Kamis, 19 Maret 2015

BHARATAYUDHAseridua Part-12



                Poosharm masih berlari kencang menghindari Arun yang masih mencoba mengejarnya. Melihatnya yang semakin tak terkendali, Arun pun memakai kekuatan istimewanya berjalan cepat dengan bayangan dan kini pun sudah berhasil menghentikan Shahpoo dengan berada didepannnya. Poosharm yang sudah mengetahuinya langsung merasakan ada suatu keanehan yang baru saja terjadi.
                “Apa yang terjadi denganmu, Poosharm? Mengapa kau begitu terlihat marah! Apa kau tidak suka, saat wanita itu mengecup bibirku!”. Tanya Arun menegaskan rasa keingintahuanya. Poosharm menatapnya begitu marah kepadanya.
                “Bukan dia yang memulainya, tapi kau yang memulainya!”. Poosharm berkata memakai bentakan kecil.
                “Jika memang begitu, maka kau cium saja aku! Hapuskan ciumannya dariku!”. Arun berkata mengalah, bertanya-tanya.
                “Aku tidak butuh ciuman itu! Sekarang yang ingin aku tanyakan padamu, apa artinya sebuah senyuman dari bibir manismu! Apa artinya saat kau menggenggam tanganku yang seolah-olah…!”. Poosharm mengungkap kebersamaannya bersamanya lalu terhenti karna sudah tak sanggup lagi tuk mengatakannya.
                “Aku benar tidak mengerti apa yang telah membuatmu menjadi sepert ini!”. Pengakuan Arun membuatnya semakin marah sehingga membuatnya harus memukul dada Arun dengan kedua tangannya sambil menangis kecil. Kemudian Arun langsung memeluknya sambil memberi ketenangan karna tak mampu melihat tangisnya. “Kau jangan menangis tanpa sebuah alasan! Aku sungguh tidak bisa melihat seorang wanita sedang menangis sepertimu!”, katanya sekali lagi mencoba menenangkan.
                “Aku menyayangimu, Arun! Hatiku hancur saat aku melihat dirimu sedang bersamanya! Terlebih lagi saat aku melihat kau mencium keninganya penuh rasa sayang, dan juga mencium bibirnya yang kurasa penuh dengan rasa kelembutan!”. Poosharm membongkar apa yang membuatnya marah. Kemudian Arun melepaskan pelukannya perlahan dengan menatapnya kembali, begitupun Shahpoo kepadanya.
                “Aku juga menyayangimu, tapi cintaku sudah terikat lama bersama dia! Dia yang tadi kucium keningnya, juga kukecup bibirnya!”, Arun berkata lembut menjelaskan. “Kau jangan pernah berpikir tuk menjauhiku! Karna didalam dirimu, aku telah menemukan seorang teman yang begitu mengerti akan diriku!”, sambungnya lagi penuh kelembutan. Poosharm pun menjadi sedikit tenang masih menatapnya, kemudian Arun menaruhkan telapak kanannya diatas kepala darinya akan sedikit menerawangnya.
                Didalam masih penerawangan, Poosharm seperti melihat gambaran,jika  seorang Remaja Putra dengan seorang Remaja Putri pernah hidup bersama dimasa dulu. Dilihatnya gambaran saat pertama kalinya seorang Remaja Putra bertemu dengan seorang Remaja Putri diruang persidangan disebuah Istana Kerajaan. Lalu disambung dengan saat Remaja Putra sedang menari bersama ditaman perbatasan dengan seorang Remaja Putri.
 Kemudian dilihatnya gambaran saat Raja Wiranata mengutuk Remaja Putra yang bernama Pangeran Bheeshma dan temannya Pangeran Karanu menjadi manusia abadi. Karna rasa begitu terpukul saat mengetahui lebih jelas kalau Putrinya telah mati yang bernama Tuan Putri Purindah. “Gambaran tentang apakah itu?”, Poosharm langsung menghentikannya dengan berkata kembali menanyakan. Padahal saat itu juga masih berlangsung Arun menerawangi tentang kisah kehidupannya dulu.
                ‘’Gambaran tentang kisah kehidupanku pada limaratus tahun yang lalu! Remaja Putra adalah diriku, karna pada masa itu aku menjadi Pangeran Bheeshma! Remaja Putri adalah Tuan Putri Purindah, dia adalah seorang wanita yang sedang bersamaku tadi! Dan Pangeran Karanu adalah Vin, seorang teman yang baru saja kau temui!’’. Arun membocorkan kisahnya sedikit.
“jadi, kau telah hidup selama beratus-ratus tahun yang lalu?”, Poosharm kembali bertanya, Arun mengangguk. Kemudian Poosharm menunduk dengan melihat kebawah sedikit memikirkan.

