Kamis, 19 Maret 2015

BHARATAYUDHAseridua Part-15



                Pada malam harinya, Poosharm sedang melamun dengan duduk manis dimeja belajarnya. Dirinya sedang melamun memikirkan sikap manis dari Vin yang diterimanya siang tadi. Saat Vin berkata menghawatirkan dirinya juga memakaikannya jacket ditubuhnya. “Apa mungkin, Vin begitu tulus melakukan itu?”, tanyanya masih memikirkan dalam lamunannya. Kemudian beralih pergi akan menuju kecermin dimeja riasnya.
Lalu menghadapkan dirinya didepan cermin itu mengamati keadaan dari dirinya sendiri. San kini ia pun mulai mengangkat tangan kanannya lurus kedepan cermin akan menyentuh cermin tersebut dengan telapak tangan kanannya yang terbuka lebar. Dan kemudian ia mengingat mengulang kembali saat Vin membantunya untuk melewati sebuah jembatan kayu.

Mengulang lagi kisah beberapa waktu yang lalu. . . .

                Saat itu, mereka belum saling mengenal satu sama lain. Mengenal namanya saja pun belum. Karna pada saat itu Vin baru saja akan mendaftar diUniversitasnya. Kala itu, Poosharm sedang merasa kebingungan antara harus melewati jembatan kayu tersebut atau tidak, sebab telah dilihatnya jembatan kayu yang akan dilewatinya tersebut mudah sekali bergoyang bila telah dipijaki dengan satu langkah dari kakinya. Dan saat itu juga, Vin datang berada disampingnya dengan menjulurkan tangannya kepadanya.
                Poosharm yang melihat tangannya itupun langsung menggapainya tanpa mengenali wajahnya dulu sehingga mereka berdua menjadi berjalan bersama bersebelahan melewati jembatan kayu tersebut perlahan. Disaat mereka berdua masih dalam perjalanan melewati jembatan kayu tersebut, mereka berdua sangat anti untuk berbicara karna mereka berdua sangat focus dalam melewati jembatan kayu tersebut.
Dan setelahnya melewati jembatan kayu tersebut, mereka berduapun merasa lega dan saling terpandang satu sama lain juga saling melepaskan pegangan tangan mereka masing-masing.
                “Terimakasih!”, kata Poosharm memulai lebih dulu mengucapkan terimakasih.
                “Lain kali kau harus sangat berhati-hati! Dan saran dariku, sebaiknya kau jangan lagi mencoba untuk melewati jembatan kayu ini lagi!”. Vin memberi sarannya yang didalamnya telah ada sebuah perhatian.
                “Aku akan selalu mengingat saran darimu, itu!”, Poosharm mengiyakan disertai senyuman indah dibibirnya. Vin pun memberi senyuman balik kepadanya lalu berpamitan untuk pergi tanpa mengenalkan nama dirinya. Begitupula Poosharm yang juga pergi tanpa basa-basi dulu mengajak bicara kembali padanya. Setelahnya Poosharm mengingat kembali seperti apa yang diceritakan tadi, tubuhnya pun menjadi bergetar kecil dan jantungnya mulai berdegug sedikit cemas.
                Lalu diingatnya kembali saat Vin menggapai tangannya disebuah taman penuh bunga-bunga setelahnya menari-nari saat ketika akan pergi meninggalkan. “Apa yang akan terjadi pada diriku? Aku tidak ingin sesuatu yang baru akan terjadi pada diriku! Sementara sesuatu yang telah lama sudah terjadi pada diriku, belum juga hilang dari pikiranku!”, katanya mengeluh masih didepan cermin dengan menempelkan telapak tangannya dicerminnya.

