Poosharm masih
berlari kencang menghindari Arun yang masih mencoba mengejarnya. Melihatnya
yang semakin tak terkendali, Arun pun memakai kekuatan istimewanya berjalan
cepat dengan bayangan dan kini pun sudah berhasil menghentikan Shahpoo dengan
berada didepannnya. Poosharm yang sudah mengetahuinya langsung merasakan ada
suatu keanehan yang baru saja terjadi.
“Apa yang terjadi
denganmu, Poosharm? Mengapa kau begitu terlihat marah! Apa kau tidak suka, saat
wanita itu mengecup bibirku!”. Tanya Arun menegaskan rasa keingintahuanya.
Poosharm menatapnya begitu marah kepadanya.
“Bukan dia yang
memulainya, tapi kau yang memulainya!”. Poosharm berkata memakai bentakan
kecil.
“Jika memang
begitu, maka kau cium saja aku! Hapuskan ciumannya dariku!”. Arun berkata
mengalah, bertanya-tanya.
“Aku tidak butuh
ciuman itu! Sekarang yang ingin aku tanyakan padamu, apa artinya sebuah
senyuman dari bibir manismu! Apa artinya saat kau menggenggam tanganku yang
seolah-olah…!”. Poosharm mengungkap kebersamaannya bersamanya lalu terhenti
karna sudah tak sanggup lagi tuk mengatakannya.
“Aku benar tidak
mengerti apa yang telah membuatmu menjadi sepert ini!”. Pengakuan Arun membuatnya
semakin marah sehingga membuatnya harus memukul dada Arun dengan kedua
tangannya sambil menangis kecil. Kemudian Arun langsung memeluknya sambil memberi
ketenangan karna tak mampu melihat tangisnya. “Kau jangan menangis tanpa sebuah
alasan! Aku sungguh tidak bisa melihat seorang wanita sedang menangis sepertimu!”,
katanya sekali lagi mencoba menenangkan.
“Aku
menyayangimu, Arun! Hatiku hancur saat aku melihat dirimu sedang bersamanya!
Terlebih lagi saat aku melihat kau mencium keninganya penuh rasa sayang, dan
juga mencium bibirnya yang kurasa penuh dengan rasa kelembutan!”. Poosharm
membongkar apa yang membuatnya marah. Kemudian Arun melepaskan pelukannya
perlahan dengan menatapnya kembali, begitupun Shahpoo kepadanya.
“Aku juga
menyayangimu, tapi cintaku sudah terikat lama bersama dia! Dia yang tadi kucium
keningnya, juga kukecup bibirnya!”, Arun berkata lembut menjelaskan. “Kau
jangan pernah berpikir tuk menjauhiku! Karna didalam dirimu, aku telah menemukan
seorang teman yang begitu mengerti akan diriku!”, sambungnya lagi penuh
kelembutan. Poosharm pun menjadi sedikit tenang masih menatapnya, kemudian Arun
menaruhkan telapak kanannya diatas kepala darinya akan sedikit menerawangnya.
Didalam masih
penerawangan, Poosharm seperti melihat gambaran,jika seorang Remaja Putra dengan seorang Remaja
Putri pernah hidup bersama dimasa dulu. Dilihatnya gambaran saat pertama
kalinya seorang Remaja Putra bertemu dengan seorang Remaja Putri diruang persidangan
disebuah Istana Kerajaan. Lalu disambung dengan saat Remaja Putra sedang menari
bersama ditaman perbatasan dengan seorang Remaja Putri.
Kemudian
dilihatnya gambaran saat Raja Wiranata mengutuk Remaja Putra yang bernama
Pangeran Bheeshma dan temannya Pangeran Karanu menjadi manusia abadi. Karna
rasa begitu terpukul saat mengetahui lebih jelas kalau Putrinya telah mati yang
bernama Tuan Putri Purindah. “Gambaran tentang apakah itu?”, Poosharm langsung
menghentikannya dengan berkata kembali menanyakan. Padahal saat itu juga masih
berlangsung Arun menerawangi tentang kisah kehidupannya dulu.
‘’Gambaran
tentang kisah kehidupanku pada limaratus tahun yang lalu! Remaja Putra adalah
diriku, karna pada masa itu aku menjadi Pangeran Bheeshma! Remaja Putri adalah
Tuan Putri Purindah, dia adalah seorang wanita yang sedang bersamaku tadi! Dan Pangeran
Karanu adalah Vin, seorang teman yang baru saja kau temui!’’. Arun membocorkan
kisahnya sedikit.