BHARATAYUDHAseridua

                Dan kemudian Arun melanjutkan kembali menerawangnya tentang kisahnya pada masa kehidupannya dulu, yaitu pesta dari pernikahannya. Poosharm pun kembali melihat gambaran jika Remaja Putra tersebut sedang menikahi seorang Remaja Putri yang sudah tak bernyawa. Dimana dihari pernikahan itu juga terlihat jelas tentang wajah dari Pangeran Karanu, seorang Remaja Putra sebagai teman mereka berdua.
                ‘’Kalian hidup bersama sebagai teman, namun pada akhirnya kau menikahi seorang Remaja Putri yang sudah tidak bernyawa lagi! Kau, vin, dan mungkin juga dengan wanita itu telah hidup menjadi seorang manusia yang abadi! Dan sekarang aku baru mengetahui jika orang yang telah kau sebut dengan ‘’Permaisuri’’, itu memang benar Permaisurimu!’’. Ungkap Poosharm setelah mengetahui kisahnya, menatapnya sedikit terheran-heran. Arun mengangguk menatapnya haru memberi senyuman.
                “Kau harus bsa menjaga semua rahasia ini! Aku dan Vin ingin bebas! Dan wanita itu bukanlah seorang manusia yang abadi, tetapi dia hidup kembali dengan menjadi reinkarnasi dari Tuan Putri Purindah! Sekarang, kau ikuti saja dengan cara yang kami lakukan! Aku memohon bersikaplah seperti biasa kepada kami!”. Arun memberitahunya sambil menjelaskannya panjang lebar, memohon.
                “Jadi alasan untuk kau menikmati hidup, kau hanya ingin betemu dengan reinkarnasi dari Permaisurimu! Dan Vin, hanya ingin mendapatkan sebuah kebebasannya, yaitu dengan sebuah kematiannya!”. Poosharm mencoba menjabarkannya dari gambaran yang telah dilihatnya tadi.
                “Gambaran yang telah kau lihat tadi, hanya untuk memberi penjelasan kepadamu tentang kami bertiga!”. Arun semakin berkata meluluhkannya.
                “Demi persahabatan anatara kita yang sudah terikat lama, aku berjanji untuk menjaganya!”, Poosharm mengatakan keluluhannya dengan kembali memeluk Arun. Arun pun membalas memeluknya juga kemudian dilihatnya kembali sosok Shafaq dikejauhan yang melihat kepadanya dengan memegangi kedua telinganya lalu menunjuknya. Sebab telah dilihatnya tadi jika Arun telah memakai kekuatan istimewanyanya. Arun yang sudah mengerti hanya diam tersenyum masih melihat kepadanya.

Beberapa saat kemudian . . . .

                Shafaq kini berjalan seorang diri masih disekitar taman tersebut. Dan kembali ditemuinya Arun sudah berada disampingnya dengan duduk dibangku sampingnya. “Lagi-lagi kau memakainya! Sekarang kau benar-benar nakal dari yang sebelumnya!”, Shafaq menghakiminya kecil lalu kembali menarik kedua telinga darinya dengan kedua tangannya sedikit membungkuk menghadapnya.
“Aku sudah lama merindukan kasih sayang darimu, Putri! Termasuk dengan caramu yang kembali menarik kedua telingaku!”, Arun merayunya sambil tertawa kecil. Kemudian mereka berdua menjadi tertawa bersama dengan Shafaq beralih telah duduk dipangkuannya masih menarik pelan kedua telinganya bertatapan begitu dekat.