BHARATAYUDHAseridua

                Esoknya, Poosharm mengirim sebuah pesan melalui BBM kepada Vin. Ia meminta Vin untuk datang menemuinya kesuatu tempat. Dan Vin pun kini telah berada ditempat tersebut sekitar beberapa menit yang lalu. Sementara Poosharm baru saja sampai ditempat yang dijanjikannya itu kepada Vin setelah dua puluh menit mengirim pesan melalui BBM. Dan kini mereka berjalan kedepan beberapa langkah kemudian sama-sama berhenti.
                “Ada apa kau mengajakku untuk bertemu disini?”, Tanya Vin ingin mengetahui maksudnya. Poosharm melirikkan matanya setengah kebawah melihat kesebuah jembatan kayu didepannya. Vin yang melihatnya pun mengikuti apa yang kini sedang dilihatnya, lalu menjadi terdiam seketika sesaat telah mengetahuinya.
“Apa kau masih ingat dengan jembatan kayu ini?”, Tanya Poosharm memancingnya untuk berkata lagi.
                “Iya, saat itu, kita sedang bersama melewati jembatan kayu ini!”, Vin menjawabnya kembali teringat pada saat dirinya menjulurkan tangannya kepadanya lalu berjalan bersama melewati jembatan kayu tersebut. Sedangkan Poosharm melangkahkan kakinya dua langkah didepannya, kemudian menjulurkan tangannya kepada Vin dengan melihatnya. Dan Vin yang masih melihat kepadanya pun langsung menggapai tangan darinya.
                “Dan untuk saat ini, biarlah aku yang memimpinmu!”, Poosharm kembali berkata, mengajaknya, lalu memalingkan pandangannya kedepan membawanya jalan bersamanya dengan berpegangan dtangan. Dan Vin hanya berjalan mengikuti langkahnya masih melihat kepadanya sambil berkata didalam hatinya, “Semoga suatu saat nanti, aku yang akan membimbingmu dalam memutari api suci pada pernikahan kau dan aku!”.

Pada beberapa saat kemudian. . . .

                Kini mereka berdua telah beralih berada didekat sebuah danau ditempat lain, mereka berdua sedang duduk bersama disebuah kursi berbentuk persegi panjang. Dan mereka berdua bersama melihat-lihat pemandangan didepannya.
“Siapakah orang yang kini sedang berada diadalam hatimu?”, Vin bertanya dengan tiba-tiba masih melihat lurus kedepan. Sedikit mengusik ketenangan Poosharm yang kini baru saja menoleh melihat kepadanya.
                “Tentu saja masih Arun! Aku tidak bisa meniadakan perasaanku yang dulu….?”. Shahpoo menjawabnya, Vin langsung memotongnya.
                “Berhentilah mengejar Arun! Karna sudah ada Shafaq yang kini kembali hadir dikehidupannya!”. Bentak Vin kecil dengan menoleh melihat kepadanya. Poosharm menatapnya marah kemudian berdiri keras dengan memalingkan pandangannya lurus kedepan.
“Aku masih terpaut akan perasaanku padanya! Aku benar-benar belum sepenuhnya bisa untuk merelakan! Tolong jangan hukum aku dengan perkataanmu seperti tadi!”, ia berkata mengeluh bersuarakan sedikit sedih dengan menundukkan kepalanya, meneteskan airmatanya.
                 Tiba-tiba dirasakannya Vin mencium pipi kanannya lembut. Kemudian melepaskannya sambil berbisik dekat ditelinganya, “Maafkan aku, aku janji, setelah kejadian pada hari ini aku akan meredam semuanya!”. Poosharm menoleh menatap kepadanya setelah mendengar bisikkannya. “Tapi, izinkan aku berkata rindu padamu! Dan mungkin benar, sebentar lagi aku akan jatuh hati padamu!”, katanya sekali lagi menggodanya yang masih menahan emosi karna amarahnya.
                Dan dengan tiba-tiba kembali, Vin mendadak pergi meninggalkannya sendiri memakai kekuatan istimewanya yang perginya dengan memakai bayangan. Poosharm yang meihatnya pun hanya berdiam karna sudah mengerti tentang Vin yang pergi meninggalkannya dengan cara seperti itu. Sebab telah diketahuinya jika kekuatan yang telah ditunjukkan oleh Vin tadi adalah sebuah kekuatan yang didapatkan olehnya pada masa kehidupannya dulu
.
BHARATAYUDHAseridua