“jadi, kau telah hidup selama beratus-ratus tahun
yang lalu?”, Poosharm kembali bertanya, Arun mengangguk. Kemudian Poosharm
menunduk dengan melihat kebawah sedikit memikirkan.
BHARATAYUDHAseridua
Dan kemudian Arun
melanjutkan kembali menerawangnya tentang kisahnya pada masa kehidupannya dulu,
yaitu pesta dari pernikahannya. Poosharm pun kembali melihat gambaran jika
Remaja Putra tersebut sedang menikahi seorang Remaja Putri yang sudah tak
bernyawa. Dimana dihari pernikahan itu juga terlihat jelas tentang wajah dari
Pangeran Karanu, seorang Remaja Putra sebagai teman mereka berdua.
‘’Kalian hidup
bersama sebagai teman, namun pada akhirnya kau menikahi seorang Remaja Putri
yang sudah tidak bernyawa lagi! Kau, vin, dan mungkin juga dengan wanita itu
telah hidup menjadi seorang manusia yang abadi! Dan sekarang aku baru
mengetahui jika orang yang telah kau sebut dengan ‘’Permaisuri’’, itu memang
benar Permaisurimu!’’. Ungkap Poosharm setelah mengetahui kisahnya, menatapnya
sedikit terheran-heran. Arun mengangguk menatapnya haru memberi senyuman.
“Kau harus bsa
menjaga semua rahasia ini! Aku dan Vin ingin bebas! Dan wanita itu bukanlah
seorang manusia yang abadi, tetapi dia hidup kembali dengan menjadi reinkarnasi
dari Tuan Putri Purindah! Sekarang, kau ikuti saja dengan cara yang kami
lakukan! Aku memohon bersikaplah seperti biasa kepada kami!”. Arun memberitahunya
sambil menjelaskannya panjang lebar, memohon.
“Jadi alasan untuk
kau menikmati hidup, kau hanya ingin betemu dengan reinkarnasi dari
Permaisurimu! Dan Vin, hanya ingin mendapatkan sebuah kebebasannya, yaitu
dengan sebuah kematiannya!”. Poosharm mencoba menjabarkannya dari gambaran yang
telah dilihatnya tadi.
“Gambaran yang telah
kau lihat tadi, hanya untuk memberi penjelasan kepadamu tentang kami bertiga!”.
Arun semakin berkata meluluhkannya.
“Demi
persahabatan anatara kita yang sudah terikat lama, aku berjanji untuk menjaganya!”,
Poosharm mengatakan keluluhannya dengan kembali memeluk Arun. Arun pun membalas
memeluknya juga kemudian dilihatnya kembali sosok Shafaq dikejauhan yang
melihat kepadanya dengan memegangi kedua telinganya lalu menunjuknya. Sebab
telah dilihatnya tadi jika Arun telah memakai kekuatan istimewanyanya. Arun
yang sudah mengerti hanya diam tersenyum masih melihat kepadanya.
Beberapa saat kemudian . . . .
Shafaq kini
berjalan seorang diri masih disekitar taman tersebut. Dan kembali ditemuinya
Arun sudah berada disampingnya dengan duduk dibangku sampingnya. “Lagi-lagi kau
memakainya! Sekarang kau benar-benar nakal dari yang sebelumnya!”, Shafaq
menghakiminya kecil lalu kembali menarik kedua telinga darinya dengan kedua
tangannya sedikit membungkuk menghadapnya.
“Aku sudah lama merindukan kasih sayang darimu,
Putri! Termasuk dengan caramu yang kembali menarik kedua telingaku!”, Arun
merayunya sambil tertawa kecil. Kemudian mereka berdua menjadi tertawa bersama
dengan Shafaq beralih telah duduk dipangkuannya masih menarik pelan kedua
telinganya bertatapan begitu dekat.
BHARATAYUDHAseridua
Dimalam harinya,
Vin sedang duduk dibalkon rumahnya sambil menatap langit berwarnakan gelap
diatasnya. Lalu diingatnya kembali saat diirinya bertemu dengan reinkarnasi
dari Tuan Putri Purindah sambil berkata, “Mungkin Arun sudah menemukan
reinkarnasi dari Permaisurinya?”, dan kemudian tiba-tiba ia teringat pada
senyuman Poosharm yang mengingatkannya pada Tri Putri. “Begitupula dengan yang
kurasakan kini, aku seperti telah menemukan Tri Putri dari dirinya!”.