BHARATAYUDHAseridua

                Dimalam harinya, Vin sedang duduk dibalkon rumahnya sambil menatap langit berwarnakan gelap diatasnya. Lalu diingatnya kembali saat diirinya bertemu dengan reinkarnasi dari Tuan Putri Purindah sambil berkata, “Mungkin Arun sudah menemukan reinkarnasi dari Permaisurinya?”, dan kemudian tiba-tiba ia teringat pada senyuman Poosharm yang mengingatkannya pada Tri Putri. “Begitupula dengan yang kurasakan kini, aku seperti telah menemukan Tri Putri dari dirinya!”.
                Setelahnya mengalami yang demikian, Vin jatuh kedalam rasa gundahnya dengan termenung masih melihat kelangit berwarnakan gelap diatasnya. Diatas langit, ia seperti melihat ketiga wajah Tri Putri sedang tertawa bersama tanpa melihat kepada dirinya. Kemudian Vin kini menjadi berdiri melangkahkan kedua kakinya kedepan seakan ingin menggapai keTri Putri yang masih tertawa bersama dipandangannya itu. Lalu berhenti menjadi terdiam meneteskan airmata kanannya.
                “Aku merindukan kalian, kalian yang pernah bersamaku pada masa itu!”, katanya pelan menjerit masih melihat keatas langit itu. Lalu berbalik kebelakang dengan melihat kebawah. “Dan sekarang, aku seperti menyimpan sejuta rindu kepada dirinya! Senyumnya, matanya, sungguh sangat mengilhami tentang kalian bertiga!”, kemudian berlari meninggalkan balkon rumahnya akan segera menuju kamarnya. Dan kini Vin sudah berbaring manja dikasur tempat tidurnya sambil memeluk erat gulingnya.
                Sementara ditempat lain, Arun baru saja mengunjungi sebuah tempat yang pada pagarnya bertuliskan, “Yayasan Panti Asuhan Anugerah Tuhan”. Arun pun merasa bingung setelah membaca tulisan tersebut, lalu mulai dilihatnya sosok Shafaq sudah berjalan mendekati dirinya. Dan kini mereka berdua telah bersama akan berbicara dengan saling berpandangan, bersebelahan.
                “Ini adalah tempat tinggalku!”. Shafaq memulai.
                “Dimana kedua orang tuamu?”. Arun bertanya ingin mengetahui.
                “Aku ditemukan disebuah sungai dikota ini, dengan diriku yang masih bayi tersimpan dalam sebuah keranjang kecil! Aku tidak dilahirkan oleh seorang Ibu, tapi aku telah dikirim langsung dari nirwana!”. Ashfaq menjelaskan.
                “Jadi, aku, kau, dan juga Vin sama-sama tidak memiliki orang tua?”. Arun bertanya kembali untuk lebih meyakinkan dirinya sendiri, Shafaq megangguk.
                “Aku, aku mau pergi dulu sebentar!”. Shafaq mengalihkannya dengan permisi.
                “Mau pergi kemana? Kau baru saja datang padaku!”. Arun bertanya kembali ingin mengetahui.
                “Aku mau pergi keBandung! Ini permintaan dari kampus! Aku telah mendapatkan tugas untuk kesana!”. Shafaq mulai memberitahukannya, menjelaskannya.
                “Berapa lama?”. Arun bertanya untuk keempat kalinya, bersuarakan lemas begitupula dengan kedua tatapan matanya.
Kemudian Shafaq melangkahkan kakinya kedepan semakin mendekatinya. Arun yang sudah melihatnya pun langsung menundukkan kepalanya melihat kebawah.
“Mungkin lebih baik aku pulang saja! Aku tidak ingin mendengar lagi! Kau juga tidak perlu untuk mengejarku!”, katanya kembali masih menunduk melihat kebawah dengan berbalik membelakanginya.
“Aku akan mengejarmu, entah bagaimanapun caranya!”. Shafaq berbicara mencoba menghentikannya.              
“Maka aku tidak akan segan-segan, untuk menabrakkan diriku sendiri kesebuah mobil yang akan melintas didepanku!”. Balas Arun menolaknya lembut namun menyakitkan keduanya dengan menegakkan kepalanya kembali melihat lurus kedepan, masih membelakangi. Dan Arun pun kini mulai melangkah pergi membelakanginya tanpa menoleh lagi kepadanya. “Pangeran Bheeshmaku!”, bisikkan hati Shafaq saat masih meratapi Arun yang semakin pergi jauh meninggalkannya.

BHARATAYUDHAseridua

Tidak ada komentar:

Posting Komentar