                Pada malam harinya, Arun sedang bersantai disebuah café dengan mengajak kedua temannya untuk bertemu demi menghilangkan kejenuhannya. Disaatnya masih menunggu, Arun menyempatkan dirinya untuk melihat gambaran wajah kedua anaknya dikertas foto yang kini telah dipegangnya. Sesekali dirinya menjadi tersenyum bahagia karna mengamati wajah kedua anaknya yang begitu banyak kemiripan dari wajahnya sendiri juga dari wajah Tuan Putri Purindah.
                Anak sulungnya mirip sekali dengan wajahnya dimasa kehidupannya dulu diwaktunya masih balita. Dan anaknya yang kedua sangat mirip sekali dengan wajah Tuan Putri Purindah saat diusianya yang remaja pada masa kehidupannya dulu. Dan tak lama kemudian Poosharm pun datang bersama Vin dengan berdiri tepat disamping kiri-kanan darinya.
                “Siapakah yang sedang kau lihat itu, Arun!”, Poosharm bertanya sambil melihat foto tersebut, Begitupula dengan Vin yang tiba-tiba terpandang pada foto tersebut. “Dua orang balita? Anak siapa mereka berdua, wajahnya seperti aku kenal? Dan seperti familiar banget dipikiranku?!”, Poosharm menyambung katanya dengan mencoba mengingatnya. Sementara Arun terdiam masih melihat kefoto tersebut.
                “Menurut mitos yang sering aku dengar! Seorang bayi atau balita memiliki seribu wajah dalam soal kemiripannnya! Kau sangat tidak perlu untuk memikirkannya! Mungkin saja foto ini Arun dapatkan dari seorang temannya atau, saudaranya!”, Vin mencoba mengalihkannya dengan sedikit mengarang sebuah cerita dengan melihat ke Poosharm.
                “Tidak, mereka berdua adalah anakku! Maaf jika aku harus menyembunyikan rahasia tentang mereka berdua! Dan mereka berdua adalah benih yang pernah aku tanamkan dulu bersama seorang Remaja Putri!”. Arun menjelaskannya masih melihat foto tersebut.
                “Arun, mereka berdua manusia! Bukan sebuah tanaman!”. Poosharm bertanya bingung melihat kefoto tersebut lalu melihat ke Arun.
                “Jadi, kau pernah mengawinkan sebelum menikah?”. Vin berbisik pelan didekat wajahnya.
                “Aku sudah menikah dengannya pada lima ratus tahun yang lalu! Dan kami sempat bercinta didalam dunia mimpi! Dimana separuh jiwaku telah terbangun untuk bersamanya dan menanamkan benih dari kekuatan cinta pada masa kehidupan yang dulu! Dan benih yang telah kami tanamkan dulu kini sudah dihidupkan kembali menjadi mereka berdua difoto ini!”, Arun menceritakan secara keseluruhan. Vin berdiam diri hanya mendengarkan seolah-olah tidak tahu-menahu.
                “Jadi, Assyraf dan Assyraj adalah Putramu dari Tuan Putri Purindah! Dan kini telah dihidupkan kembali sesuai dengan perjanjian yang telah kalian berdua buat pada masa itu?”, Poosharm mengutarakan apa yang baru saja terlihat, terbayang didalam pikirannya setelah mendengarkan cerita darinya. Sedangkan Arun dan Vin baru saja bersama melihat kepadanya menatap sedikit terkejut. “Apa yang sedang terjadi padaku, Arun?”.
Poosharm kembali bertanya setelah menyadarinya, melihat kebawah dengan keanehan. “Tak usah kau tanyakan lagi! Itu adalah sebuah penjelasan dari pertanyaanmu! Seiring dengan berjalannya waktu, kau akan mengetahui kisah tentang Pangeran Bheeshma dan Tuan Putri Purindah dulu!”, Arun menjawab pertanyaannya dengan menjelaskannya lagi memakai senyuman. Poosharm pun membalasmya dengan memberinya senyuman kecil lalu melihat ke Vin yang masih menatapnya diam. “Jangan-jangan…?”, keluhnya dihati masih menatap Poosharm menyembunyikan cemasnya.

BHARATAYUDHAseridua

Tidak ada komentar:

Posting Komentar