Setelahnya
mengalami yang demikian, Vin jatuh kedalam rasa gundahnya dengan termenung
masih melihat kelangit berwarnakan gelap diatasnya. Diatas langit, ia seperti
melihat ketiga wajah Tri Putri sedang tertawa bersama tanpa melihat kepada
dirinya. Kemudian Vin kini menjadi berdiri melangkahkan kedua kakinya kedepan
seakan ingin menggapai keTri Putri yang masih tertawa bersama dipandangannya
itu. Lalu berhenti menjadi terdiam meneteskan airmata kanannya.
“Aku merindukan
kalian, kalian yang pernah bersamaku pada masa itu!”, katanya pelan menjerit
masih melihat keatas langit itu. Lalu berbalik kebelakang dengan melihat
kebawah. “Dan sekarang, aku seperti menyimpan sejuta rindu kepada dirinya!
Senyumnya, matanya, sungguh sangat mengilhami tentang kalian bertiga!”,
kemudian berlari meninggalkan balkon rumahnya akan segera menuju kamarnya. Dan
kini Vin sudah berbaring manja dikasur tempat tidurnya sambil memeluk erat
gulingnya.
Sementara
ditempat lain, Arun baru saja mengunjungi sebuah tempat yang pada pagarnya
bertuliskan, “Yayasan Panti Asuhan Anugerah Tuhan”. Arun pun merasa bingung
setelah membaca tulisan tersebut, lalu mulai dilihatnya sosok Shafaq sudah
berjalan mendekati dirinya. Dan kini mereka berdua telah bersama akan berbicara
dengan saling berpandangan, bersebelahan.
“Ini adalah
tempat tinggalku!”. Shafaq memulai.
“Dimana kedua orang
tuamu?”. Arun bertanya ingin mengetahui.
“Aku ditemukan
disebuah sungai dikota ini, dengan diriku yang masih bayi tersimpan dalam
sebuah keranjang kecil! Aku tidak dilahirkan oleh seorang Ibu, tapi aku telah
dikirim langsung dari nirwana!”. Ashfaq menjelaskan.
“Jadi, aku, kau,
dan juga Vin sama-sama tidak memiliki orang tua?”. Arun bertanya kembali untuk
lebih meyakinkan dirinya sendiri, Shafaq megangguk.
“Aku, aku mau
pergi dulu sebentar!”. Shafaq mengalihkannya dengan permisi.
“Mau pergi
kemana? Kau baru saja datang padaku!”. Arun bertanya kembali ingin mengetahui.
“Aku mau pergi
keBandung! Ini permintaan dari kampus! Aku telah mendapatkan tugas untuk
kesana!”. Shafaq mulai memberitahukannya, menjelaskannya.
“Berapa lama?”.
Arun bertanya untuk keempat kalinya, bersuarakan lemas begitupula dengan kedua
tatapan matanya.
Kemudian Shafaq melangkahkan kakinya kedepan semakin
mendekatinya. Arun yang sudah melihatnya pun langsung menundukkan kepalanya
melihat kebawah.
“Mungkin lebih baik aku pulang saja! Aku tidak ingin
mendengar lagi! Kau juga tidak perlu untuk mengejarku!”, katanya kembali masih
menunduk melihat kebawah dengan berbalik membelakanginya.
“Aku akan mengejarmu, entah bagaimanapun caranya!”.
Shafaq berbicara mencoba menghentikannya.
“Maka aku tidak akan segan-segan, untuk menabrakkan
diriku sendiri kesebuah mobil yang akan melintas didepanku!”. Balas Arun
menolaknya lembut namun menyakitkan keduanya dengan menegakkan kepalanya
kembali melihat lurus kedepan, masih membelakangi. Dan Arun pun kini mulai
melangkah pergi membelakanginya tanpa menoleh lagi kepadanya. “Pangeran Bheeshmaku!”,
bisikkan hati Shafaq saat masih meratapi Arun yang semakin pergi jauh
meninggalkannya.
BHARATAYUDHAseridua
Tidak ada komentar:
Posting Komentar