “Aku sudah mengerti, dan aku juga sudah mengetahui tentang kalian bertiga! Demi janji persahabatanku yang sudah terikat lama, maka aku akan selalu menjaga rahasia kehidupan dari kalian bertiga!”. Shahpoo memberitahunya begitu akrab.
                “Terimakasih, kau sudah mau menjadi seorang teman bagi kami bertiga! Terutama pada Arun, kalian begitu dekat….!”. Shafaq menyambungnya lalu menjadi terhenti saat Poosharm menutup mulutnya dengan kelima jemari tangannya.
                “Jangan kau usik lagi soal itu! Justru aku merasa bahagia, saat Arun telah menemukan tambatan hatinya yang dulu! Mungkin memang benar cinta kalian berdua adalah cinta yang sejati!”. Poosharm mengungkap kata hatinya, menghiburnya.
                Shafaq menjadi tersenyum, terpaku malu kepadanya. Kemudian mereka bersama pergi menuju kekasir untuk membayar apa yang telah dibeli oleh mereka berdua. Dan mereka berdua begitu terlihat akrab saat bersama menuju keluar akan pulang bersama memakai kendaraan Poosharm. Melihat yang baru saja dialaminya bersama Poosharm, Shafaq teringat dengan Tri Putri yang dulu telah bersamanya waktu ditaman dibelakang diIstananya.
                “Oh Dewa, dia begitu mengingatkanku dengan Tri Putri! Sebuah kata Tri Putri yang sudah aku ketahui dari Pangeran Karanu dulu!”, Shafaq berbisik dihatinya dengan melihat kepadanya saat sudah bersama duduk bersebelahan didalam mobilnya. Sedangkan Poosharm baru saja melihat lagi kepadanya dengan tatapan juga senyumannya yang begitu indah. Shafaq pun menjadi semakin mengingat tentang Tri Putri tersebut sambil membalasnya dengan  senyuman. Mereka berdua terlihat begitu mesra.

Beberapa saat kemudian. . . .

                Kini Arun sedang berjalan seorang diri disebuah tempat ditengah panasnya terik matahari. Dirinya masih memikirkan pada peristiwa tadi malam. Kemudian ia memalingkan pandangannya melihat kearah kanannya setelah dari tadi ia meluruskan pandangannya kedepan memakai tatapan setengah kosong. Namun ketika akan kembali memalingkan pandangannya melihat lurus kedepan, tiba-tiba saja dirinya menjadi terkejut sehingga membuatnya menjadi termundur selangkah kebelakang.
                “Putri! Kau baru saja telah mencoba memakai kekuatan istimewa itu! Bagaimana kalau ada orang yang melihat!”, katanya membentak kecil setelah mengetahuinya. Shafaq pun menarik kedua telinganya dengan tangannya sendiri. “Berapa lama kau akan pergi?”, Arun membahasnya kembali. Shafaq melepaskan tangannya dari menarik kedua telinganya.
“Dua atau tiga tahun! Ini adalah merupakan sebuah tuntutan dari studiku!”, Shafaq menyampaikannya dengan menatapnya segan.
                “Kau akan meninggalkanku lagi! Aku sudah lelah menunggumu, menahan rinduku padamu! Sudah bertahun-tahun, dan sudah berabad-abad lamanya! Tapi mengapa kau….?”, Arun mengungkap kata kekesalannya. Namun menjadi terhenti ketika Shafaq dengan tiba-tiba mengecup bibir atasnya, menghentikannya untuk berbicara.
Arun pun menjadi terdiam seketika tanpa membalas kecupan darinya. Dan pandangannya kini lurus kedepan melihat kearah lain. Setelah beberapa saat kemudian, Shafaq melepaskan kecupannya perlahan kembali menatapnya yang masih berpandangan lurus kedepan melihat kearah lain. Sementara Arun tidak sekalipun melihat kepadanya lagi. “Sampai jumpa, aku akan sangat merindukanmu!”, Shafaq berkata berpamitan lalu pergi menghilang dengan bayangan masih memakai kekuatan istimewanya.
Arun yang sudah melihatnya, langsung menjatuhkan kedua lututnya lemas ketanah dengan pandangannya masih lurus kedepan mulai memakai tatapan kosong. “Selamat berpisah kembali, Putri! Aku, dan kedua pangeran kecil kita akan tetap setia menunggumu kembali tuk bersama kami disini!”, katanya lemas sedikit menyesalkan. Lalu diingatnya kembali kenangannya dulu saat Tuan Putri Purindah mengecup bibirnya saat sedang duduk bersama ditaman belakang Istana Wigura pada malam hari.
Kenangan itu telah dingatnya kembali saat menyadari kalau baru saja tadi Ashfaq telah mencium bibirnya dengan tiba-tiba.

BHARATAYUDHAseridua

Dua hari kemudian. . . .

                “Sudah memasuki hari kedua kau pergi meninggalkanku lagi! Belum juga aku merasa puas bersamamu kembali, sebuah tuntutan dari studimu kini telah mencuri dirimu dariku!”, keluh Arun dengan terduduk dibangkunya didalam ruang kelasnya sambil memainkan bolpoin yang sedang digenggamnya. Kemudian didengarnya suara Poosharm menenangkannya tepat disampingnya yang mengatakan, “Bersabarlah! Dia pergi hanya sebentar!”. ia mengatakannya dengan menatapnya.
                Arun mengangguk tanpa menoleh melihat kepadanya masih dalam kegelisahannya. Sementara dipintu ruang kelasnya, Vin sudah lama berdiri disana melihat keduanya yang sempat berbicara tadi. Vin pun berbisik dihatinya masih melihat keduanya, “Dia begitu mudahnya dalam menenangkan Arun! Sedangkan aku, hanya berusaha tuk meredam bahkan harus lebih meredamnya, meredamkan perasaan rinduku dan hanya untuk dirinya!”, lalu pergi beralih keluar ruang kelas.
                “Arun!”. Poosharm kembali memanggil namanya akan bertanya sesuatu. Arun menoleh lemas kepadanya. “Dimanakah, Vin? Tidak biasanya dia selama ini belum memaski ruang kelas?”. Poosharm bertanya ketika baru mengetahui bangku Vin dibelakangnya masih kosong.
                “Secara tidak sengaja, aku tadi sempat melihatnya keluar dari pintu ruang kelas! Jangan-jangan…?”. Arun mengatakannya dengan melihat kepintu ruang kelas lalu melihat ke Poosharm.
                “Jangan-jangan apa, Arun! Oh please, jangan bikin aku menjadi bertanya-tanya!”. Poosharm langsung memotong pembicaraanya dengan berkata tegas begitupun dengan tatapannya kepada Arun.
                “Sorry, I’m forgot!”. Arun membalasnya sedikit tidak nyambung, namun sedikit merahasiakannya dulu dari Poosharm. Sebab ia masih meragu jika harus memberitahukannya sekarang. Poosharm pun menjadi sangat geram sambil mencakar kecil lengan Arun, sedangkan Arun hanya tertawa gembira menerimanya. Kemudian mereka berdua menjadi berhenti saat ketika sama-sama terpandang ke Vin yang baru saja muncul diantara mereka berdua.
                Poosharm pun melepaskan tangannya dari mencakar kecil lengan Arun melihat sedikit malu kepada Vin, lalu kembali duduk seperti keadaannya yang semula tadi. Dan ia juga memalingkan pandangannya melihat lurus kedepan, Sedangkan Vin melihat wajahnya yang kini sudah memalingkan wajahnya hingga terduduk manis dibangkunya. Melihat keduanya yang seperti itu, Arun menjadi tersenyum kecil mengejek dengan kembali memainkan bolpoin yang masih digenggamnya.
                “Aku terdiam, saat dia datang setelah aku mencarinya tadi!”, Poosharm berkata dihatinya ketika baru saja tersadar jika tadi memang dirinya sedang mencari Vin melalui Arun. “Kamu selalu cantik disetiap harinya dimataku! Entah sampai kapan kusembunyikan sejuta rindu ini!”, sambung Vin berkata dihatinya masih melihat kepadanya. Lalu memalingkan pandangannya kearah lain melihat rintikan hujan lewat jendela karna hari sedang gerimis.

BHARATAYUDHAseridua

Tidak ada komentar:

Posting Komentar